3. Pahlawan Kesorean

3K 1K 704
                                    

️❗⚠️
—KOMENTAR TAK SINKRON KARENA SUDAH DIREVISI—

***

"Julian yang semangat dong woahnya, kita bakal cepet cepet take loh ini," teguran Titanic tadi membuat dirinya memandang lelaki itu.

Setelah satu jam yang lalu mereka saling bergurau, ada saja yang ingin membuat masalah disela - sela ketenangan mereka. Hanya karena kehilangan satu kinderjoy, Titanic marah. Kemarahannya membuat mereka mau tak mau harus menuruti segala keinginannya seperti sekarang. Laksa sang biang onar yang sesungguhnya, telah pergi. Berniat mencari ganti satu kinderjoy yang ia makan dengan iming - iming akan segera menggantinya dengan puluhan Dus yang terisi penuh.

"Nah bener, tuh. Woah yang bener itu kayak gini," Mars segera memperaktikan sebuah woah di atas dada layaknya orang yang tersengat Lele listrik.

"Huwaaa emejing, Mars. Mars hebat banget!" Titanic menutup mulutnya takjub.

"Gue gitu, loh." bangga Mars menyunggingkan senyumnya.

Julian menatap keduanya datar dengan hembusan nafas yang terdengar sudah kesal. Kenapa sekarang hanya tersisa dirinya? Seharusnya, ia ikut berlari dengan teman -temannya tadi. Daripada terkurung di sini menyatu dengan manusia yang memiliki pencahayaan otak di bawah rata - rata.

"gue ga bisa, Titan."

Titanic menghela nafas kemudian memegang bahu Julian, "Julian denger, ya. Embun itu suka cowok yang sering berjoget - joget. Dia sering kok, ngelike semua postingan punya Titan yang ada Julian nya. Itu artinya apa coba? Berarti dia suka sama Julian. Makannya, Julian harus sering - sering bikin konten sama gue."

Julian nampak sedang berpikir, apakah benar Embun sudah mulai suka kepadanya? Atau kah Embun hanya ingin melihat kebodohan yang sudah dilakukannya?

"Embun mana yang lo pada maksud? Hammera?" timpal Mars sedikit penasaran.

Julian sontak langsung mengubah lekukan wajahnya, ia menatap ke arah Mars dengan satu alis yang ia naikan, "Kenapa lo tau? Punya hubungan apa, lo?"

"Dia sepupu gue, kita deket."

"Ya elah, sepupu doang banyak kecot lo." kesal Julian mengambil minumannya.

"Gak tau aja, lo. Gue ini udah kayak abangnya sendiri, dia nurut cuma sama gue. Coba kalo sama nyokap bokapnya, dilarang bolos atau apapun itu pasti tetep dilanggar. Karena kita udah sama - sama dari kecil, mau gak mau harus ngengantung sampe dewasa." jelasnya Mars sedikit curhat.

Titanic tiba - tiba mengangguk, "Coba aja kalo Julian kenal Embun dari kecil, pasti saling ngegantung kayak Mars sampe sekarang."

"Siapa? Lo suka sama dia?" tanya Mars heran.

"Iya, Julian suka banget sama Embun, tapi Embunnya malah gak suka balik gitu. Padahal kan Julian baik. Ganteng juga hidungnya mancung. Kenapa bisa - bisanya Embun malah gak mau. Iya kan, Jul?" Titanic melirik ke arahnya.

Julian terdiam, ia mengangkat bahunya kemudian melenggang pergi keluar.

"Loh, Julian mau ke mana?!" teriak Titanic tak dihiraukan sama sekali oleh lelaki itu.

"Gue tau, dia pasti pengen ngehajar gue." tutur Mars menyilangkan tangannya.

"Kenapa?"

"Dia pecemburu akut, padahal belum jadian. Udah maen klaim aja."

***

Cakrawala melajukan motornya dengan santai, tak lupa dengan earphone yang menyumpal ditelinganya. Tujuannya kali ini adalah ke supermarket yang ada di perujung jalan, sehabis mengantar Bella pulang dari lesnya, ia berniat membelikan beberapa cemilan dan minuman bersoda untuk teman - temannya.

Cakrawala |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang