Arsara : bagian dua puluh enam

28 19 0
                                    


Happy reading

***

"Kenapa mukanya cemberut gitu?" Tanya Reno saat mereka telah sampai di SMA Prasma yang lumayan cukup ramai ini.

Raisa yang terus menundukkan pandangannya langsung mendongak menatap ke arah Reno, kedua sudut bibirnya terangkat dan membentuk lengkungan senyuman. Mungkin ia tersenyum namun matanya mengatakan sebaliknya.

Reno tahu itu, namun ia berpura-pura tidak tahu.

Tingg

Ponsel Reno berbunyi, ia langsung mengecek ponselnya. Raut wajahnya berubah seketika, sesekali matanya melirik ke arah Raisa.

"Kamu bisa ke lapangan basket sendiri? Atau ke kantin, katanya kantin buka loh..."

"Memang kak Reno mau kemana?" Tanya Raisa.

"Ngga kemana-mana, masih disini. Cuma mau ketemu teman sebentar. Ngga papa kan?" Tanya Reno, ia sebenarnya ragu namun tidak punya pilihan.

"Ya udah sana pergi." Jawab Raisa.

"Kalau ada apa-apa bilang gue yaa..." Ucapnya memastikan.

"IYAAA." Sahut Raisa dengan raut wajah sedikit sebal.

Reno mengangguk serius sebelun akhirnya pergi dari hadapan Raisa.

Udah diajak ke sini malah di tinggalin.

***

Zila telah menunggu lama sampai mereka menyelesaikan latihan basketnya.

Ia menghembuskan napasnya panjang, rasa lega ia temukan pada akhirnya karena kini latihan tim basket Prasma sudah selesai, mereka bubar dengan wajah sumringah. Yakin akan kemenangan.

Okay, bukan ini tujuannya sekarang ini.

Ia mengedarkan matanya ke seluruh penjuru lapangan untuk melihat sosok Gisel.

Dan benar saja! Gisel tengah berjalan bergandengan tangan bersama Zefan!

Baik lah, identitasnya kapan saja bisa terbongkar jika begini jadinya.

"Kenapa gue harus takut? Ahhh... kenapa akhir-akhir ini gue jadi gak jelas? Kalau udah tau Zefan ketuanya lalu apa? Kenapa kepo banget gue sampai nyusul ke sini?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian matanya membulat sempurna melihat dari kejauhan seorang wanita yang kini tengah berjalan sendirian dengan langkah hampa, namun tatapannya juga menatap heran ke arah dirinya berada sekarang.

Dia Raisa!

Dengan cepat Zila membalikkan tubuhnya, semoga saja Raisa tidak mengenalinya.

Jangan lupakan bahwa Raisa tidak bisa melihat dengan jelas wajah seseorang saat dari kejauhan. Sehingga ia pun ragu dengan apa yang ia lihat. Bisa dibilang matanya sedikit minus.

"Kaya kenal." Gumam Raisa.

"Sa!" Panggil pemuda itu dengan suara beratnya.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang