Terkadang tuhan hanya mempertemukan, tidak menyatukan.
–Cakrawala-
***
Embun sontak langsung memegang dadanya, cairan bening pun perlahan mulai meluruh, Isakan tangis yang memilukan akan membuat siapapun terkoyak. Ini gak mungkin terjadi, sangkalnya di dalam hati.
Bruk
Energi gadis itu layaknya dikuras kuat. Ia terjatuh pada bahu Julian. Dengan sigap, lelaki itu menahan tubuhnya agar tetap berdiri. Kemudian membawanya ke kursi tunggu yang ada di samping Titanic.
Julian membeku panik, "Lo nggak papa kan?!"
Embun tak lagi berucap. Ia membungkam bibirnya dengan tangannya. Ia percaya ini hanyalah mimpi. Sahabatnya tak benar-benar mati.
Bugh
Suara dentuman keras mengalihkan pandangan mereka semua, mata mereka membola ketika melihat Cakra mulai menghantamkan kepalan tangannya kearah dokter itu. Nafasnya sangat memburu, menatap tajam seolah ia benar-benar bertemu dengan musuh aslinya.
"Lo pembunuh, Anjing!"
Laksa dan Mars seketika langsung mencoba menahan dirinya. Namun itu tampak seperti hayalan semata, lelaki itu tampak benar-benar marah. Percobaan demi percobaan tak ayal membuat mereka terpental.
"TENANGIN DIRI LO, CAKRA!" teriak Laksa mencoba menyadarkan dirinya.
Cakra menepis tangan Laksa yang mencoba menahan pukulannya. Ia menatap lelaki itu nyalang, berani-beraninya mereka semua mencoba menghentikan dirinya.
"ini gak ada urusannya sama lo, bangsat!"
Titanic tampak langsung membantu Laksa untuk berdiri. Tepisan kuat itu membuatnya tersungkur kearah pot beling yang ada disamping kursi tunggu.
Kericuhan itu membuat semua orang yang berlalu lalang disana berkumpul. Berteriak histeris ketika melihat dokter mereka dipukuli anak dari pemilik rumah sakit ini. Dokter Lisa yang akan beranjak keruangannya pun langsung berlari kearah mereka. Mencoba menenangkan lelaki itu walaupun tak ada hasilnya.
"Ada apa ini?!" tanya dokter itu, panik.
Tak ada yang menggubrisnya, tindakan Cakra semakin menggila, ia terus memukuli dokter itu hingga terbatuk. Ucapan kata maaf terus terlontar dari bibirnya, intonasinya perlahan melemah. Pria paruh baya itu tampak pasrah.
"Gak guna! Ucapan maaf lo nggak akan ngebuat Anya gue idup lagi bangsat!" umpatnya terus-menerus membabi buta.
Mars berdecak, ia tampak sudah kewalahan untuk menghentikan lelaki itu. Ia memandang kearah dokter Lisa, namun tampak gelengan yang diberikan olehnya.
"Tindakan lo yang kayak gini gak bakal ngebuat Anya hidup lagi Cakra. Sadar! Lo bahkan gak bisa ngebuat dia tenang diakhir hidupnya, goblok."
Cakra menghela nafasnya berat. Perlahan tatapannya teralih kearah gadis yang baru saja mengumpat kearahnya. Ucapan gadis itu sekejap langsung menembus dadanya. Hal itu pantas untuk dijadikan alasan dia untuk kecewa pada dirinya sendiri.
"ARGHHH!"
Bugh
Ia berteriak frustasi, memberikan pukulan kearah dokter itu untuk terakhir kalinya. Cakra berdiri seraya merapihkan seragamnya, langkah demi langkah ia tapakan untuk menghampiri gadis yang terisak sedari tadi itu, tatapannya kian semakin mendatar di lihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala |REVISI|
Teen FictionIni kisah Cakrawala Pranadipta, manusia yang tak suka bercerita. Sedikit menggeser egonya, ia akan memulai berbagi tentang banyak penyesalannya. Sesal itu langka baginya, darah kotor sudah banyak yang tumpah diatas tangannya. Ia tidak menyesal, kare...