Flashback ke chapter² awal, kalian curiga sama siapa waktu itu? Siapa sosok misterius yang ada dipikiran kalian?
***
"Lak, gue gak tau kalo semua bakalan kacau kayak gini." sesal Cakra melirik ke arah Laksa yang memandang pintu kamar rawatnya dengan tatapan kosong.
"Siapa yang bakalan nyangka, Kra."
"Sorry, Lak." sendunya kembali.
"Ini belum tentu semuanya karena lo," Cakra menghela nafas mendengar jawaban lelaki itu. Ia tak bisa terus - terusan menyalahkan dirinya, dia harus cepat - cepat mencari jalan keluar apapun itu, supaya nama baik pertemanannya sama seperti hari - hari sebelumnya.
"Masalah gue banyak banget, Lak. Gue pusing mau beresin yang mana dulu. Masalah Anya, masalah bokap, masalah sama Hadden juga, terus masalah hidup gue ke depannya nanti."
Laksa melirik ke arahnya sesaat, "Gue sebenernya ikut kecewa sama lo, Kra."
"Gue harap omongan Hadden itu gak bener."
" ...tapi, soal foto Anya yang ke sebar itu, emang lagi di apartemen lo kan, Kra?" Cakra terdiam, dadanya menciut sakit ketika mengingat hal apa saja yang sudah ia lakukan pada gadis itu.
"Foto itu emang Anya, Lak. Tapi bukan gue yang sebarin atau gue yang fotoin. Gue gak tega sama gak berani. Poin pentingnya, gue gak pernah masukin dia sekalipun gue emang brengsek."
"Kalo gue jadi si Hadden bakalan gue hajar lo habis - habisan, Kra."
Laksa menatapnya datar, "Secara gak langsung lo udah jadiin Anya sandraan."
Cakra termenung, lidahnya terasa kelu dan sulit untuk berkata - kata kembali. Yang ia inginkan setiap detik hanyalah mati. Jika bukan Anya yang memintanya untuk tetap bertahan hidup, ia tak mungkin mau bertahan untuk hal yang mempersulit kehidupannya.
"Tapi, mau seberapapun kecewanya gue sama lo, gue gak mungkin ngebiarin lo sendiri di titik ini. Gue bakalan bantu lo, Kra. Walaupun emang nyawa gue yang harus ikut bertaruh." lanjutnya kembali membuat Cakra melirik ke arahnya.
"Gue beruntung punya sahabat kayak kalian semua, Lak. Terutama lo. Gue janji gue gak akan pernah lupain jasa - jasa lo ke gue, gue bakalan inget selama gue masih bernafas. Dan ngebayar semua hal itu ngelebihin tindakan apa aja yang udah lo lakuin ke gue."
Laksa terkekeh geli, "Jangan lebay gitu, anjing. Biasa aja kali. Namanya juga temen."
Kemudian ia menghela nafasnya sesaat, "Cukup lo berubah, Kra. Itu udah bikin gue seneng banget. Ubah semua kejelekan lo itu dengan tindakan yang baik - baik. Jangan sampe lo ngebuat semua orang kecewa terlalu jauh sama lo."
"Gue bakalan berusaha untuk hal itu, Lak."
Laksa berdiri seraya tersenyum bangga ke arahnya, "Gue—"
Dor!
Suara senapan itu membuat Cakra dan Laksa langsung tersentak terkejut. Peluru itu meluncur tepat pada beberapa senti mengenai Pria yang masih terduduk di atas brankarnya, nafas mereka terengah - tengah, tatapan mereka pun akhirnya teralihkan ke arah orang - orang yang memakai baju serba hitam itu masuk ke dalam ruangannya.
"Bawa dia!" titahnya memenuhi seisi ruangan itu.
Laksa membulat, "KALIAN SEMUA SIAPA?!"
Cakra sontak langsung melepaskan semua infusannya, ia turun ketika melihat orang - orang itu hendak memukul Laksa yang sudah memasang kuda - kuda di sisi brankarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala |REVISI|
Teen FictionIni kisah Cakrawala Pranadipta, manusia yang tak suka bercerita. Sedikit menggeser egonya, ia akan memulai berbagi tentang banyak penyesalannya. Sesal itu langka baginya, darah kotor sudah banyak yang tumpah diatas tangannya. Ia tidak menyesal, kare...