Arsara : bagian tiga puluh delapan

13 6 0
                                    

Happy reading

***

“Kenapa Raisa lama banget sih?” Tanya Zila entah pada dirinya sendiri atau pada Cery sambil mondar-mandir tak karuan.

“Gak bisa duduk diam gitu Zee?” Cery yang melihat Zila berjalan bolak-balik dengan cemas itu dibuat semakin resah.

“Gue gak bisa diam.” Satu kalimat dari Zila yang sukses membuat banyak pertanyaan di kepala Cery.

“Bukannya lo sukanya diam, tenang dalam hal apapun?”

Zila menatap Cery dengan tatapan malas. “The other side of me.”

“Nge-drama lo . . . kaya novel aja.”

“Kaya drama, tapi ini nyata.  Novel? tanpa lo sadar kadang ada kisah nyata yang penulisnya gak mau bilang aja.”

“Gue gak paham, hidup rumit banget.”

“Gak rumit Cer, udah pas sama kita. Cuma kalau kebanyakan ngeluh sama kepikiran, nuyari-nyari jalan pintas. Itu yang bikin rumit.”

“Kenapa kita harus nyembunyiin sesuatu? Merahasiakan hal berat?”

“Gue gak tahu pasti, tapi nanti pasti gue tahu jawabannya.”

“Capek Zee.”

“Jangan ngeluh.” Cery duduk di samping Cery dan langsung menyandarkan bahu dan kepalanya pada tembok seraya memejamkan matanya untuk sejenak.

“Cery.” Panggil Reno sambil mengetuk pintu kamar Raisa.

TOK TOK TOK

“Cer? Itu bukannya kak Reno ya? Kenapa malah nama lo yang dipanggil?” Tanya Zila, refleks ia juga membuka matanya yang sudah nyaman terpejam tadi.

Cery membisu, ia kebingungan harus bagaimana dan menjawab apa.

“Sebenarnya gue kenal kak Reno Cer, dari kakak gue. Tapi kak Reno bilang jangan sampai Raisa tahu.”

“CERRR!” Zila memukul pundak Cery semakin khawatir sekaligus kebingungan.

“Gue udah jujur! Gue gak tahu kenapa kak Reno malah manggil nama gue bukannya Raisa.”

“Ini nih jadinya kalau suka nutupin banyak hal. Kejauhan mikirnya!”  Ucap Zila kesal. “Kak Reno gak manggil Raisa bisa jadi karena dia tahu kalau Raisa gak ada dan karena dia kenalnya Cuma lo . . ., dia mau pastiin langsung semuanya dari lo.”

“ZILA!” Kesal Cery karena dibuat takut oleh spekulasi temannya ini.

“Diam lah, jangan berisik banget. Kecilin tuh volume suara.”

“Gue gak nyangka punya teman titisan sherlock Holmes, cerdas banget.”

“Samain aja terus sama tokoh fiksi, gue good kok.” Zila memaksakan senyumnya ditengah situasi tidak berdasar ini.

“Cery gue mau ngobrol daripada gue berisik sampai nyokap bokap gue tahu.” Lagi-lagi Reno menyatakan pernyataan yang tersirat seperti memerintahkan Cery untuk keluar menemuinya.

“Keluar aja Cer.” Saran Zila.

“Lo mau modusin kak Reno?”

“Cery, lo ngomong kaya gitu karena lo yang nyimpan hati buat kak Reno kan?”

“NGGA!”

“Awas lo! Gue setujunya lo sama kak Axel.”

“Zila udah. Jadi gimana? Raisa bilang kita jangan keluar.”

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang