Dipeluk oleh luka, dikuatkan oleh patah, dan tertawa untuk pura-pura.
****
Anya membenahi beberapa buku, dan juga beberapa keperluan yang ia butuhkan di sekolah nanti. Ia juga memasukan baju olahraganya pada tote bag berwarna putih miliknya, pembelajaran hari ini dibuka dengan kegiatan jasmani.
Akhirnya, setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit, gadis itu bisa pulang kemarin malam. Diantar oleh Cakra dan juga teman-temannya. Mereka semua sempat melarangnya untuk pergi sekolah terlebih dahulu, karena kondisi Anya masih membuat mereka ragu akan kesehatannya.
Namun, yang tahu keadaan sebenarnya adalah Anya. Gadis itu terus bersikeras untuk masuk ke sekolah hari ini. Hampir satu minggu dirinya berada di rumah sakit, membuat materi pembelajarannya tertinggal jauh. Hal itu lah yang menganggu tidur Anya setiap malamnya, jelas gadis itu tidak tenang.
Anya menggendong tasnya, ia keluar seraya menenteng sepatu di tangan sebelah kirinya. Matanya berbinar kala melihat Ayahnya sibuk dengan alat masaknya
"Ayah lagi ngapain?" tanya gadis itu setelah menyimpan benda-bendanya. Ia mendekati Ayahnya, kemudian menarik nafasnya dalam-dalam untuk mencium aroma yang dihasilkan wajan hitam itu.
Kepala Pram teralih padanya, "Ayah lagi masak nasi goreng kecap. Kalo emang kamu mau sekolah, kamu harus sarapan dulu. Kalo gak sarapan kamu gak usah sekolah aja, Nya."
Lelaki itu mengambil mengambil piring dari rak yang ada di sampingnya, kemudian mulai menyajikan nasi goreng itu perlahan-lahan.
"Padahal, Ayah gak perlu masakin Anya. Anya juga bisa masak sendiri, Kok." Anya mengambil piring yang Pram sodorkan padanya, kemudian langsung menyimpannya di atas meja makan.
Tangan Anya meraih satu gelas yang tertangkup di atas meja itu, dan mulai mengisikan air teh di dalamnya. ia menyodorkan air yang telah diisi pada ayahnya. "Gak papa, ayah juga udah lama banget gak bikinin makanan buat kamu."
Anya mengangguk seraya menarik kursinya, Ia mulai memasukan suapan-demi suapan dengan tenang. Melirik jam dindingnya, ternyata jam sekolah sebentar lagi akan masuk. Ia tampaknya harus cepat-cepat berangkat.
Setelah makanannya habis, gadis itu langsung berdiri dari duduknya, mengisi air gelasnya kembali lalu meneguknya. "Ayah, Anya berangkat dulu, ya." pamit Anya akhirnya.
"Mau naik apa Anya? gak mau bareng ayah aja?"
Anya menggeleng, "Nanti kalo bareng ayah, ayah bakalan terlambat ngajar. Lagian juga bentar lagi sekolah Anya masuk, Anya harus cepet-cepet nunggu bis yang di depan." Anya meraih tangan Pram, menyaliminya kemudian berlari keluar.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" teriak Pram seraya menatap punggung putrinya.
****
"Tataratata ... tata, awh!"
Anya terlejembab di atas tanah, gadis itu lagi-lagi tak melihat ada batu yang menghalanginya. Anya sontak langsung berdiri dengan terburu, mengambil totebagnya yang sedikit terkena tanah. ia pun membulatkan matanya, ketika melihat hal itu juga mengotori seluruh bajunya.
"Huwaaa kotor!" teriaknya tak terima, ia langsung memukul-mukul totebagnya supaya bersih, "Gimana dong?"
Setelah beberapa menit ia menepuk-nepuk tasnya, akhirnya benda itu terbebas dari tanah. Anya langsung membungkuk untuk membersihkan tanah yang menempel pada kaos kakinya. Menghela nafasnya, kemudian ia langsung melanjutkan langkahnya dengan penuh hati-hatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala |REVISI|
Teen FictionIni kisah Cakrawala Pranadipta, manusia yang tak suka bercerita. Sedikit menggeser egonya, ia akan memulai berbagi tentang banyak penyesalannya. Sesal itu langka baginya, darah kotor sudah banyak yang tumpah diatas tangannya. Ia tidak menyesal, kare...