bagian lima puluh tiga

17 7 0
                                    


Happy reading

***

Gisa mondar-mandir saking mengkhawatirkan Gisel pasalnya sang putri tak ada di kamarnya, ia sudah mencari ke seluruh penjuru ruangan pun tak menemukan Gisel.

Sang Ibu putus asa lalu menghubungi nomor ponsel putrinya namun, nomornya sedang tidak aktif. Akhirnya dengan putus asa ia menghubungi Zefan yang setahunya merupakan kekasih Gisel.

“Hallo Zefan.”

“Iya tante, ada apa ya?”

“Gisel sama kamu ngga? Tante teleponin tapi nomornya gak aktif.”

Zefan langsung beranjak dari duduknya dengan sekejap pun raut wajahnya berubah seketika. “Gak ada tante, ini udah malam. Zefan bantu cari sekarang.”

“Tante Cuma tahu teman Gisel itu Alika tapi tante bingung gimana ngehubungin Alika.”

“Alika?” Batinnya, Zefan memutar otaknya mengingat Alika, ia seperti pernah mendengarnya hanya saj aia sedikit lupa.

DAN YA!

Akhirnya ia ingat Alika itu adalah Zila. “Ya udah tante, entar Zefan kabarin tante ya.”

“Iya makasih ya Zefan.”

“Iya tante.”

Setelah sambungan telepon dimatikan, Zefan mengambil jaketnya dan langsung bergegas. Tujuan pertamanya adalah markas, setidaknya ia butuh bantuan teman-temannya.

Setelah sampai di sekolah, ya tepatnya di gedung sekolah yang di mana di atas gedungnya  merupakan markas mereka.

Zefan membuka pintu rooftop dengan kunci yang ia punya, terlihatlah seluruh teman-temannya yang sedang santai menikmati malam dengan lampu, tenda, tikar, camilan, daging panggang, dan air soda serta bercanda ria sambil menonton film di layar dengan background kain putih polos.

“Al, gue minta alamat Alika.” Desak Zefan.

Aldi yang tengah menonton film horror itu menoleh ke arah Zefan dengan tatapan nyalang. Dasar pengganggu!

“Gila lo?!" Lirikan matanya lalu teralih pada teman-temannya yang lain.

“Lo yang paling tahu hal spesifik tentang Xten.”

“Alika siapa ya?” Timpal Varel polos.
Aldi melotot ke arah Zefan, seolah-olah menyalahkan Zefan atas kecerobohan yang terjadi. Bagaimana jika rahasia orang lain kebongkar?

Seperti yang lainnya, Arsa  kebingungan dengan tingkah Zefan yang datang-datang menanyakan alamat wanita dengan raut wajah dan nada bicara tidak santai. Semua orang tahu bahwa Zefan sangat mencintai Gisel.

Arsa yang meletakkan ponselnya di meja pun langsung terusik dengan ponselnya yang menyala dan berdering, Arsa langsung mengangkat telepon dari sang sahabatnya, Reno.

“Alika itu Zila tapi ini jadi rahasia kita, sorry, gue gak bisa nutupin hal ini tapi ada hal yang lebih penting. Gisel gak tahu pergi kemana. Mau nanya siapa lagi? Nyari kemana lagi? Gue tahu cewek gue anak rumahan dan temannya sedikit. Gue khawatir kalau dia gak ada di rumah, ini udah malam, gak bisa dibilang jam tidurnya, bahkan orang tuanya gak tahu dia kemana, nomornya juga gak bisa dihubungi.” Zefan mengeluarkan semua kata yang membuatnya gelisah.

“What." Semua pandangan langsung menoleh ke arah Arsa yang sedang menerima telepon, raut wajah Arsa sama halnya dengan Zefan saat ini. Ia kaget namun, tetap berusaha tenang menutupi ketakutan mendalamnya.
Arsa melempar ponselnya ke meja.

"Gue udah antar Raisa pulang sampai rumah, tapi dia sama sekali gak ada di rumah.”

Aldi langsung memegang frustrasi. “Apalagi ini, capek.” Gumamnya.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang