Selamat membaca.
***
Raisa mengehela napasnya panjang, dengan langkah yang lesu, Raisa berjalan keluar dari kelasnya. Raisa sangat gugup jika Danis sampai tahu jika semalam ia pulang diantar oleh Arsa.
Danis menunggu Raisa di depan pintu kelas, sambil menunduk wajahnya. Raisa berdiri tepat dihadapan Danis, Danis yang sedari tadi menunduk mendongakkan kepalanya tatkala langkah kaki Raisa dekat dengan arah padangnya.
"Kenapa?" Tanya Raisa gugup.
"Semalam kamu pulang sama Arsa? " Tanya Danis to the point.
"Iya, kak Reno gak bisa jemput." Jawab Raisa.
"Oh...." Danis hanya ber'oh'ria sebagai balasan. Raisa kira Danis akan mempermasalahkannya, mengapa terasa begitu aneh. Seperti benar-benar tidak peduli, atau memang kah Danis selalu tidak ingin mengungkit hak yang lalu? Mungkin sedikit saja bertanya tentang apa yang Raisa lakukan.
"Aku mau pinjam PR kamu, habis ini aku ada pelajaran matematika sama bahasa Indonesia. Pelajarannya kita hari ini sama, cuma beda waktu" Jelas Danis. Tidak ada izin dari pernyataan yang diberikan olehnya, dan terkesan sedikit memaksa.
"Ini yang kesekian kalinya kamu minta PR sama aku, kenapa harus aku?" Tanya Raisa tidak terima, jika Danis meminta bantuan Raisa tentu akan membantunya. Tapi dalam masalah menyontek PR, apalagi ini terjadi kesekian kalinya Danis meminta. Tentu tidak bisa ditoleransi atau dimaklumi.
"Kamu pacar aku" Jawab Danis singkat.
"Itu selalu jadi alasan kamu minta PR ke aku? Danis, apa hari ini kamu ngajak berantem aku cuma karena PR? Kita bukan anak SD"
"Makanya kamu kasi aku PR nya, apa susahnya sih?. Dan kita selesai, gak ada yang perlu dipermasalahin. Gak ada yang bisa aku harapin soal ini dari orang lain. Kamu kasi aku PR yang kamu kerjain, itu bukan cuma buat aku, tapi buat teman-teman aku juga. Anggap aja kamu berbagi, okay?" Danis meyakinkan Raisa dengan nada yang sedikit memaksa.
Raisa menghembuskan napasnya pasrah dan tak percaya dengan kata-kata yang diucapkan Danis. Wajah Raisa begitu kesal, namun ia terus menahannya. Anggap saja melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Danis, selalu sabar saat pasangan melakukan kesalahan tanpa teguran atau bahkan nasihat yang baik.
Cukup unik, nereka berdebat hanya karena PR, suatu perdebatan yang sangat berbeda dari pasangan pada umunya bukan? Disaat Raisa berpikir Danis akan marah atau menegurnya karena kejadian semalam, kenyataan malah sangat menjengkelkan.
Meski kelas Raisa dan Danis berbeda, mereka tetap satu sekolah. Akan ada saatnya aturan dan jadwal mereka tidak jauh berbeda. Raisa tidak tahu menahu tentang kegiatan Danis sampai selalu saja meminta PR padanya, menolak pun percuma. Salahkah disaat Raisa mempertahankan agar Danis tidak ketergantungan padanya soal hal seperti ini, bahkan rasanya bukan hal ini saja yang terus menjadi persoalan.
Pada awalnya beberapa orang mengira Raisa hanya menjadikan Danis sebagai pelampiasan. Sejujurnya Raisa tidak pernah bermaksud seperti itu, ia ingin segera melupakan Arsa, dan mencoba mengalihkan hatinya kepada Danis.
Pada saat itu juga Danis hadir, dengan usaha tanpa celah, ia terus mendekati Raisa. Namun, semakin hari setelah mereka berpacaran, Raisa sedikit tidak nyaman dan heran atas sikap Danis.
Danis memang sabar, terlalu sabar saat tahu Arsa dan Raisa sangat dekat dan dirumorkan memiliki hubungan. Danis sangat tampak ikhlas saat terkadang secara tak sengaja Raisa berkata bahwa ia masih mengharapkan Arsa.
Hanya sedikit kepedulian yang Danis berikan kepada Raisa, bagaimana hati Raisa akan menghapus nama Arsa jika begini
Dari kejauhan diseberang mereka, ada Arsa yang dari tadi terus memperhatikan keduanya. Wajahnya sangat serius, tangannya mengepal namun ia sembunyikan di dalam saku celananya. Ia sangat ingin membawa Raisa menjauh dari Danis. Tapi sayangnya ia bukan siapa-siapa.
Bahkan pasti akan memperburuk suasana. Sayangnya tidak bisa ditahan lagi, Arsa mencoba melangkahkan kakinya menyusul Raisa.
Kringg!
Baru satu langkah kaki Arsa, ia langsung mengurungkan niatnya tadi. Karena tiba-tiba saja bel pertanda istirahat berbunyi, terlebih lagi Cery serta Zila datang membawa Raisa pergi.
"Gue mau ke kantin sama Raisa, lama banget lo ngobrolnya" Kata Cery ketus, ia langsung menggandeng tangan kanan Raisa, sedangkan Zila menggandeng tangan kirinya. Mereka berdua langsung membawa Raisa pergi menjauh dari hadapan Danis.
Saat Danis sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya, mereka menghentikan langkahnya sejenak dan melepas gandengan tangan itu.
"Thanks Cer, Zee"
"Gue emang selalu berkorban buat orang lain dan rajin membantu sesama" Jawab Cery sombong.
Raisa hanya tersenyum pilu mendengar kata-kata Cery.
"Cowok kaya gitu gak usah disedihin Sa" Ucap Zila.
"Gue gak sedih, cuma malu aja sama anak SD. Masa iya gue berantem sama cowok gara-gara PR, atau anak SMP yang udah mulai pacaran, memang ada yang berantem sama pacar gara-gara PR kaya gue?" Raisa mendumel kesal.
Tawa Cery pecah mendengar perkataan Raisa. Mereka bertiga berjalan dengan langkah kecil sambil bercengkrama.
"Sa, kakak gue sering banget cerita soal kisah asmaranya. Dia pernah bilang..., jangan menyusahkan diri sama yang namanya cinta, terima orang yang selalu ada, tapi..., pertimbangkan juga apa hati bisa menerima" Cery tersenyum samar, mengingat masa dimana ia bersama kakaknya sering bercerita.
"Gue pikir, lo gak usah dekat sama Arsa atau Danis. Cari aja yang baru. Arsa cuma bikin lo sakit hati, nyusahin banget kan. Dan Danis..., menurut gue dia gak diterima di hati lo. Udahlah mending kaya gue sama Zila, gak ada gandengan."
Raisa tertawa kecil, ia tampak berpikir sejenak, mempertimbangkan ucapan Cery.
"Cinta juga ada yang namanya orientasi, habis orientasi kadang ada komplikasi, pasti ada resolusi nya juga. Terus kadang disitu ada koda biar kita tuh sadar selama ini salah kita apa. Dan gue gak tahu gue di tahap apa, apa mungkin koda untuk cinta gue di SMA ini?" Ucap Raisa menimang nasibnya.
"Hahahah, udah digantungin punya pacar toxic, senang banget gue ngetawain nasib hati teman sendiri"
"Cery emang gitu, gak usah di temanin. Kak Ranti sering banget ceritain Cery soal cinta. Tapi Cery aja gak pernah punya pacar atau bahkan jatuh cinta. Aneh banget" Ucap Zila.
"Bukannya gitu hei, belum nemuin yang pas aja. Gue mau pasangan gue nanti bisa simbiosis mutualisme sama gue, yang ngertiin gue dan belum ketemu aja yang kaya gitu, makanya gue jomblo sampai sekarang!"
Zila dan Raisa tertawa mendengar sanggahan dari Cery.
"Gue udah lama gak ketemu kakak lo, gimana kabarnya?" Tanya Raisa.
"Membaik" Jawab Cery singkat.
"Kapan-kapan ketemu kak Ranti yuk" Kata Zila semangat dan dibalas anggukan antusias dari Cery.
***
Instagram : naswanindyaThank you!
terima kasih vote nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
Teen Fiction⚠️ please don't copy my story Original karya sendiri. --- Semua tampak biasa saja, hanya ada misteri abu-abu yang perlahan dilupakan, romansa yang menimbulkan penyesalan karena kebodohan. Masalah dimulai saat Raisa menghilang, ada dendam yang ingin...