44. Menuju akhir

1.1K 114 452
                                    

Semuanya telah usai tanpa pernah kita memulai.

***

"Lo dibayar berapa buat ngelakuin itu, Nya?" kekeh Embun melangkahkan kakinya kembali.

Anya yang telah terpojok pun menggeleng keras, "M–maksud Embun? Any—"

Prang

"PUAS LO UDAH MALU MALUIN GUE, HAH?! NYESEL GUE TEMENAN SAMA PELACUR MURAHAN KAYA LO, NYA! GAK NYANGKA BANGET, TERNYATA ORANG YANG SELAMA INI GUE BELA CUMA PENJILAT DUIT HARAM! JANGAN HARAP KITA BAKAL KENAL LAGI, PELACUR!" sarkasnya setelah melempar ponselnya ke arah tembok yang ada di samping Anya, gadis itu pun langsung membalikan badannya untuk pergi dari sana tanpa memperdulikan tubuh Anya yang bergetar kuat.

"Embun ...." lirih Anya tak bertenaga, matanya yang telah memerah pun tak kuasa menahan isakan yang tertahan, ia berjongkok pelan kemudian mengambil ponsel Embun yang sedikit retak di bawah kakinya.

"Nya?" panggil Cakra menahan bahunya.

Plak

Tatapan gadis itu berubah menjadi setajam kilat, ia menatap Cakra dengan pandangan penuh amarah yang meluap, dengan nafas yang menderu, ia mengusap cairan bening yang ada di sudut matanya dengan kuku jarinya yang sedikit panjang, sehingga menghasilkan goresan di pipi yang berada di bawah kelopak matanya.

"KAK CAKRA KAN YANG UDAH NGELAKUIN INI SEMUA?! PUAS BANGET SEKARANG, KAK?! HIDUP ANYA SEKARANG UDAH HANCUR! HARGA DIRI JUGA UDAH GAK TERSISA SAMA SEKALI! MAU KAYAK GIMANA MASA DEPAN ANYA KE DEPANNYA, KAK! SIA-SIA USAHA ANYA BELASAN TAHUN INI TAU GAK?! CAPEK BANGET! GAK CUKUP SIKSAAN YANG KAK CAKRA KASIH DARI KEMAREN, HAH?!"

"Maksud lo? Gue gak ngerti!"

"GAK USAH BERLAGAK NGELAK, KAK! KAK CAKRA KAN YANG UDAH NYEBAR SEMUA FOTONYA?! DASAR BIADAB! ANYA HARAP KAK CAKRA MATI SAAT INI JUGA, BAJINGAN!"

Bruk

"Heh Anya! Temen gue gak tau apa-apa tentang masalah lo! Gak usah bawa-bawa kematian! Yang seharusnya mati itu, lo! Dasar murahan! Gak tau diri banget lo jadi cewek, mau mulut mau badan sama sama gak ada harga dirinya," tutur Julian tak terima, ia mendorong tubuh Anya sehingga membentur ke arah tembok dengan sedikit keras.

"JULIAN!" teriak Cakra mencoba menghentikan aksinya.

Laksa melirik ke arahnya, "Gak usah belain dia, Kra. Senakal nakalnya cewek yang gue kenal, gak ada yang semurahan cewek di depan lo ini. Sembunyi dibalik muka polos! Cih, dikira ini sinetron apa, norak!"

Gadis itu terisak kembali, ia mencoba berdiri namun di dorong oleh Julian kembali, "Angkut penderitaan lo sendiri, jangan minta campur tangan kita ataupun yang lain, terutama pacar gue. Suciin diri lo, kalau pun udah suci, di mata kita akan tetep lo yang paling hina. Setidaknya, ada orang baru yang bisa lo manfaatin setelah ini."

"T–tapi, kak ... Anya, Anya gak ngelakuin apa-apa ... ini semua salah kak Cakra! Kak Cakra orang yang udah—"

"Kenapa lo salahin gue? G–gue gak tau apa-apa. Bener kata Julian, lo cewek murahan, jauh-jauh dari kita!" gertaknya keras, ia mengusap darah yang menetes di sudut bibirnya, kemudian berjalan pelan untuk meninggalkan gadis itu bersama teman-temannya.

"Haha ... kasian banget lo, Nya. Makannya, kalo idup udah susah jangan memperumit lagi, repot kan jadinya. Kalo gak punya duit mending nyuri di gue aja. Duit gue lumayan banyak, kalo ketauan gue bakal pura pura gak tau. Easy sekali bukan?"

"CUKUP, KAK!" sentaknya marah. Ia langsung berdiri kemudian menghadap ke arah Laksa, menatapnya nyalang dengan isakan tangis yang ia tahan kuat-kuat. Laksa yang melihat itu pun tersenyum mengejek, ia melipat tangannya kemudian menatap Anya dengan pandangan memuakkan.

Cakrawala |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang