Arsara : bagian tiga puluh tiga

13 6 0
                                    

Happy reading

***

Mengenai rencana mereka, sebenarnya ia sudah menelpon Zila, menanyakan kabar dan menyarankan agar rencana mereka ditunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengenai rencana mereka, sebenarnya ia sudah menelpon Zila, menanyakan kabar dan menyarankan agar rencana mereka ditunda. Namun, Zila menolak dengan alasan tidak ada yang tahu lain waktu apakah masih bisa merencanakan hal seperti ini.

Raisa kini sedang berbelanja di supermarket berkeliling mencari beberapa minuman dan cemilan untuk rencana nanti malam bersama dengan teman-temannya. Saat keranjang belanja milik Raisa sudah penuh, ia hendak menuju kasir dan melakukan pembayaran. 

"Ini uangnya." Raisa menyerahkan uang tiga ratus lima puluh ribu rupiah sesuai dengan yang tertera dilayar kasir.

"Gak perlu mbak, soalnya udah dibayar sama masnya yang disana." Tunjuk sang kasir pada Arsa yang tak jauh berdiri dari sana.

"Shit." Gumam Arsa.

Raisa menoleh ke arah yang ditunjuk oleh sang kasir, ia melihat sosok pemuda yang tampak salah tingkah, ia terkekeh melihat Arsa yang menghidari kontak mata dan pura-pura tidak melihatnya.

"Ya udah saya permisi ya." Raisa keluar dari supermarket dengan membawa tas belanjaannya.

Setelah dirasa yang bersangkutan pergi dari supermarket, Arsa langsung menghampiri kasir tersebut. "Mbak, gak asik." Ucapnya kesal.

"Ya lagian mas, gengsian banget ditemanin dong pacarnya, dibawain belanjaannya, jangan cuma pacaran modal uang." Goda sang kasir sambil tertawa.

"Bukan pacar."

"Dekatin dong. Ini yah kembaliannya enam ratus lima puluh ribu." 

"Buat mbak aja."

"Maaf ya mas, saya jujur dan profesional dalam kerjaan."

Arsa memaksakan senyumnya hingga matanya setengan terpejam, ia mengambil uangnya kembali dan keluar dari supermarket dengan wajah cemberut.

Arsa memaksakan senyumnya hingga matanya setengan terpejam, ia mengambil uangnya kembali dan keluar dari supermarket dengan wajah cemberut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anjim receh banget gue, HAHAHAHA ANJIR. 

ASTAGFIRULLAH...

MAAF.... Menulis untuk menghibur diri wkwka

Ekspresinya sesuai foto yang di awal  chapter ini ya.

***

Raisa mengikuti Arsa dari belakang sambil mengulum senyumnya.

Berbeda dengan Arsa, ia menampilkan wajah kesalnya tanpa menyadari bahwa seseorang mengikutinya dari belakang sampai menuju parkiran.

Rusak sudah imagenya.

Ketika Arsa masuk ke mobil yang ia kendarai, ia terkejut melihat Raisa melalui kaca mobilnya. Raisa kini berdiri tepat di depan mobil Arsa.

Arsa keluar dari mobilnya dan menghampiri Raisa.

"Kalau aku gak lihat ke depan dan langsung nyalain mobilnya. Gimana?"

"Iya maaf, iniii." Raisa menyodorkan uang senilai tiga ratus lima puluh ribu.

"Buat apa?"

"Buat yang tadi, gak usah repot-repot."

"Gak usah, simpan aja. Gak seberapa juga."

"Iya karena gak seberapa, gak perlu bayarin. Jadi ambil aja."

"Ya udah ayo."

"Ha? Kemana?" Tanya Raisa kebingungan.

"Belanja lagi, sampai bisa aku bayarin."

"Bukan gitu maksudnya."

"Iya iya paham. Tapi aku gak mau, ambil aja uangnya." Arsa langsung pergi, ia masuk ke dalam mobilnya. Arsa tampak sibuk mencari sesuatu di dalam mobilnya.

Raisa tetap diam mematung memandang Arsa di balik kaca mobilnya.

Ponsel milik Raisa berdering, Arsa yang di depan matanya ini ternyata sedang meneleponnya

"Kenapa?"

"Mau pulang bareng gak?" Mereka saling menatap.

Raisa terdiam sejenak, "Gak usah." Jawabnya mantap, ia mematikan telepon sepihak dan kemudian langsung pergi menjauh sampai tak terlihat lagi oleh Arsa.

"Bad day" Gumam Arsa.

***

singkat efek libur.

Mohon maaf lahir dan batin ya.

instagram : naswanindya & sandaranletih







Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang