Bagian lima puluh enam

7 2 0
                                    

Selamat membaca

***

Keadaan rumah kini sangat sunyi, dua orang disatu ruangan yang sama namun tak ada obrolan sama seklai diantara mereka. Hanya ada raut kecemasan di wajahnya. Mereka berdua serentak berdiri saat melihat Raisa datang, raut wajah yang sulit dipungkiri dari keduanya saat melihat salah satu perempuan yang mereka cintai dan mereka lindungi datang dengan luka dan mata sembap.

“Tolong pura-pura seolah-olah gak pernah ada yang terjadi, papah sama kak Reno bisa.” Kata Raisa lalu ia menundukkan kepalanya menyembunyikan tangisnya.

“Gimana papah bisa pura-pura lihat kamu kaya gini?” Ucap Rino dengan volome suara yang meninggi namun ia masih berusaha berbicara dengan intonasi yang tenang.

“SA!” Bentak Reno. “Gimana gue bisa tenang? Siapa yang buat lo kaya gini ha?!” Mata Reno berkaca-kaca menahan emosi sekaligus sedih dihatinya.

Raisa menggigit bibirnya agar tangisnya tak terdengar.

“Minta maaf sama mamah kamu dulu, Mamah kamu di kamar gak berhenti nangis dari semalam karena khawatir sama kamu.” Titah sang Ayah.

Raisa menghampus air matanya lalu menganggukkan kepalanya. Ia pergi ke kamar Ibunya dengan rasa bersalah.

Raisa mengetuk pintu kamar Ibunya, ia langsung membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci itu. Raina duduk di pinggir ranjang dan sibuk dalam lamunannya  langsung beranjak dari duduknya saat melihat Raisa menghampirinya.

Tangis Raisa pecah seketika, ia langsung bertulutut di depan Ibunya. Ia tak pernah berpikir bahwa Ibunya akan mengkhawatirkan dirinya sampai seperti ini.

“Maaffin Raisa mah.”

“Kenapa kamu balik?” Ucap Raina ketus dengan air mata yang jatuh begitu saja dipipinya. Raina menahan sesak di dadanya dan juga nada bicaranya.

Raisa meremas kuat roknya. Perih sekali rasanya dibanding luka ditubuhnya.

“Maaf mah….”

“Mamah masih kecewa sama kamu karena kejadian yang lalu, tapi mamah lebih kecewa hari ini.”

“Raisa gak pernah sekalipun bermaksud buat mamah kecewa, Raisa selalu mau buat mamah bangga sama Raisa.”

“KALAU GITU SEHARUSNYA KAMU GAK ADA DI DEPAN MAMAH SEKARANG!”

“Maaffin Raisa…”

“Orang tua mana yang gak terluka lihat anaknya pergi tanpa pamit, ditungguin pulang tapi gak ada, pulang lalu dengan keadaan seperti ini?!”

“Kamu memang selalu bikin mamah kecewa.”

“Mah!”

“Aku tau aku salah tapi aku udah minta maaf sama mamah, mamah gak pernah ngehargain permintaan maaf Raisa.

“Kalau aku kenapa-kenapa aku gak bakalan datang ke mamah dan aku juga gak akan cari mamah walaupun itu detik terakhir aku buat lihat mamah. Itukan yang mamah mau?”

Raina memejamkan matanya sejenak sambil memijit pelipisnya.

“Kita bicarain nanti, tinggalin mamah sendiri.”

***

Raisa duduk menyandarkan bahunya di sandaran tempat tidur. Ia mencengkeram buku itu dengan sangat kuat. Reno yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di kamar Raisa langsung berhenti dari aktivitasnya dan ia menyimpan laptopnya, ia berjalan mendekat ke arah Raisa lalu mengambil buku itu dari genggaman adiknya dan menyimpannya di atas meja.

Reno menggenggam tangan Raisa dan mengecup keningnya singkat. “Jangan takut ada gue, lo udah baik hampir dalam segala hal, jangan capek-capekn ya.”

“Besok jangan sekolah, fisik sama mental lo belum siap dek, gue gak mau adek gue kenapa-kenapa.”

“Gue sekolah dan kalau gue udah pulih gue latihan bela diri lagi ya? Gue bisa Ren, gue gak mau cuma sembunyi dibalik lo.”

“Iya..., bahkan kalau sempat gue yang ajarin, lo kuat Sa, lo lebih kuat dari bayangan gue.”

“Gue cuma mikir selama ini gue bodoh.”

“Jangan ngomong kaya gitu, oh ya…, mamah mudah rapuh Sa, mamah selalu pura-pura. Gue sempat dengar obrolan lo sama mamah, jangan pikir yang aneh-aneh sama ucapan mamah. Mamah sebenarnya tau kalau dia salah, dia ngerasa bersalah banget. Cuma dia gak bisa mengekspresikan apapun.

"Jagain mamah ya kalau gue gak ada?"

“Maaf juga, gue belum bisa jadi kakak yang baik buat lo.”

Raisa terdiam sejenak mendengar dan memperhatikan setiap kata yang Reno ucapkan.

“Kok lo ngomongnya gitu sih dan padahal gue yang selalu nyusahin lo.”

“Hmm, kalau gitu sekarang tidur gih, gue mau nugas.”

“Lo nugas di kamar gue?”

“Nggak lah, kamar gue lebih nyaman."

“Kak.”

“Ada maunya nih.”

Raisa tertawa kecil sebelum akhirnya kembali serius. “Lo pernah jatuh cinta?” Ucapnya ragu-ragu.

Reno tertawa kecil mendengar pertanyaan adiknya. “Pernah lah.”

“Terus gimana?”

“Gue banyak belajar dari jatuh cinta sebelumnya, untuk gak terlalu berambisi buat jadiin dia milik kita, jangan terlalu besar mencintai seseorang, cintai diri sendiri dulu, karena cuma diri kita yang akan selalu ada dan gak pernah menghilang.”

“Sekarang lo lagi jatuh cinta gak?”

“Bisa dibilang gitu, ada cewek di kampus gue, dia pintar dan baik banget, point tambahan dia cantik bagi gue.” Kata Reno antusias.

Raisa tersenyum, akhirnya ia baring sambil mendengar cerita Reno.

***

Instagram : naswanindya

Aku ngetik part ini, padahal Biologi, fisika, bahasa Indonesia, sejarah Indonesia dikumpul besok senin sekolah offline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku ngetik part ini, padahal Biologi, fisika, bahasa Indonesia, sejarah Indonesia dikumpul besok senin sekolah offline

Kalau ada Twitter mutualan ya naswanindya

Mau meme dong yang relate

Cukup segini part Raisa, bismillah Raisa semakin kuat menghadapi keadaan dan menerima kenyataan

Cukup segini part Raisa, bismillah Raisa semakin kuat menghadapi keadaan dan menerima kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow dan vote

Senyum pasrah ( 🙂 )

Terserah
Gapapa
Ohyaudahlah

8:32 PM selamat mengerjakan tugas dan begadang untuk diri sendiri

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang