Arsara : bagian sepuluh

65 47 2
                                    

Selamat membaca, jangan lupa tekan tombol vote.

***

Raisa memasuki ruang UKS yang tidak terkunci, ruangannya terlihat sepi dan tidak ada satu orang pun disana.

Syukurlah, setidaknya ia bisa menyendiri. Minimal tidak mendengar kata-kata orang lain yang mengatai dirinya. Ia juga cukup kecewa dengan kejadian barusan. Apakah pantas orang lain menambah kekecewaan di hatinya?

Raisa duduk dipinggir ranjang UKS seraya memegangi perutnya yang terasa lapar. Jangan sampai ia benar-benar sakit perut karena belum makan. Jika berada di kantin, ia mungkin akan makan roti namun juga makan hati.

Jalan terbaik dari yang terburuk adalah menahan lapar, yang penting tidak makan hati. Pasti bisa menahan lapar, daripada perut kenyang tetapi hati dan pendengaran terasa panas. Begitulah jalan pikiran Raisa sehingga ia bisa berusaha untuk bertahan, walau tidak mampu kelaparan.

Cahaya semakin masuk ke ruangan UKS tatkala pintunya terbuka. Namun, tidak membuat Raisa menoleh sedikit pun. Ia masih setia memegangi perutnya sambil menundukkan kepalanya ke bawah.

Ruangan kembali tertutup, seseorang masuk ke ruangan itu dan berjalan ke arah Raisa. Sesampainya ia menyodorkan roti dan sebotol air mineral kepada Raisa.

Raisa langsung menoleh, terlihat tangan kekar dengan jam tangan hitam memberikan roti serta sebotol air mineral.

Ia mendongakkan kepalanya melihat wajah orang itu untuk memastikan bahwa tebakannya benar.

Dan ya... benar saja orang itu adalah Arsa. "Kamu ngapain kesini?" Tanya Raisa terkejut.

Arsa tidak menjawab, ia meraih tangan Raisa dan memberikan roti keju itu. Sedangkan botol air mineral itu masih ia genggam di tangannya.

"Makan." Katanya.

"Gak lapar" Tolak Raisa yang juga hendak mengembalikan sebungkus roti yang sudah ada di genggamannya itu.

Arsa tetap membiarkan roti itu berada di genggaman Raisa.

"Aku tahu kamu belum makan dari semalam, makanya aku suruh kamu makan" Ucap Arsa jujur.

Raisa ingin sekali pergi sejauh-jauhnya dari hadapan Arsa, sungguh memalukan ketahuan bohong.

"Siapa bilang aku belum makan" Sanggahnya percaya diri.

"Semalam aku telepon Reno, kamu habis dari cafe langsung tidur dan belum makan."

Arsa tahu betul kalau Raisa sudah mempunyai pacar, bagaimana bisa ia bertanya langsung pada Raisa. Karena ada Reno, lebih baik bertanya pada Reno.

Seketika kepercayaan diri Raisa runtuh semua, benar-benar memalukan. Apakah Arsa dan Reno selalu membicarakan dirinya? Pertanyaan itu seketika terlintas di dalam benak Raisa.

Wajah Raisa terlihat kesal, namun ia tetap membuka bungkus roti tersebut dan rotinya.

"Tapi aku sukanya rasa cokelat bukan keju"

Arsa mengacak-acak rambut Raisa gemas.

"Jangan sampai sakit, orang tua kamu hari ini pulang ke rumah"

"Gak usah sok perduli, gak sehat buat hati" Ucap Raisa ketus.

Arsa tersenyum hangat. "Tapi aku suka" Jawabnya.

"Suka siapa?!" Tanya Raisa kalut.

"Suka roti rasa keju, tumben banget mau makan yang rasa keju, biasanya harus roti rasa cokelat"

Wajah Raisa memerah, Arsa tahu kalau Raisa sangat lapar. Raisa adalah type orang yang kalau tidak terlalu lapar pasti sangat pemilih, makanan itu harus sesuai dengan yang ia suka dan ia mau. Jika lapar, ia akan melupakan segala yang ia sangat suka dan memakan apa yang ada.

Sebelah sudut bibir Arsa terangkat membentuk lengkungan, ia menyodorkan botol air mineral kepada Raisa.

"Jangan sering minum coffe Sa, gak baik buat kesehatan. Minum air putih aja" Kata Arsa lembut.

"Ini yang kamu kasi buat Cery tadi?" Tanya Raisa penasaran seraya meraih air mineral tersebut.

"Bukan, ini punya aku. Aku kasi air ke teman kamu karena dimintain tolong sama ibu kantin." Jelas Arsa.

Raisa yang sedang membuka tutup botol air mineral tersebut langsung menahan senyum mendengar penjelasan Arsa. Hatinya langsung bersorak gembira, ingin rasanya berteriak sambil loncat di ranjang UKS ini. Namun itu semua hanya bisa ia tahan.

Raisa mengangguk mengerti sambil meminum air tersebut.

"Oh iya, karena itu punya aku. Aku sempat minum airnya sedikit-" Arsa belum sempat melanjutkan ucapannya karena Raisa yang tersedak.

"Ya kenapa gak bilang dari tadi"

"I'm forget" Jawab Arsa polos. "Kamu biasanya yang paling cerewet masalah tutup botol, kenapa, tumben gak sadar tutupnya mudah banget buat dibuka?"

"Tadi kan aku lagi senang, mana ingat juga. Ya... ya, kamu minum airnya pakai sedotan kan?" Tanya Raisa.

"Bibir" Jawabnya singkat.

"Arsa!" Rengek Raisa.

"Kenapa? Jawaban yang benar pakai mulut maksudnya? Aku paling jaga kesehatan mulut kok, tenang aja" Jawabnya.

"Arsa, kamu pasti tahu maksud aku!"

Raisa mendorong Arsa agar segera keluar dari ruang UKS.

Raisa segera menutup rapat pintu UKS. Ini adalah salah satu sisi lain dari Arsa! Belum saat ia manja, marah, kesal, cemburu. Sangat menyebalkan!

***

More information on bio.

Kemarin mau up tapi malah kehapus, tapi gakpapa sih revisi scene aja sekalian.

Banyak tugas maafkan.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang