Selamat membaca,
Semoga tetap enjoy!
Jangan lupa follow, vote, komennya.
***
Memang perlombaan ini tidak jauh berbeda pembukaannya dengan tahun sebelumnya.
Pembukaannya bahkan se-simple itu.
Raisa tidak betah berlama-lama di rumah, kepalanya semakin sakit sedangkan lombanya tidak bisa ditunda.
Jujur saja ia ketakutan, kemarin pun ia tidak belajar. Kenyataan itu sangat mengganggunya, ia sangat gugup sekarang ini.
Ingin sekali ia mengajak Cery untuk menemaninya, tetapi ia juga tidak enakan.
Raisa memutuskan berkeliling SMA Wijaya, ia bahkan menyempatkan masuk ke salah satu ruangan diselenggarakan debat.
Ia duduk dibangku untuk supporter yang sudah dipersiapkan.
Ia benar-benar tidak percaya, seramai ini para supporter dan penonton untuk menyaksikan debat.
Yang lebih membuatnya kagum, sekarang ini ternyata adalah lomba antara tim sekolahnya dan SMA Wijaya sendiri.
Siapa lagi yang mewakili sekoalahnya dalam debat kalau bukan Arsa dan beberapa temannya, entahlah... selain Arsa, Raisa hanya mengenal Rion saja.
Semua bersorak saat Arsa menyampaikan pendapatnya.
Raisa pernah melakukan debat di kelasnya, bayangkan di hanya percobaan dan melawan teman sekelasnya saja sudah sangat sulit. Raisa benar-benar gugup, apalagi Arsa disana.
Tidak semua orang bisa menyampaikan pendapat atau berdebat dengan lugas, tegas, dan jelas.
Itu benar-benar membuat Raisa bahkan yang lain kagum.
Terutama sosok Arsa, sangat terpancar wibawa dan kharismanya.
Raisa merasa ia memang tidak cocok bersanding dengan pria seperti Arsa. Mengingat semua sikapnya selama ini yang juga sangat chilldish membuat dirinya sendiri muak.
Sepertinya Raisa terlalu over menyalahkan dirinya sendiri.
"Coba lihat cowok yang itu, gila keren sih!"
"Habis ini ngestalk sih gua."
"Pengen follow IGnya."
"Woi anjir siapa ya nama anak Prasma yang itu!?"
"Kenapa cowok yang pandai public speaking itu keren woi!!"
"Prasma!"
"Wijaya!"
Mereka benar-benar terlalu berisik dan sangat menganggu suana yang ada.
"Penonton harap tenang semua!" Tegur moderator debat itu.
Seluruh SMA yang mengikuti perlombaan ini memang harus mengirimkan beberapa perwakilan sekolah mereka untuk menjadi supporter mengingat beberapa lomba yang membutuhkan dukungan.
***
Tiga puluh menit sebelum lomba dimulai, peserta wajib sudah berada dalam ruangan yang telah ditetapkan untuk masing-masing bidang perlombaan.
Masih ada waktu bagi Cery untuk membaca buku rangkuman biologinya di rumah sakit.
Ia menjaga kakaknya sebentar sebelum pergi ke SMA Wijaya. Sambil menunggu ibunya yang akan datang kemari menbawa beberapa baju ganti.
Tiba-tiba dengan perlahan kelopak mata Ranti terbuka.
Ia melihat adiknya yang sedang membaca buku disamping ranjangnya.
"Hei" Sapanya dengan nada suara yang sangat kecil.
Cery yang sedang asik membaca langsung menatap kakaknya.
"Kak Ranti?" Ucapnya sangat senang, ia sangat takjub.
Tuhan memang maha adil, tahu kapan saat yang tepat untuk hal-hal yang baik.
Cery merasa semangatmya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.
Ranti tersenyum tipis melihat raut wajah bahagia adiknya.
Cery menggenggam tangan Ranti erat.
"Aku senang banget kak" Ia menangis penuh haru melihat kakaknya siuman.
"Lagi belajar?"
Cery mengangguk cepat, "Hari ini aku lomba, doain aku ya. Semoga aku ngga ngecewain kakak sama mama. Kakk istirahat, pokoknya harus sembuh!" Ucapnya semangat.
Pintu ruangan terbuka menampilkan Ryran, ibu Cery dan Ranti yang membawa tas berukuran sedang.
"Ma, kak Ranti..." Ucap Cery ketika ibunya meletakkan tas berisikan baju.
Dengan langkah cepat ibunya menghampiri ranjang tempat Ranti terbaring.
Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya saking tidak terkejutnya.
Raut wajah bahagia terpancar oleh Ryran, Cery, begitu juga Ranti.
Ibunya mengusap kepala Ranti lembut, air matanya pun tak kuasa ia bendung.
"Ya Allah, mama senang nak kamu siuman"
"Cery, panggilin dokter nak" Perintah Ryran.
Astaga!
Saking bahagianya Cery lupa memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Ranti lebih lanjut.
Cery mengangguk dan langsung keluar ruangan memanggil dokter dan suster yang stay di ruang VIP.
Karena jarak yang tidak jauh, menurut Cery lebih baik ia yang langsung mencarinya langsung.
***
Dokter tampak sibuk memeriksa keadaan Ranti.
"Kondisinya masih belum baik, tapi syukurnya sedikit ada kemajuan. Kita semua tetap berusaha sampai Ranti ini membaik." Ucap dokter itu.
"Tetap harus banyak istirahat, dan untuk selanjutnya bisa dibicarakan di ruangan saya ya bu" Lanjutnya.
"Baik, terima kasih dok" Jawab Ryran.
Dokter dan juga suster itu langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
"Cery ngga ke sekolah?" Tanya Ranti dengan suara yang terdengar masih lemah.
"Kamu olimpiade kan hari ini? cepat nanti terlambat. Selesai acara kamu bisa langsung kesini" Ucap Ryran lembut.
Senyum mereka tak pudar sama sekali, ruangan itu benar-benar tampak penuh kebahagiaan.
"Iya kak, ma. Aku berangkat ya" Pamitnya yang dibalas anggukan oleh ibunya dan juga Ranti.
"Semangat" Ucap Ranti.
Cery pergi dengan perasaan bahagia dan ketegangan di dalam dirinya sedikit berkurang.
Hari ini sepertinya semesta berpihak padanya, walau sepertinya itu tidak sepenuhya.
Tetapi tetap saja apapun yang membuat hatinya kecewa tidak sebanding dengan bahagianya hari ini.
Tidak ada yang lebih baik dari senyum ibunya dan kakaknya.
Walau pacar pun Cery tidak ada.
"Mama pergi ke ruangan dokter dulu ya Ran." Kata ibunya pada Ranti.
Ranti mengangguk pelan, ia memejamkan matanya. Tidak perlu disuruh banyak istirahat pun entah kenapa seluruh tubuh Ranti menginginkan istirahat, walau hatinya sangat ingin bercengkrama dengan keluarganya, bahkan kalau bisa ia ingin kembali sehat.
***
Aku nungguin next part yang lebih oke sih menurut akunya. Gak tahu di part berapa.
Jadi buat cerita baru itu tentang axton dan club pilihan. Ini kisah cery sama ...
Kalau mau publish harus nunggu cerita ini tamat. Jadi aku langi sambilan mulis cerita baru yang lain aja.
Instagram : sandaranletih & naswanindya
Follow
Vote
Komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
Teen Fiction⚠️ please don't copy my story Original karya sendiri. --- Semua tampak biasa saja, hanya ada misteri abu-abu yang perlahan dilupakan, romansa yang menimbulkan penyesalan karena kebodohan. Masalah dimulai saat Raisa menghilang, ada dendam yang ingin...