41. Alibi

792 111 277
                                    

Neraka terjahannam dalam hidup adalah penyesalan.

***

Bugh

"Kenapa lo biarin dia masuk, hah?!"

Pukulan telak menghantam rahang tegas milik lelaki paruh baya itu, Rafi sontak langsung tersungkur karena tak dapat menyeimbangkan tubuhnya, ia bangkit kembali, menundukan kepalanya untuk minta permohanan maaf ke arahnya.

"M-maaf tuan, tapi hampir semua penjaga di depan diratakan olehnya, saya tak mempunyai alasan lagi untuk tidak membiarkannya masuk, karena itu bisa membuatnya curiga terhadap anda."

Bugh

"Kenapa lo bodoh banget, hah?! Sekarang dia udah lepas! Kan udah gue bilang, kaki gue sendiri yang bakal nganterin dia pulang! Kenapa lo malah ngancurin semuanya?! Dasar gak guna lo, anjing!"

Cakra mencengkram kerah jasnya untuk berdiri kembali, matanya masih menatap marah ke arahnya, deruan nafas yang tak teratur pun langsung menembus dinding pembatas Rafi dengannya, hal itu membuat pria paruh baya itu menunduk pasrah, ia memejamkan mata siap-siap menerima bogeman yang akan segera dilayangkan ke arahnya.

Bugh

Bugh

Bugh

"Mati lo bangsat!"

Bugh

"C–cukup tuan!" Para bodyguard itu serentak langsung menahan tangannya, dan langsung menarik rafi supaya sedikit jauh dari jangkaunnya.

"INI SEMUA JUGA GARA-GARA LO SEMUA, ANJING!" murkanya kembali. Ia menghentakan empat lengan yang nyekal tangannya erat, berbalik dan langsung memberikan pukulan telak ke arah mereka satu persatu.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

"Gue gak mau tau. Lo semua harus bisa bawa dia kembali ke sini, dan lo ...." tunjuk Cakra ke arah Rafi, "Lo yang harus nyeret tubuhnya ke sini."

Cakra menghela nafasnya, ia memotek-motekan sendiri jarinya kemudian berjalan ke dalam kamarnya, "Lakuin apa aja, asal bokapnya jangan curiga. Biarin cewek itu tinggal di sini beberapa waktu. Kalo Anya gak mau, lo semua bebas ngelakuin apa aja supaya dia mau ke sini."

"Sakitin dikit juga gak papa."

***

"Permisi, apa itu kediaman tuan Pram prasetyo?"

Pram yang baru saja membuka pintu pun mengangguk, dahinya mengernyit seraya menatap orang-orang itu satu persatu, "Iya, siapa ya?"

Rafi tersenyum, "Anya, ada?"

"Ada, silahkan masuk."

Rafi sontak langsung mengangguk, ia memutar badannya untuk memberi tahu para anak buahnya untuk tetap diam di sini, setelah perintahnya dibalas anggukan, Rafi melangkahkan kakinya untuk mengekor Pram masuk ke dalam.

Cakrawala |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang