Kelas dengan suasana yang begitu membosankan bagi sebagian orang yang ada, hampir dari mereka semua berkutat dengan buku dan pulpen, beberapa siswa juga tengah asik membaca buku sekarang ini.
"Udah belum nyontek PR nya!"
"Sabar, gak ikhlas banget"
"Emang kaga iklhlas gua"
"Cepetan woi kerjain PR nya, bentar lagi bu Alja datang!"
Ucap beberapa murid, suasana kelas sebenarnya tidak begitu sepi. Suara terburu-buru dan cerobohnya mereka dalam marathon menyontek PR sangat terdengar jelas.
Raisa tengah asik dalam lamunannya, tangannya ia lipat diatas meja dan ia membaringkan kepalanya disana. Wajahnya begitu cemberut, ia tengah melamun mengenang kejadian semalam. Begitu memalukan!
Pintu kelas tiba-tiba saja terbuka. Seisi kelas tiba-tiba berdiri dari bangkunya masing-masing bersiap memberi salam. Namun, yang datang ternyata adalah Zefan. Ketua kelas yang sok misterius itu.
Sorak kecewa dari seisi kelas, lebih tepatnya mereka sepertinya merasa lega karena yang datang bukan Bu Alja.
"Bu Alja hari ini gak bisa hadir. Lanjutin latihan di halaman selanjutnya." Ucap Zefan ketus, ia langsung berjalan menuju tempat duduknya.
"Yeassss!"
"'Langka banget guru matematika kita gak masuk, harus dimanfaatin dengan baik kelangkaan ini" Ucap salah satu laki-laki dikelas itu.
"Yoi, mabar woi"
"Jangan nonton yang aneh-aneh aja" Kata perempuan bernama Audrey.
"Gak mungkin lah Drey, gila lo pendidikan gue dipertaruhkan. Disekolah ini, bahaya kalau ketahuan, dirumah aja udah rawan bencana" Balas siswa laki-laki lainnya.
Audrey tertawa sinis, matanya seketika beralih tertuju pada sosok Zefan.
"Tobat sana kasian tuh mata " Timpal salah satu siswi bernama Dianes.
"Lo baca buku, masih buku bajakan. Tobat sana juga" Balas siswa lain.
Tawa garing dari hampir seluruh siswa yang ada.
Dianes memutar bola matanya malas.
"Pedas amat tuh mulut, kumur-kumur lo sana pake air garam tambah bacaan ayat kursi." Ucap Cery malas.
"Dian beli buku di official store kok, bahkan kadang perginya sama gue. Gak usah fitnah gitu" Kata Zila dengan polosnya.
Zila berbicara, namun pandangannya tetap pada buku.
Beberapa orang melirik Zila, bahkan Zefan si misterius itu juga begitu.
Zila yang sadar bahwa mereka meliriknya tanpa melihat pun hanya bisa mengulum bibir bawahnya.
"Tingkatin lagi jokes lo" Kata Raisa pada siswa laki-laki yang tadi. Ia masih dalam kadar frustasi tampaknya.
Kali ini sorak gembira dari mereka semua. Bahkan mereka tidak jadi nelanjutkan menulis contekan untuk PR matematika, laki-laki disini bahkan sepertinya langsung mengeluarkan handphone mereka, tampak banyak dari mereka yang bermain game online.
Alja Barretta, guru matematiak
Dan beberapa perempuan menghampiri sahabat terdekat mereka dan entah membicarakan apa.Begitupula Raisa dan Cery, mereka menghampiri Zila dan saling duduk berhadapan.
"Kenapa muka kalian kusut banget?" Tanya Zila.
Raisa dan Cery refleks saling memandang satu sama lain, tatapan mereka beralih ke Zila. Memang Zila adalah penipu yang hebat ditutupi oleh wajah polosnya itu.
Siapa yang tidak tahu bahwa Zila sebenarnya sering menjadi bahan ejekan dari orang lain karena ia berteman dengan sosok Raisa dan Cery. Jika diukur dari sebuah angka pada kertas, Zila sama sekali tidak cocok berteman dengan orang seperti Raisa dan Cery. Begitulah yang orang lain katakan tentangnya.
Zila menyipitkan matanya dan dahinya berkerut, dari mimik wajahnya ia seolah-olah bertanya "Ada apa?"
"Gue kemarin ke Romance Cafe" Kata Raisa membuka pembicaraan.
"Disana ternyata ada Arsa, gue selalu salah, gue terlalu bingung untuk berhadapan sama Arsa. Astaga bukan itu masalahnya, gue malu-maluin banget kemarin" Lanjut Raisa frustasi.
"Gak tau mau jawab apa" Ucap Cery.
"Lagian Danis gimana? Putusin dia, kalau menurut pantauan gue sebagai sahabat lo. Danis lebih gak baik dari Arsa. Sama Arsa aja" Ucap Zila jujur.
"Gue... lebih setuju lo gak dekat sama Arsa" Kata Cery
Raisa dan Cery mengalihkan pandangan mereka ke arah Cery bersamaan.
"Gue gak tau" Dengan cepat Raisa segera merespons saran-saran dari sahabatnya.
"Oh ya... ada kabar baik untungnya. Arsa kasi peluang ke gue untuk ikut olimpiade matematika, dan lo bisa ikut biologi Cer." Mimik wajah Raisa sangat senang saat menyampaikan kabar tersebut.
"What?" Raut wajah Cery tampak sangat tidak percaya, sedikit bersemangat akhirnya.
"Gue doakan lo masuk kedokteran, jalur hidup mulus, sampai dapat gelar dokter. Jadi dokter yang hebat ya!" Zila juga sangat antusias, ia sangat mendukung Cery.
Cery mengangguk dengan senang. Mereka saling tersenyum satu sama lain.
Seketika tatapan Zila berubah ke arah Audrey yang mencoba menghampiri Zefan. Raut wajah Audrey yang tadinya sangat tampak sumringah berubah menjadi sangat cemberut.
Entah apa ekspresi dan yang dikatakan pada Audrey. Zila hanya melihat punggung Zofan dan raut wajah Audrey. Tatapan Audrey dan Zila bertemu, tatapan yang sangat sinis diberikan oleh Audrey kepada Zila. Zila langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Bentar lagi istirahat, dan buat Raisa. Dicariin Danis diluar" Kata salah satu teman sekelas Raisa yang tampaknya baru saja memasuki kelas.
"Oh oke" Jawab Raisa.
***
Terima kasih sudah baca dan mau vote.
Instagram : naswanindya
Youtube : naswa anindya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
Teen Fiction⚠️ please don't copy my story Original karya sendiri. --- Semua tampak biasa saja, hanya ada misteri abu-abu yang perlahan dilupakan, romansa yang menimbulkan penyesalan karena kebodohan. Masalah dimulai saat Raisa menghilang, ada dendam yang ingin...