Arsara : bagian tiga puluh sembilan

13 6 0
                                    

Happy reading

***

Reno menunggu kepulangan adiknya di halaman rumah dengan begitu amat khawatir, ia merasa menjaga Raisa adalah tanggung jawab terbesarnya apalagi jika kepergian Raisa juga ada sangkut pautnya dengan teman-temannya.

Akhirnya yang ditunggu pun tiba, Raisa sampai bersama Arsa menggunakan mobil pemuda itu. Mobil itu terparkir di halaman rumah, dan disusul oleh dua orang yang turun dari mobil.

“Bisa gak jangan buat khawatir orang? Sa . . ., sejak kapan berani keluar malam sendiri denghan alasan gak jelas gini? Gak mikir lo ada kemungkinan orang buat jahat ke lo?” Kedatangan Raisa langsung dicerca banyak pertanyaan oleh sang kakak.

“Kok lo tahu gue pergi?” Tanya Raisa basa-basi.

“Arsa.” Jawab Reno.

“Arsa yang kasi tahu lo atau lo yang kasi tahu Arsa gue pergi? Apa kebetulannya barengan? Walau Arsa tahu gue keluar rumah, dia mikirnya gue pergi sama lo. Kenapa lo harus bohong sih? Kenapa harus ngerepotin Arsa untuk cari gue.”

“Raisa . . ., aku yang nawarin diri buat cari kamu.”

“Bukan karena Reno gak mau ketemu kak Galih? Sejak kapan gue punya kakak yang overprotektif?” Sindir Raisa.

“Overprotektif?” Tanya Reno seraya membuka mulutnya tidak percaya.

“Gue hapus GPS yang lo pasang di HP gue. Jangan pernah lakuin itu kalau lo memang sayang sama gue.” Raisa menatap Reno tajam sedangkan Reno menatap Arsa seolah-olah bertanya.

“Jangan cuma karena ini jadi berantem sama kakak sendiri.”

“Cuma? Arsa Diroz, mau seganteng apa pun lo, jangan ikut campur terlalu dalam di hidup gue. Pacar aja bukan.”

Sebelah alis Arsa terangkat, bisa berikan penjelasan lebih makna yang tersirat dalam kalimat ini? Kenapa jadi marah padanya?

“Masih marah? Kan aku udah minta maaf dan janji gak ngulangi lagi.”

Padahal Arsa sudah mau jujur dan sebenarnya ia datang pada Raisa hanya mau minta agar Raisa hadir di pertandingan basketnya.

“Tahu gak sih, gue benci banget sama cowok overprotektif.”

“Raisa  . . . .” Reno memanggil nama Raisa dengan menggeram.

“Gue sebagai kakak lo sayang banget sama lo.”

Raisa terlalu fokus beradu argument dengan Reno dan juga Arsa, menatap mata Reno dengan ketidak kepercayaan  sampai tidak menyadari bahwa Ibunya sudah berada di dekat mereka. Saat hendak pergi dan menjauh dari tubuh Reno yang menghalanginya, di situlah ia beradu pandang dengan sang Ibu.

Raina berjalan menghampiri Raisa dengan tangan yang setia ia lipat di depan dadanya. Raina sudah mengenakan piyama dan bersiap untuk tidur namun, kebetulan yang membawanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang ini.

“Kamu itu anak perempuan tapi pulang larut malam? Kamu mau buat malu mamah?! Pulang sama laki-laki yang gak jelas hmm? Kamu tahu mamah ngebangun image untuk kamu mendekatkan kamu dengan laki-laki yang bisa menjamin masa depan kamu tapi kamu malah merusak usaha mamah!”

“Mah maksud mamah apa sih? Iya aku minta maaf karena keluar malam gak izin.”

Raina menatap Arsa tidak suka, lihatlah penampilan pemuda ini. Kaus polos dan celana basket membawa pulang anak perempuan semata wayangnya.

“KAMU JANGAN DEKAT ANAK SAYA. MEMBAWA ANAK SAYA PULANG LARUT MALAM SEMAKIN MEMBUAT SAYA TIDAK SUKA DENGAN LAKI-LAKI SEPERTI KAMU.” Raina kembali menatap Raisa yang wajah merah padam sekarang.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang