Part 2

704 49 25
                                    

Selamat membaca:))
.
.
.

Lira Putri Wijaya, istri
dari seorang pengusaha sukses di bidang properti dan juga kuliner. Levin Anton Velix.

Keluarga Velix memiliki dua orang putra yang diberi nama Liam Andric Velix dan Leo Andric Velix.

Tapi sekarang, anggota keluarga mereka bertambah dengan kedatangan dua orang putri dari sahabatnya yang tewas akibat pembunuhan berantai di desa tempat mereka tinggal. Sebelum meninggal sabahat mereka sempat menelpon Levin dan berkata 'selamatkan putri putri ku, bawa mereka pergi dan jaga mereka untukku ku mohon'

15 tahun yang lalu....

Setelah mendapat pesan seperti itu oleh sahabatnya, Levin langsung pergi ke tempat tinggal sahabatnya itu. Saat sampai di sana, Levin tidak melihat seorang pun, sepi. Hanya itu yang ia rasakan saat mulai memasuki desa tempatnya dan sahabatnya itu tumbuh. Tidak lama kemudian terdengar suara serine mobip polisi, ambulance dan juga tentara.

Setelah menanyakan apa yang terjadi ke pada polisi yang datang, Levin sangat terkejut saat mengetahui bahwa ada teroris yang berhasil menyelinap dari perbatasan dan membantai semua orang di desa termaksud sahabatnya dan juga istrinya.

Setelah mendengar itu ia minta ijin untuk melihat keadaan sahabatnya yang diikuti oleh beberapa petugas rumah sakit dan juga tentara.

Saat Levin melewati rumah rumah yang ada, dapat ia lihat mayat dari orang orang desa tergeletak, tidak ada yang tersisa. Itulah yang dipikirkan oleh Levin. Bahkan mereka juga membantai anak kecil yang tak tau apa apa.

Sesampainya di rumah yang paling besar diantara semua rumah yang ada di desa itu. Levin dan yang lainnya langsung masuk ke dalam. Terlihat isi rumah yang berantakan dan satu mayat yang merupakan pembantu di rumah itu. Beberapa orang membawa mayat itu keluar dan Levin pun kembali memasuki rumah. Saat ia menaiki tangga dapat ia dengar suara tangis yang berasal dari lantai atas.

Dengan sedikit berlari, Levin menaiki tangga untuk sampai pada suara itu berasal. Dan seketika langkah nya terhenti dan tepat di  hadapannya terdapat dua mayat yang tak lain adalah sahabatnya dan istri sahabatnya, juga dua gadis kecil yang menangis memanggil manggil nama Ayah dan Bundanya.

"Hikss,, Ayah bangun, Bunda" Tangis gadis yang paling kecil diantara keduanya, Lauren Gibran Antonio, ya dia adalah Lauren dan juga sang kakak Celsi Gibran Antonia yang menangis melihat Ayaj dan Bundanya yang sudah tidak bernyawa.

"Celsi" Panggi Levin pada Celsi yang hanya menangis dan memeluk sang adik.

"Om,," Celsi menatap ke sumber suara yang memanggil namanya.

Celsi dan Iren yang sudah mengenal Levin pun bangkit dan berlari ke arah Levin dan memeluk kaki Levin erat.

"Hikss Om Ayah,," Tangis Celsi.

Levin berjongkok menyetarakan tinggi badannya dengan ke dua gadis mungil itu.

"Celsi, Iren, kalian baik baik aja kan? Ada yang terluka?" Tanya Levin khawatir.

"Kami baik baik saja Om, tapi Ayah dan Bunda,,," Sahutnya dan kembali menangis di pelukan Levin.

Beberapa petugas rumah sakit datang dengan tandu untuk mengangkat mayat Ayah dam Bunda Iren. Iren yang melihat Ayah dan Bundanya di bawa pergi pun menghalangi jalan dengan merentangkan tangan nya.

"Paman, Ayah dan Bunda Iren mau di bawa kemana?" Tanya Iren polos.

"Sayang biarkan mereka membawa Ayah dan Bunda mu ya. " Levin menjelaskan dengan lembut pada Iren agar gadis kecil itu mengerti.

My Adoptive Brother (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang