🦋____⛈____🦋
𝑻𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒖𝒑𝒂𝒎𝒆𝒓𝒌𝒂𝒏,
𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏.-𝐮𝐧𝐤𝐧𝐨𝐰-
🦋____⛈️____🦋
Anya sedang berjalan riang dipinggiran trotoar jalan, kini ia sedang melajukan langkahnya kearah Halte Bus untuk pergi kesekolah.
Disepanjang jalan senyumnya tak pernah luput, hingga banyak yang memandangnya dengan tatapan keheranan. Dan itu, hanya dibalas dengan cengiran khas dirinya.
Setelah sampai disana iapun akhirnya terduduk, mengeluarkan ponselnya untuk memberi kabar pada Embun, supaya gadis itu ikut naik Bus dengannya.
Anya lagi lagi tersenyum, ia akan menceritakan banyak hal hari ini pada Embun.
"Semalem beneran kak Cakra bukan ya?" Ia terkekeh kecil sambil menutup mulutnya.
Ia memeluk penyangga tiang yang ada disampingnya, "gini yah, rasanya meluk ka cakra."
Anya terus memeluk tiang itu dengan erat, sampai tidak mengetahui bus yang ia tunggu sudah mau berjalan.
"Neng!" Teriak kernet bus itu kearahnya.
Kernet itu menarik nafasnya, "NENGGGGG! MAU NAEK ORA?!"
Tak ada jawaban dari Anya, para penumpang yang lain pun mulai komplain di belakangnya.
Kernet itu menganggukan kepalanya, kemudian menutup pintu bus itu agar bisa langsung berjalan.
Setelah beberapa detik bus berjalan, akhirnya Anya pun tersadar, ia sontak berdiri dan langsung berlari. "MANGGG! TUNGGU ANYA!"
Ia menambah kecepatan larinya, "MANGGGG!" teriakannya menggelegar, kernet itupun melirik kebelakangnya.
"Itu si eneng pir!" Tegur kernet itu.
Bus itu memberhentikan jalannya, spontan Anya pun berhenti mengejar ngejarnya. Gadis itu tersenyum. Ia berjalan ria kembali kearah bus itu.
Sampai saat satu langkah untuk menapakan kaki bus-nya, ia teringat sesuatu yang ia tinggal di Halte sebelumnya.
"TAS ANYA!"
Anya nyengir, ia melipat tangannya kebelakang sambil memundurkan langkahnya. "Maaf ya mang, duluan aja." Pinta gadis itu kemudian berlari kembali.
Kernet itu menahan umpatannya, "Bocah Edan!"
Bus pun sudah berjalan kembali. Sepuluh menit lagi bel sekolah akan segera dibunyikan.
"Aduh, Anya pasti terlambat." Keluh gadis setelah sampai di halte bus kembali.
Ia terduduk, melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencari tumpangan.
Tinnnn
Klakson mobil berdengung keras, membuat Anya sedikit terlonjak.
Mata Anya berbinar, "Embun?!"
Gadis itu berlari kearah mobil merah yang tak jauh dihadapannya, membuka pintunya kemudian masuk kedalam sana.
Bruk
Embun menyunggingkan senyumnya, "tumben lo berangkat siang."
Anya memasang seatbealt-nya, "Anya bangunnya kesiangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala |REVISI|
Ficção AdolescenteIni kisah Cakrawala Pranadipta, manusia yang tak suka bercerita. Sedikit menggeser egonya, ia akan memulai berbagi tentang banyak penyesalannya. Sesal itu langka baginya, darah kotor sudah banyak yang tumpah diatas tangannya. Ia tidak menyesal, kare...