Happy reading
***
Gisel menghidupkan senter yang ia bawa dari rumahnya. Ia bersama dengan Zila dan juga Audrey mengelilingi gedung yang gelap dan sepi.
“Kita udah kaya mau kemah tau gak, sekalian uji nyali.”
“Uji nyali?” Gue cari lilin, kita gak pakai senter.” Sahut Gisel, Audrey menyenggol lengan Gisel tak setuju dengan jawaban dari sang sahabat.
“Gisel! Zila!”
“SSSHHHTT.” Gisel dan Zila tampak terganggu dengan keributan yang dibuat oleh Audrey.
Audrey menutup mulutnya rapat-rapat lalu ia mulai bersuara dengan volume yang sangat kecil. “Sebenarnya yang mancing, kita atau mereka?”
“Lo gak bisa diajak beginian ya, kalau lo gak terbiasa diam dulu. Ini ngebahayain kita.” Ucapnya Zila kesal, ia sangat khawatir dengan keadaan Cery sekarang.
“Gak usah nyalahin gitu bisa kan, lo nyalahin teman gue yang juga dari awal cuma kebawa sama masalah ini, dia juga gak sepenuhnya tahu.” Gisel tak terima dan dengan cepat ia membela Audrey.
DAMN!
Rasanya sedikit berbeda dan ada perasaan tak nyaman di hati Zila karena biasanya Gisel ada orang yang paling menyayangi dan melindunginya. Orang yang marah dengan dewasa tapi di sini ia sedikit menyalahkan Gisel.
Gisel yang menyadari perubahan raut wajah Zila langsung berjalan mendahului kedua temannya.
Gisel memberhentikan langkahnya. “Drey, lo bisa gak nunggu Raisa, sembunyi diantara tembok itu.” Tunjuk Gisel dengan senternya, cahaya itu dengan jelas mengarah pada sisa-sisa dinding yang menyisakan tempat untuk bersembunyi.Menurut Gisel, Audrey akan lebih aman jika berada di sana dan lebih aman juga bagi dirinya dan Zila, tapi Audrey tak mengindahkan ucapan Gisel.
"Kenapa harus gue?”
“Gue mau lo aman.” Sahut Gisel.
“Kalau lo gak mau gue aja.” Timpal Zila.
“EHHHH, GUE AJA.”
“Gak usah berisik bisa?” Ucap Zila tak senang.
Audrey memutar bola matanya malas ia juga memajukan bibirnya karena sedikit kesal, Gisel langsung memberikannya salah satu senter yang ia bawa. “Mandiri oke?”
Gisel dan Zila langsung meninggalkan Audrey, mereka tidak bisa mencari Cery jika bersama Gisel yang belum terbiasa dan mengerti hal seperti ini.
“Kita udah pernah kan sebelumnya ke sini? Tapi gue masih gak tau tempat-tempatnya.” Zila bingung harus melanjutkan langkah ke arah mana.
“Ada tempat tersembunyi dan ada tembok yang mudah runtuh, hati-hati.”
“Untung aja lo nyaranin buat pasang pelacak di jam bukannya di HP.”
“Gue yakin rencana mereka udah matang banget, gue gak nyangka tiba-tiba aja kejadian ini. Kita udah biasa ngehadapin ini Alika, tapi lo ngerasa kan kalau kita gak bisa baca gerakan mereka? Kita harus lebih gesit.”
Zila mengangguk dengan raut wajah tegangnya, “Kebetulan aja Cery sebelumnya telepon gue dan ngajak pergi. Gue gak paham kalau misalnya sampai besok kita gak tahu.”
“Kita juga cuma lagi beruntung aja.”
“Gue kirim pesan ke Raisa dia sendirian ke sini. Gue mau lapor polisi tapi kita buat laporan apa? Gimana kalau semuanya palsu. Gimana kalau mereka mempermainkan kita? Ini juga belum 2x24 jam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
Teen Fiction⚠️ please don't copy my story Original karya sendiri. --- Semua tampak biasa saja, hanya ada misteri abu-abu yang perlahan dilupakan, romansa yang menimbulkan penyesalan karena kebodohan. Masalah dimulai saat Raisa menghilang, ada dendam yang ingin...