Arsara : bagian tiga puluh enam

12 5 0
                                    

Happy reading

***

Cery dan Zila mengantarkan Raisa sampai ke depan rumah dengan wajah cemberut dan cemas.

"Thanks ya, maaf banget."

"Harus segininya ya Sa?" Ujar Cery cemas.

"Iya nih gue jadi khawatir."

"Nanti gue ceritain semuanya deh."

"Ya udah hati-hati, cepat balik."

"Iya sebelum ada yang datang." Cery

"Gue pergi ya." Pamitnya dan langsung berlari kecil menuju taxi yang sudah menunggunya.

"Zee . . ., takut."

"Masuk aja lah dulu Cer." Ajaknya.

Raisa mengirim pesan kepada Galih lewat sms bahwa ia segera datang, setelah itu ia menelepon Danis, mungkin jika ada Danis semuanya sedikit lebih aman.

Arsa? Ia sedang melangsungkan liga basket bersama dengan teamnya untuk membawa nama sekolah. Jika Raisa mengabari Arsa pun, ia pasti akan bilang pada Reno, kakaknya.

"Danis, gue bakalan ketemu sama Galih."

"Sa, lo gila?"

"Lo bisa nyusul gak?"

"Oke kirim gue alamatnya, lo jangan dating ke sana sebelum gue datang."

"Bawa Jeprin ya."

"Sa, gue tau gue salah tapi mending berhenti. Gue sayang sama lo makanya gue peduli, gue sadar itu."

"Udah lah Dan, gue gak mau dibodohin kaya gini, gue gak tahu apa-apa dan gue bisa nyesal seumur hidup gue."

"Reno? Arsa? Mereka tahu?" Tanya Danis.

Bukannya menjawab Raisa langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak. Bisa kita permudah? Hidup Raisa benar-benar kacau dibuatnya.

***

Arsa dan timnya keluar dari lapangan basket, mereka beristirahat di pinggir lapangan dan mengambil air, handuk dan pakaian ganti.

"Yassssss menang bro!" Ucap Varel penuh syukur.

"Besok rebutin empat besar guys." Ujar Zefan.

"Jangan kesenangan berlebihan dulu." Ucap Rion.

"Jujur, tapi gue gak sabar banget." Ucap Axel, ia tersenyum simpul. Entah mengapa kesenangannya berlipat ganda.

"GILA!" Axel mengacak rambutnya frustrasi.

"ADA APA?" Tanya Aldi. Raut wajah mereka semua sedikit tegang dan kebingungan.

"Kalian percaya ada cinta pandangan pertama?" Tanya Axel. Pertanyan Axel langsung membuat semua teman-temannya ingin membunuhnya hanya lewat tatapan saja.

"BANGSAT LO XEL, GUE PANIK BUAT BESOK MALAH NANYA SOAL CINTA." Ucap Varel.

"Anjir ni orang." Kata Rion menggelengkan kepalanya heran.

"Kalau Rion udah kesal, berarti lo emang mau mati sih Xel." Timpal Dion.

"Kan lo belum kesal Di, Cuma Rion doang ya belum lah." Axel menyengir tak karuan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, hilang sudah jiwa playboy seorang Axel yang tidak mempercayai soal cinta,

"Jangan sampai bucin lo ya!" Ancam Alex.

"Cowok playboy kaya lo kalau jatuh cinta? Mending undurin diri aja dari pertandingan. Bisa gila! Cinta sewajarnya aja." Ucap Aldi.

"Anjing, jatuh cinta sama siapa gue? Gak ada sejarahnya gue jatuh cinta duluan, nanya doing gak boleh."

"Kurangin ngomong kasar, nanti gak diberkahi Tuhan tim kita." Peringat Dion.

"Teori dari mana lagi ini?" kata Alex frustrasi.

"Udah lah, bawa enjoy juga. Besok kita langsung lawan anak ACS."

"WHAT?!" Ucap mereka serempak.

"Enjoy . . . HAHHAHA, ENJOY YUK." Ucap mereka bersahutan sambil memaksakan tawa.

ACS adalah tim basket yang juara berturut turut, orang mengenalnya Axton tapi masa bodoh. Arsa menantikan pertandingan melawan tim basket wijaya, semoga saja bisa bertemu di empat besar nanti, hanya itu yang Arsa harapkan.

Bertanding dengan Arga membuat Arsa puas karena semangatnya terasa membara ketika melawan Arga, yang ia ingin adalah untuk mengalahkan Arga sebagai bukti bahwa Arga yang dulu maupun yang sekarang sama saja, tak ada yang berbeda walau Arga berlindung dengan memilih Ibunya.

"Besok bakalan ramai banget, jangan sampai kita gerogi." Ucap Dion.

Mereka semua mengangguk dan pandangan Arsa tertuju pada beberapa penonton yang mulai bubar, jumlahnya lebih dari cukup. Namun, Arsa merasa sepi dan sama saja terasa tidak special. Hal itu membuat Arsa teringat Raisa, senyum tipis terukir di wajahnya.

Arsa mengambil tas dan ponselnya, begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Mereka semua mengemas barang-barangnya untuk bersiap-siap pulang. Arsa mengecek ponselnya dan raut wajahnya berubah seketika.

"Gue duluan ya, ada urusan penting. Bisa kan? Double yon . . . gue serahin sisanya sama kalian, kalau ada hal penting telepon gue aja."

"Sip" Ucap Rion dan Dion serempak.

"Kok gak serahin ke three A? Yoi gak Xel, Lex?" Aldi menaik turunkan alisnya.

"Lo aja, gue sih ogah." Jawab Alex.

"Memikul tanggung jawab itu hal besar yang lumayan susah, bisa hancur kalau di tangan orang yang salah."

"Tuh dengarin. Gue cabut ya." Arsa segera meninggalkan teman-temannya dengan langkah yang terburu-buru."

"Bye"

"Hati-hati."

Arsa masuk ke dalam mobilnya dan pergi mengukuti lokasi yang tertera di ponselnya, lokasi di mana Raisa berada sekarang. Semua atas perintah Reno, Reno terus meminta bantuan Arsa untuk memantau adiknya. Arsa sudah pernah menolak, tetapi ia akhirnya terpaksa karena ia juga mengkhawatirkan Raisa.

Seperti sekarang ini, Arsa tahu keberadaan Raisa jika ia ingin tahu, hanya dengan melihat lewat ponselnya karena Reno sudah memasang GPS di ponsel Raisa yang terhubung pula dengan Arsa dan Reno.

***

Instagram : naswanindya

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang