Selamat membaca
***
Cery mencari ruangan yang menjadi pusat olimpiade biologi, begitu juga dengan Raisa. Hanya saja, jika Cery berlari dengan terburu-buru lain halnya dengan Raisa, ia sangat tampak sekali gelisah berjalan dalam langkah yang lamban dengan kedua tangannya yang sibuk meremas rok sekolahnya.
Raisa berlari kecil menghampiri seorang pria yang ada di depannya. “Tahu ruangan tempat olimpiade matematika ngga?”
Pria yang memakai seragam khas SMA Wijaya itu langsung menyuruh Raisa ikut bersamanya. “Ikut gue aja.”
“Ngga usah entar ngerepotin. Kasi tahu aja, gue bisa sendiri kok.” Tolaknya.
Cowok itu berusaha menahan tawanya yang hampir pecah. “Gue juga mau kesana, lo percaya diri banget… tapi dari raut wajah lo kayanya lagi meragukan diri sendiri."
JLEB
Kata-kata yang sangat menusuk sampai ke hati.
Wajah Raisa bersemu merah, kata-kata yang dilontarkan cowok itu cukup membuatnya malu setengah mati, tetapi ia tidak salahkan?
Karena beberapa orang yang ia temui lebih memilih mengantarkan daripada memberi tahu, kan jadinya ia takut merepotkan…
“Bercanda… jangan dibawa hati. Ayo ikut!” Ajaknya.
Raisa mengekori cowok itu dari belakang sampai akhirnya mereka sampai di ruangan yang didepannya bertulis mathematic.
“Nama lo siapa?” Tanya Raisa.
“Arga…, nama lo?” Belum sempat Raisa menjawab pertanyaan Arga, panitia sudah memanggil keduanya untuk segera memasuki ruangan.
Tidak lama kemudian, semua peserta yang ada di masing-masing ruangan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh panitia.
Raisa terus mencoret-coret kertas yang disediakan untuk berhitung, mengingat beberapa materi yang seharusnya sudah ia pahami dan ingat. Tapi tiba-tiba saja seakan-akan ia tidak pernah mempelajarinya.
Lagi-lagi ia meremas rok sekolahnya, bahkan sekarang yang ia ingat adalah seorang wanita yang ditabrak oleh mobil.
Suasana ruangan ini memaksa Raisa harus bisa mengontrol pikirannya.
Melihat keseriusan dan ketekunan yang tampak sangat jelas dari para peserta membuat suasana seperti perperangan diantara mereka.
Setelah selesai mengerjakan soal, mereka keluar dengan sangat amat tertib.
Raisa hendak mencari keberadaan Cery namun seseorang membuatnya nenghentikan langkahnya.
"Lo masih punya hutang sama gue." Ucap Arga.
"Hutang apa? Oh lo mau gue traktir karena lo udah kasi tahu ruangan matematika?"
"Untuk masalah itu gue ikhlas, hutangnya itu, lo belum kasi tahu nama lo."
"Astaga." Raisa terkekeh, ia kemudian mengajak Arga untuk berjabat tangan dengannya.
"Raisa." Ucapnya.
"Arga." Ia menyunggingkan senyumnya,
Saat keduanya bersalaman, Arsa datang menghampiri mereka, mungkin lebih tepatnya menghampiri Raisa.
Arsa membawa sebuah botol air mineral, sesampainya, ia memberikan air itu pada Raisa.
"Makasih..." Ucapnya seraya tersenyum tulus pada Arsa.
"Pulang sama aku." Satu kalimat keluar dari mulut Arsa, kalimat yang membuat siapa pun bingung.
Kalimat itu bukan seperti ajakan, melainkan seperti sebuah perintah. Sehingga hanya satu opsi untuk menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
Teen Fiction⚠️ please don't copy my story Original karya sendiri. --- Semua tampak biasa saja, hanya ada misteri abu-abu yang perlahan dilupakan, romansa yang menimbulkan penyesalan karena kebodohan. Masalah dimulai saat Raisa menghilang, ada dendam yang ingin...