⚠️❗⚠️
—KOMENTAR TAK SINKRON KARENA SUDAH DIREVISI—***
Hari ini anak - anak Zervanos akan kedatangan tamu yang dibawa oleh Sutomo, sepertinya anggota baru mereka. Entah mengapa tamu kali ini membawa aura yang sangat mencekam. Mata tajamnya tak kunjung turun untuk mengedip, pandangannya hanya fokus kepada satu orang, Titanic.
"Ya Allah, salah Titan apa sih, Lak? kenapa itu orang ngeliat Titan terus, emang ada yang aneh, ya?"
Ia tak henti hentinya menarik ujung baju Laksa, Laksa yang melihat itu pun memutar mata jengah, hingga akhirnya ia berbisik, "Lo kalo ngadu ke gue nggak ada gunanya, mending lu duduk di belakang si Julian, sana. Aman dan tentram,"
"Sekalinya lo diliatin dia lagi, matanya auto mandang ke si Julian, nanti kan gelut jadi seru, tuh. Udah, sono pergi!" lanjutnya lagi.
Titanic yang sedari tadi menyimak akhirnya menganggukan kepalanya cepat, hingga pada saat ia ancang ancang untuk berdiri, suara baritone itu bernada memenuhi seisi ruangan.
"Siapa yang menyuruhmu berdiri, anak nakal?"
Itu suara Sutomo, terdengar sangat mengintimidasi dan menakutkan. Hal itu membuat suasana di ruangan ini semakin mengeluarkan hawa panas, ditambah dengan tatapan datar yang diberikan juga oleh Cakra untuknya.
'Bikin dosa apa ya Titan hari ini? Apa kurang sedekah terus dapet azab? Tapi, kan ... sedekah hari ini udah 20 juta, apa masa masih kurang? Nanti tanya pak haji aja, deh.'
Ujaran Sutomo tadi langsung membuat badan Titanic pun merosot dan kembali terduduk, secara perlahan agar tidak melakukan kesalahan.
Smirk yang laki - laki itu tampilkan sontak langsung membuat semua manusia yang ada diruangan itu kesal, terutama Julian yang sudah mengepalkan tangannya yang gatal, ia mencubit pergelangan Laksa untuk menyemburkan kekesalan.
"Matanya biasa aja kali, kayak yang gak kenal sopan santun aja," ujarnya dengan sarkas seraya menyilangkan kakinya ke atas.
"Halah, kayak yang diajarin aja, lo." balasnya tak mau kalah.
Julian yang merasa tersinggung pun dengan cepat berdiri dengan kepalan tangan yang mengepal erat, gertakan gigi pun terdengar tatkala ia melewati satu persatu orang yang memiliki peran penting, tangannya melayang hendak membogem wajah menyebalkan itu dengan penuh emosi.
"Diam di situ, perlihatkan kedewasaanmu, Julian." cekam Sutomo yang membuat Julian mau tak mau menghentikan langkahnya.
"Ayah buta, ya? Anak baru terus songong ini ngatain aku gak punya sopan santun! Siapa yang gak marah—"
"Duduk, Jul." potong Cakra dengan cepat.
"Maafin dia, ayah. Julian kayaknya emosi," lanjutnya lagi masih berusaha untuk tenang.
"Terserah ayah, deh. Sekarang usir dia, percuma juga. Kita gak akan nerima kehadiran dia di sini, bisa - bisa ancur." Julian tampak masih bersatu dengan kemarahannya yang belum mereda.
"Kita terima dia kok, Yah. Ayah tenang aja," ucap Cakra spontan ketika melihat raut kecewa yang sedikit Sutomo arahkan kepada Julian.
"Udah gue bilang, gak akan ada yang tahan sama sikap gue, sekalinya celetuk mental lo kena, boy. makannya jangan serius - serius amat kalo idup," lelaki itu tiba - tiba bersuara kembali, matanya tampak menyisir ke sudut - sudut ruangan dengan tatapan meneliti.
"Gak usah sok mantep deh, lo! Masih juga mantepan gue," balas Laksa dengan hidung kembang kempis.
"Oh, ya? Bukannya lo cuma playboy yang bisanya nyakitin cewek? Kalo mau dibandingin sama gue lo masih kalah jauh, lo semena - mena gue setia. Mau cewek modelan apapun juga pasti lo terima, mending gak usah ngomong deh lo, mulut lo keknya bau dosa," Laksa yang mendengar itu pun sontak memegang dadanya yang berdenyut, ia menatap ke arah laki - laki itu dengan tatapan yang masih belum percaya. Apakah ini yang dinamakan mental breakdance atau cinta yang baru bersemi?
"Ngajak bertumbuk, lo?! Ayo beywan sama gue sekarang, setan!" ajaknya setelah berpikir - pikir kembali, setelah dikatain begitu seharusnya ia wajib untuk emosi.
"Kelakuan lo kaya setan."
Laksa melirik ke arah Cakra untuk meminta tolong apa yang harus ia lakukan selanjutnya, setelah melihat Cakra menggeleng, Laksa pun tiba - tiba mengusap dadanya.
"Malaikat kalo ketemu setan beneran harus banyakin sabar, apalagi setannya berwujud kayak berhala."
"Idih," jijik lelaki itu sambil berdecih.
"Jangan berantem terus, ayah mau pulang juga malah gak enak," imbuh Sutomo melirik keduanya secara bergantian.
Laksa yang merasa tak enak pun menggaruk tekuknya, "Engh ... maaf deh, yah. Soalnya mahluk disamping ayah itu, kayak gimana, ya? Kayak rada - rada gitu, dikasih tau malah nyolot."
Sutomo yang mendengar itu pun berdiri seraya mendesah pelan, "Ah, udahlah. Ayah lagi banyak urusan. Awas aja kalo kalian sampe adu jotos, nanti ayah sunatin lagi."
Mereka semua yang mendengar itupun bergidik ngeri, apalagi Laksa langsung menutup bendanya yang ngilu sendiri.
"Sambut anggota baru kalian dengan baik, awas aja kalo ayah denger kalian ribut beneran karena masalah sepele lagi, ayah gak main - main kali ini," Mereka semua sontak menganggukan kepalanya secara bersamaan.
"Nama dia Mars. Jangan ditanya lagi."
Sutomo akhirnya mulai melangkahkan kakinya perlahan keluar ruangan, saat mendengar pintu ruangan itu tertutup, mereka langsung menghembuskan nafasnya lega dan menghirup udara kembali sebanyak - banyaknya.
"Kenapa lo liatin Titanic dari tadi?" tanya lelaki mungil itu sambil berjalan ke arahnya, dengan tangan yang menggenggam kinderjoy dikedua belah jari tangannya.
"Kenapa emang?" tanyanya mengerut heran.
"Ya, Titanic gak suka." balasnya tak mau kalah.
"Tapi gue suka sama lo."
Ucapannya yang spontan sontak membuat mereka semua ambigu, mereka semua membulatkan matanya seraya menutup mulutnya. Saat mereka saling melirik, mereka langsung mengangkat bahunya merinding, Laksa pun dengan cepat menarik Titanic ke arah mereka, menyembunyikan lelaki berpostur kecil itu di belakang tubuhnya.
"CAKEP - CAKEP SUKANYA SAMA YANG BATANGAN, ANJING!"
—TBC—
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala |REVISI|
Teen FictionIni kisah Cakrawala Pranadipta, manusia yang tak suka bercerita. Sedikit menggeser egonya, ia akan memulai berbagi tentang banyak penyesalannya. Sesal itu langka baginya, darah kotor sudah banyak yang tumpah diatas tangannya. Ia tidak menyesal, kare...