Part 22

236 18 1
                                    

Hi hi ketemu lagi kita
Gimana kabar kalian?
Sehat selalu ya kalian

Aku up lagi nih
Ayo baca jangan lupa vote sama komen ya
.
.
.
.


Celsy berlari melewati koridor rumah sakit dengan air mata yang tak kunjung berhenti. Ia baru saja tiba di Indonesia untuk pernikahan Kakaknya. Namun kabar yang ia dapatkan membuatnya lemas dan khawatir dengan kondisi Adiknya.

Suara langkah kaki membuat mereka yang sedari tadi diam di depan ruangan operasi menoleh dan melihat Celsy yang kini sudah berada di pelukan Levin. Tangis Celsy pecah di pelukan sang Papa.

"Papa apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ini bisa terjadi?" Tanyanya lirih pada sang ayah.

"Papa akan jelaskan nanti. Sekarang kita harus berdoa untuk keselamatan Iren ya" ujar nya kembali memeluk Celsy erat.

"Dia akan baik baik saja. Adikmu adalah orang yang kuat hemm" ujar Levin menenangkan Celsy yang masih terisak dipelukannya.

Lampu ruangan operasi padam yang artinya operasi telah selesai. Mereka semua berdiri dan menghampiri Leo yang baru saja keluar dari ruangan operasi dengan beberapa suster.

"Le, gimana? Iren baik baik saja kan?" Tanya Levin pada Leo.

"Ia sekarang baik baik saja. Tapi Iren belum sadar, kemungkinan dia sadar 2 atau 3 hari lagi karena luka nya cukup dalam" jelas Leo membuat mereka merasa sedikit lega.

Sekarang Lauren sudah di pindahkan ke ruang inap VIP. Semua nya juga berkumpul di sana, Celsy yang sedari masuk sudah duduk di kursi yang ada di samping ranjang Lauren dan memegang satu tangan adiknya itu.

"Hi, Kakak pulang. Kamu nggak mau bangun nyambut Kakak gitu? Kakak kangen" ujarnya pelan. Setetes air mata jatuh mengenai tangan nya yang mengenggam tangan Lauren.

"Sayang, kamu pulang dulu ya. Kamu pasti capekkan baru sampek langsung kesini. Biar Leo yang jaga Iren ya" Ujar Levin yang dijawab gelengan kepala oleh Celsy.

"Aku mau disini aja Pa. Kalian aja yang pulang. Lagian kasian Kak Jia dia butuh istirahat total apalagi pernikahan mereka udah tinggal menghitung hari" tolak Celsy.

Levin menghembuskan nafas pasrah. Ia tak mungkin memaksa Celsy untuk pulang meninggalakan adiknya yang kini tengah terbaring di rumah sakit.

"Kalau gitu kita pamit pulang. Besok pagi Papa kesini lagi. Jangan lupa istirahat ya sayang." Celsy mengangguk sebagai jawaban.

Setelah mengecup kening putrinya, Levin dan yang lainnya pun pulang meninggalkan Celsy dan Leo untuk menjaga Lauren.

"Kamu istirahat aja diruangan Kakak biar Kakak yang jaga Iren hem?" Lagi, Celsy menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu yakin?" Dan dijawab dengan gelengan oleh Celsy, lagi.

"Yaudah kalau gitu Kakak mau membersihkan diri di ruangan Kakak" Celsy hanya menjawab dengan anggukan.

Setelah kepergian Leo, Celsy hanya diam menatap adiknya yang masih setia memejamkan matanya tanpa ada tanda-tanda akan membuka matanya.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Celsy kearah pintu masuk. Ia terdiam menatap pria yang baru saja masuk dengan air mata yang sudah terkumpul di pelupuk matanya.

"Uncle Tommy" Celsy berhampur ke pelukan pria yang ia panggil Uncle Tommy itu.

"Hi sayang. Kenapa kau menangis? Kamu tidak senang melihat Uncle disini?" Ujarnya sambil membalas pelukan Celsy dengan erat.

My Adoptive Brother (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang