Arsara : bagian dua puluh tujuh

25 18 1
                                    


Happy reading!

***

Raisa menyusul Reno dengan langkah tergesa-gesa hingga membuat kakaknya itu kebingungan karena tingkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raisa menyusul Reno dengan langkah tergesa-gesa hingga membuat kakaknya itu kebingungan karena tingkahnya.

"Lama banget. Mending aku nonton film di rumah." Rengeknya.

"Maaf." Reno terkekeh namun sebenarnya ia tampak sedikit merasa bersalah apalagi melihat raut wajah adiknya itu. Niatnya ingin menghibur malah berujung seperti ini.

"Dimaafkan." Sahut Raisa.

"Karena dimaafin, gue beliin martabak telur." Ajak Reno, seketika senyum Raisa merekah dibuatnya.

"Reno." Panggil Arsa. 

Deg!

Apalagi ini? Demi apapun Raisa enggan bertemu Arsa.

"Ya udah ayok cepat!" Raisa langsung menggandeng tangan Reno dan menariknya pergi. Reno yang mendengar suara itu, tetap diam, tubuhnya sama sekali tidak berpindah posisi walau Raisa berusaha menarik tangannya. Reno bahkan malah menoleh ke arah sumber suara itu.

"Bro, untung lo ke sini. Gue sampai lupa mau pamit gara-gara dia pengen cepat-cepat pergi." Ucap Reno saat Arsa mendekatinya.

Raisa melototkan matanya menatap Reno tajam, Arsa melirik Raisa sekilas karena ucapan Reno.

"Lo naik apa ke sini?" Tanya Arsa.

"Motor, BTW semoga sukses sampai lomba." 

Arsa mengangguk, "Thanks." Sesekali matanya melirik ke arah Raisa yang sibuk menundukkan kepalanya ke bawah dan menendang kerikil yang ada dengan kakinya.

"Gue kasi lima menit buat ngobrol sama adek gue. Gue ke parkiran duluan."

"Ha?!" Dengan refleks ia mendongakkan kepalanya, parahnya Reno hanya berlalu begitu saja.

"Gak tahu kenapa Reno akhir-akhir ini aneh. Kalau gitu aku mau nyusulin Reno ya." 

"Pakai ini." Arsa menyodorkan hoodie hitamnya pada Raisa.

Raisa meraih hoodie itu dengan ragu, sejujurnya ia kedinginan apalagi saat naik motor walau baju yang ia kenakan berlengan panjang.

"Kalau aku pakai, kamu entar pakai apa?"

"Aku pakai mobil, sedangkan kamu pakai motor. Jadi kamu aja yang pakai hoodienya. Mau aku antarin ke parkiran?" Tawar Arsa.

Dengan cepat Raisa menggelengkan kepalanya. "Kamu masuk aja sana, aku mau pakai hoodienya."

Tanpa basa-basi, Arsa langsung mengangguk dan pergi masuk kembali ke ruang olahraga. Raisa yang melihat kepergian Arsa berusaha tetap tenang sambil mengulum senyumnya. Sebelum ia memakai hoodie milik Arsa ia menghirup bau hoodie tersebut yang ternyata sangat wangi. 

"Kok bisa wangi banget sih." Gumamnya.

Sudah bisa ditebak, parfum bahkan detergen yang digunakan bukan merk sembarangan.

Reno berdiri di dekat motornya dengan pandangan yang tak beralih sedikit pun dari jam tangan yang ia kenakan.

"Lewat dari lima menit." Reno membalikkan tubuhnya, niatnya menyusul Raisa tetapi ia urungkan karena kini ia melihat adiknya sudah berjalan mendekatinya dengan senyuman yang tidak biasa. Reno menaikkan sebelah alisnya karena atasan yang dikenakan Raisa berbeda.

Atasan yang Raisa kenakan tidak lagi kaus berlengan panjang berwarna putih, tetapi sudah berganti, karena kini Raisa mengenakan hoodie milik Arsa yang berwarna hitam.

"Punya Arsa hoodienya? Terus kenapa lama banget, hampir lima belas menit." Tanya Reno.

"Kenapa ngga nyusul." Batin Raisa dengan wajah sendunya.

Raisa diam tak menjawab, menahan ekspresinya yang tidak karuan. "Emm..., ayo beli martabaknya." Ajaknya untuk mengalihkan pembicaraan.

Mau tidak mau Reno langsung mengiyakan dan naik ke motornya yang juga disusul oleh Raisa.

"Aku pengen martabak telur, tapi kalau ketahuan mamah gimana? Entar lo juga yang disalahin."

"Ngga papa." Sahut Reno seraya membantu memasangkan helm untuk adiknya.

Saat Raisa sudah duduk diatas motor milik Reno, senyum yang ia tunjukkan langsung memudar seketika.

Pikirannya mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, setelah Raisa melapisi tubuhnya lagi dengan hoodie. Saat itu pula tiba-tiba seseorang menghadang jalannya tepat saat ia merapikan hoodie yang tampak oversize dipakainya itu.

"Lama gak ketemu." Ujar orang itu.

Raisa shock dan pikirannya mulai kacau saat bertemu orang itu, ekspresi wajah berubah dari yang tadi sangat amat senang menjadi sangat kaget dan tidak menyangka.

 Senyumnya luntur...

Serasa di terpa badai dengan hembusan angin yang seperti berhasil berhembus sampai raga ini diam mematung.

Serpihan teka-teki yang abstrak sedikit demi sedikit mulai konkret. 

Orang yang Raisa temui adalah Galih, yang juga merupakan salah satu sahabat Reno. Yang turut ikut andil dalam peristiwa yang sampai sekarang masih kelabu, membekas dan meninggalkan trauma.

Di ingatan Raisa, kejadian itu benar-benar tidak jelas seperti ada bayangan kelabu yang menutupinya. Namun, mulai hari ini, malam ini, di tempat ini pula... perlahan-lahan ada kejelasan yang menghilangkan kelabu.

"Ada rahasia yang harus kamu dengar, cantik...."

Kalimat yang di  ucapkan Galih langsung membuat Raisa ketakutan.

"Tapi bukan malam ini." Galih langsung meninggalkan Raisa yang terdiam mematung.

***

Instagram : naswanindya


Ngetiknya buru-buru soalnya lagi bahas fisika :)

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang