Arsara : bagian delapan belas

28 24 0
                                    

Selamat membaca,

***
Cast Dinda :

Hari yang ditunggu-tunggu tiba bagi mereka yang harus berkompetisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba bagi mereka yang harus berkompetisi.

Entahlah apakah hari ini menjadi hari yang sangat menyenangkan atau tidak.

Yang pastinya SMA Wijaya yang akan menjadi tuan rumah olimpiade tampak sudah sangat mempersiapkan semuanya dengan baik. Berharap... menang atau kalah, acara ini tetap menyenangkan.

Raisa yang mendapat sesi ketiga yang dilaksanakan jam sembilan pagi, ia akhirnya memutuskan untuk berkunjung sebentar ke sekolahnya.

Ia mencari keberadaan seseorang yang harus ia temui sekarang sebelum pergi ke SMA Wijaya.

Ia terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah, kakinya pun tidak berhenti melangkah mencari sosok itu.

Ya, Danis...

Dengan sangat kebetulan sekali mereka berpapasan.

Tidak ada yang saling menyapa diantara mereka.

"Gue mau pastiin kita udah gak ada hubungan apapun."

Danis terdiam sejenak.

Satu kalimat yang penuh kejutan, termasuk gaya bicara yang baru secara mendadak tentu saja membuat suasana sedikit canggung.

"Masalahnya cuma gara-gara gue adiknya jep?"

"Bukan cuma itu, lo ngedekatin gue ada maksudnya kan? Gue bisa cari tahu sendiri maksud itu, tanpa lo kasi tahu."

"Awalnya iya, tapi untuk sekarang gue benar-benar sayang sama lo. Dan harus gue akui gue merasa kehilangan lo." Ucapnya jujur.

"Gue juga merasa kehilangan. Perasaan itu muncul karena kita sudah saling terbiasa, tapi... bahkan nyatanya kita ngga saling cinta." Tentu saja Raisa yang kekanak-kanakan bisa berkata seperti itu. Seharian penuh ia memikirkan segala semua yang pernah ia lewati.

Bahkan ia memaksakan ingatannya untuk mengingat kembali walau hasilnya nihil.

Sehabis mengatakan itu, Raisa langsung meninggalkan Danis yang terdiam mematung.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang senantiasa mengamati percakapan mereka.

Ketika Danis hendak membalikkan badannya, ia melihat Dinda disana.

Awalnya Danis ingin menemui Dinda, namun kedatangan Raisa membuat jeda antara pertemuannya dengan Dinda. Padahal sangat sulit membujuk Dinda untuk bertemu.

"Din...."

Dinda tersenyum pilu.

"Maaf, ngga sengaja dengar" Sahutnya.

"Kalau cuma mau ketemu buat bantu biar bisa balikan sama mantan atau selesaikan masalah hati lo, gue ngga mau, cape.... Kayanya lo butuh waktu buat sembuhin hati, sebaiknya kita ngga usah ketemu dulu." Dinda langsung begitu saja pergi, tanpa memperdulikan Danis.

Mungkin bukan Danis yang harus menyembuhkan hatinya, tapi mungkin saja Dinda?

***

"Gimana Zefan?" Tanya Audrey antusias.

Audrey tiba-tiba saja menanyakan hal itu membuat Gisel yang sedang memainkan ponselnya menjadi terusik.

Gisel berdecak sebal.

"Zefan yang mana?" Jawabnya malas.

"Emang ada Zefan yang lo kenal lagi selain pacar lo?"

Gisel refleks mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya dan langsung menatap Audrey.

"Banyak" Jawabnya singkat.

Raut wajahnya sedikit menyembunyikan keraguan.

"Persiapan belajar buat olimpiadenya gimana?"

"Dia bilang sih, udah maksimal. Kenapa nanyain dia?" Tanya Gisel masih masih dengan nada yang tenang.

"Gue harap dia bisa dapatin piala Axton tahun ini"

"Ngga usah ngomongin Axton Axton segala. Dia ngga perlu piala itu. Dia ngga perlu dapat piala atau penghargaan dari Axton buat sukses. Lagian tahun ini dan sebelumnya bukan puncak Axton" Jelasnya.

Audrey mengerutkan keningnya, ia berusaha mencerna perkataan Gisel namun yang ia tangkap adalah ketidakpedulian Gisel terhadap Zefan.

"Gue ngga ngerti maksud lo. Tapi sebaiknya lo harus lebih support Zefan. Setidaknya kalau Zefan punya penghargaan dari Axton kan ada jaminan buat masa depannya, dan Axton itu terlalu rahasia, lo ngga pernah tahu puncaknya. Mungkin aja kan tahun ini walau diselenggariinnya bukan di sekolah utamanya?"

Gisel memutar malas bola matanya. Mendengar perkataan Audrey tentang Axton membuatnya jengah.

"Iya terserah, intinya mau apapun itu, have fun aja lombanya jadikan pengalaman." Ia sedikit meninggikan suaranya, untung saja di kelas hanya ada dirinya dan Audrey. Gisel cukup sensitif dengan beberapa kata yang bicarakan makanya ia merespons dengan begitu. Gisel langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Gue ke toilet" Ia melesat pergi meninggalkan Audrey.

Sebenarnya jika jam istirahat seluruh siswa SMA Prasma memang tidak diperbolehkan berdiam diri di kelas. Namun, tetap saja pelanggar aturan selalu ada.

Dimana ada aturan disitu ada penentang.

***

Instagram : sandaranletih dan naswanindya

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang