Happy reading
***
Raina, ibu Raisa mengunjungi rumah sahabatnya, ia duduk di ruang tamu rumah mewah milik Renita Prasma. Mungkin sebagian dari kalian masih mengingatnya.
"Renita apakabar kamu." Raina antusias langsung berdiri saat melihat Renita menghampirinya.
"Baik, silahkan duduk." Ucap Renita ramah. "Kamu gak berubah ya." Lanjutnya sambil tersenyum miring.
"Masih wajar kan, sama teman sendiri. Kamu sendiri gimana?" Tanya Raina.
"Gini-gini aja. Anak kamu gimana masuk Axton club?"
"Ngga, cuma juara tiga dia."
"Udah bagus kok." Jawab Renita.
"Anak kamu Arga kan namanya? Dulu kamu ngenalinnya Arga deh, salut bisa juara satu. Ngomong-ngomong anaknya mana?"
"Basket, masih ikut lomba bagian non akademik."
Mulut Raina terbuka saking kagumnya dengan keluarga Prasma.
"Coba Reno masih SMA, dia pasti masuk Axton club dan ikut lomba non akademik juga di bagian bela diri." Katanya tersenyum kecut.
Renita tersenyum tipis. "Hidup terus ke depan, jangan terlalu berandai apalagi ke masa lalu. Raisa kan nama anak kamu?"
"Iya." Raina mengangguk antusia.
"Cantik ya, saya masih ingat wajahnya."
"Nanti bisa kan kenalin Raisa sama Arga ya?" Tanyanya. Pertanyaan yang tidak bisa di tolak.
"Kalau anaknya mau, ya boleh aja kok."
Dalam hati Raina bersorak bahagia. "Kapan lagi besanan sama orang kaya, pewaris Prasma." Batinnya.
***
Raisa, Zila, dan Cery memakan cemilan , mereka juga tengah memakai masker wajah sekarang. Terbaring sambil bercerita, pandangan mereka ke atas langit-langit kamar kecuali Cery yang sedang memainkan ponselnya.
"Besok nonton basket gak?" Tanya Zila.
"Boleh." Jawab Raisa.
"Lo Cer?" Tanya Zila.
"Gak tau, bosan banget kayanya cuma jadi penonton. Kalian mah gara-gara ada orang idaman, jadi semangat banget buat nyemangatin."
"Bukan hei. Mau dukung tim sekolah juga."
"Bisa bohong ya sekarang Raisa?" Sahut Cery.
Tinggg tinggg
"Siapa ya yang nelpon gue, nomor gak dikenal lagi." Kata Cery kebingungan.
"Angkat aja, kalau penting gimana." Kata Raisa.
"Kalau penipu kita tipu balik." Timpal Zila.
Tidak pikir panjang ia langsung mengangkat panggilan telepon itu setelah mendapat masukan dari kedua temannya. "Hallo"
"Speaker." Peringat Raisa.
"Hai cantik."
"Siapa lo?! Gak sopan salam dulu."
"Axel, lah kan lo duluan yang bilang hallo. Gak ada salam gak sopan." Skakmat. Cery merutuk dirinya sendiri.
Raisa dan Zila menahan tawa mereka, akhirnya ada manusia yang cocok di jodohkan dengan Cery.
"Dapat nomor gue dari mana?"
"Semangatin gue dulu buat tanding habis ini."
"Gak mau, siapa? tinggal jawab aja."
"Tinggal semangatin aja, bentar lagi habis nih istirahatnya."
"Kenapa harus gue? pacar lo banyak."
"Tapi cuma lo yang buat gue semangat."
"AAAAAAAAAAA" Raisa dan Zila berteriak heboh sambil menyenggol lengan Cery.
Cery , mendelik tajam "Semangat ya lombanya." Ucapnya terpaksa. "Jadi siapa yang kasi nomor gue ke lo?"
Axel tersenyum hangat. "Kayanya lo lagi sama teman-teman lo, tanya aja mereka. Gue tanding dulu ya calon pacar."
"DIH WOI." Telepon dimatikan secara sepihak oleh Axel, Cery langsung menatap kedua temannya sampai akhirnya Zila menyengir lalu menunduk dan mengangkat tangannya.
"Jelaskan." Kata Raisa.
"Jadi kan dia nanya ya terus gue bilang, kalau mau nomor teleponnya Raisa lo harus bantu gue pulang ke rumah." Zila tertawa geli. "Jadi yang tadi di sekolah cuma settingan."
"Astaga Zila." Ucap Raisa dan Cery serempak.
"Tapi gue malah jadi harus berurusan sama kak Aldi."
"Ngomongin settingan, gue bisa minta tolong gak?" Tanya Raisa.
"Boleh lah."
"Iya."
"Gue ada urusan penting banget di luar, Kalian bisa kan seolah-olah ada gue di rumah, jangan sampai bokap, nyokap dan kak Reno tau. Mereka semua bakalan marah kalau gue pergi gak ada yang temanin."
"Jangan buat gue takut ah Sa."
"Mau gue temanin gak?" Tanya Zila.
"Gak usah, lebih dalam masalah. Pokoknya pura-pura gak dengar dan udah tidur aja kalau ada yang ngetuk pintu kamar. Dan kalian anterin gue sampai depan rumah ya? Bantuin pokoknya sampai bisa keluar rumah tanpa ada yang tau."
"CCTV?"
"Kalian jaga kalau misalnya ada yang datang aja, tahanin gitu."
"Ya udah."
"Gue siap-siap dulu. Kalau gue pulang ke rumah, gue telepon--jangan lupa bukain pintu. Kunciya ada di rak meja ruang keluarga."
Zila dan Cery mengangguk.
Raisa akan menemui Galih, cowok yang ia temui di sekolah malam itu. Niat Galih bahkan sampai mempunyai nomor teleponnya membuat Raisa yakin ada sesuatu yang tidak beres.
***
Instagram : naswanindya
semangat aja lah sebentar lagi tamat wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
Teen Fiction⚠️ please don't copy my story Original karya sendiri. --- Semua tampak biasa saja, hanya ada misteri abu-abu yang perlahan dilupakan, romansa yang menimbulkan penyesalan karena kebodohan. Masalah dimulai saat Raisa menghilang, ada dendam yang ingin...