Bagian lima puluh tujuh

11 2 0
                                    

Happy reading

don't copy my story

***

Sebagian siswa kelas XI MIPA 1 berkerumun membentuk kelompok masing-masing walau begitu sahutan demi sahutan sepertinya mereka membicarakan satu topik yang sama.

"Woi ada gosip!"

"ANJ MASA SI?"

"Eh udah pada dengar?"

"Kasihan anjir."

"Kok gitu?"

Arsa berjalan dengan langkah yang terburu-buru, ia berhenti tepat di depan pintu kelas XI MIPA 1. Bisa dibilang keadaan kelas cukup ramai namun saat kedatangan dirinya, keributan yang terjadi di XI MIPA 1 langsung meredam.

Kini semua perhatian terutama dari para perempuan yang mentap Arsa dengan tatapan seperti terhipnotis oleh pesona dirinya. "Ada yang lihat Raisa?" Tanyanya dengan suara beratnya.

Beberapa dari mereka menggelengkan kepalanya.
"Tadi gua lihat di parkiran." Jawab laki-laki yang baru saja meletakkan tasnya di meja.

"Thanks." Arsa hendak melangkahkan kakinya ke tempat tujuan, namun dari kejauhan ia melihat Raisa berjalan bersama Arga.

Cemburu? Tentu saja ia cemburu apalagi ia sangat menatikan senyum teduh itu dan senyum itu pagi ini tercipta karena sosok Arga.

Raisa memberhentikan langkahnya saat mata bertatapan dengan tatapan tajam Arsa. Arga yang menyadari bahwa Raisa menghentikan langkah langsung melirik ke arah Raisa. "Sa?" Panggilnya namun tak ada jawaban, Arga lalu mengikuti arah pandang Raisa dan ia melihat sosok Arsa di sana.

Arsa melirik Arga sekilas lalu ia pergi berbalik arah untuk menghindari kedua orang tersebut.

Sejujurnya Arsa sedikit terkejut karena saudara kandungnya tiba-tiba saja sudah bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Arsa sangat mengkhawatirkan keadaan Raisa apalagi saat melihat banyak luka yang ditutupi perban, rasanya ia sudah kacau ditambah lagi kedatangan Arga dan keakraban antara saudaranya itu dengan pacarnya membuatnya semakin kacau dan memilih untuk pergi.

Melihat kepergian Arsa, Arga langsung mengalihkan perhatian Raisa. "Raisa itu kelas kamu bentar lagi sampai, ayo!"

"Eh?iya."

"Gak usah dipikirin."

"Mikirin apa?"

"Cowok yang tadi ya?" Lanjutnya.

"Huh?".

"Aku tau, cuma pura-pura gak tau aja nih." Raisa tersenyum tipis menanggapi ucapan Arga.

"Kamu pikir dia cemburu karena lihat kita berdua?"

Raisa langsung menoleh ke arah Arga, entah mengapa kalimat itu membuat Raisa seperti dihantam benda tajam yang sangat menusuk hatinya. Kalimat yang membuatnya sakit saat menyadarinya bahwa ia terlalu mengharapkan dongeng menjadi nyata.

"Iya ya gak mungkin juga." Ucapnya sambil berusaha tersenyum dalam kenyataan pahit.

Arga tertawa garing. "Jangan ditelan mentah-mentah juga kata-kata aku. Kan kalian pacaran masa iya pacar gak cemburu lihat ceweknya gak dia lihat dari kemarin malah sama cowok lain dan kamu berhak mikir kok kalau pacar kamu cemburu, kecuali posisi kamu gak ada hubungan dan cuma kamu yang berharap."

"Kalau pacaran tapi cuma aku yang berharap?"

"Hm, bukannya gak berhak berekspektasi tapi aku udah berkali-kali patah hati karena ekspektasi. Jadi Cuma mau ingatin aja ekspektasi soal cinta tuh jangan deh. Sakit. Tapi karena aku salah satu manusia yang kuat jadi suka susah, udah tau bakalan jatuh tetap aja masih cinta."

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang