Bagian empat puluh delapan

14 11 2
                                    

Happy reading
***

Raisa menyusuri koridor sekolah hendak menuju kelasnya, namun langkah terhenti karena dihdang oleh dua orang di depannya.

Tidak, bukan cuma dua orang tetapi tiga. Bianca, Jessica, dan juga Audrey. Namun, raut wajah Audrey penuh tekanan dan paksaan, hal itu membuat Raisa kebingungann dedangkan dua orang di depannya menunjukkan raut wajah kebencian padanya.

"Jadi lo yang gatel sama Arsa." Sinis Bianca. Raisa menarik napasnya dan menghembuskannya cepat, kenapa sih? Rasanya ia sudah menjauhi Arsa, Arsanya saja yang ngedekatin.

"Salah orang kak." Ucapnya masih berusaha sopan.

Bianca menjabak rambut Raisa dan menariknya ke tempat sepi di mana hanya sedikit orang yang berlalu lalang.

"AAA sakit, lepasin gue." Raisa memegang rambutnya yang di tarik oleh Bianca dan pergelangan tangannya yang dicekal oleh Jessica.

Audrey tidak bisa membantu, ia juga tidak berani mendekat. Akhirnya ia pergi menjauh dari Bianca dan Jessica yang mengasari Raisa.

"Bilang sama teman lo Zila, dia bukan tandingan gue, mending jauhin Aldi." Desisnya tajam.

"LO KIRA LO SIAPA? GUE UDAH LAMA BANGET DEKATIN ARSA LO MALAH JADI PHO KAYA GINI!" Bentak Bianca. Saking kesalnya ia menampar pipi Raisa lalu mendorongnya sampai Raisa terjatuh.

"BIANCA!" Bentak suara berat itu. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal sampai otot-otot tangannya tampak jelas.

Cery dan Zila pun ikut tepat di belakang Arsa,teman-teman Arsa pun berlari sampai napasnya tersengal karena penasaran apa yang terjadi. Cery dan Zila langsung menghampiri Raisa dan membantunya berdiri.

Raisa langsung berlari menghampiri Arsa dan menahannya untuk tidak menimbulkan masalah lebih lanjut.

"Gue gak lemah sampai lo harus turun tangan, lo cowok dan mereka cewek." Ucap Raisa pada Arsa.

Raisa menggenggam tangan Arsa, Arsa yang tadinya siap memukul kedua wanita yang mengganggu kekasihnya akhirnya diam menatap gadis yang tampak tak suka dengan dirinya yang mudah terpancing emosi.

Arsa langsung membawa Raisa, menariknya menjauhi area yang sudah ramai jadi pusat pertontonan.

"DIH! GILA YA CUMA GARA-GARA COWOK KAYA GINI, EW. GELI AMAT MAIN LABRAK, MANA BUKAN PACARNYA ARSA LAGI." Cibir Cery tepat di depan wajah Bianca.

"Lo kalau mau dekatin Aldi sana aja, lo kira gue suka sama Aldi yekali. DEKATIN AJA SANA KALAU DIA EMANG MAU SAMA LO."

"KASI TAHU ZEE." Teriak Aldi sambil menepuk tangan dan bersorok. "WOOO."

Varel yang juga tidak jauh berbeda gilanya dengan Aldi pun ikut bersorak ria.

"LO BUKAN TANDINGAN GUE YA." Jessica hendak memukul Zila namun, dengan cepat Zila melintir tangan Jessica menendang kakinya sampai Jessica tersungkur.

"Jangan main-main sama-sama gue. Lo juga bukan tandingan gue."

"Jangan mentang-mentang senior seenaknya sampai ngerasa punya kuasa di sekolah, tugas belajar, bukan ngerebutin pacar." Ucap Dion memberi nasihat pada Bianca dan juga Jessica.

"Gue ketua OSIS di sini, jadi kalian bertiga ikut gue ke ruang BK."

"Hah OSIS?" Tanya Cery.

"Hem . . . . " Dion berdehem.

"Bertiga itu siapa aja?" Tanya Cery.

"Bianca, Jessica, Zila." Ucapnya penuh penekanan. "Zee, jangan pernah ngebalasa sesuatu, apalagi kalau menyangkut fisik." Peringat Dion.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang