Part 10

310 27 11
                                    

Jangan lupa vote ya

Selamat membca🤗🤗
.
.
.

Lauren turun dari mobilnya yang sudah terparkir dengn rapi di parkiran rumah sakit. Setelah mengunci mobil, Lauren berjalan masuk ke dalam rumah sakit tempat dimana Leo bekerja. Dengan membawa satu paper bag di tangannya yang berisikan makanan untuk sang Kakak.

Kaki jenjangnya terus berjalan melewati koridor rumah sakit dengan senyum yang tak pernah luntur di wajah cantiknya. Hanya dengan membayangkan ia akan makan bersama dengan Leo diruangannya saja sudah membuatnya senang.

"Permisi Sus mau nanya, apa Dokter Leo ada di ruangannya?" Tanya Lauren pada Suster yang perpapasan dengan nya.

"Ohh iya, beliau ada di ruangannya" jawab Suster tersebut ramah.

"Baiklah kalau begitu, terimakasih" setelah Suster itu pergi dari hadapannya barulah Lauren melanjutkan langkahnya menuju ruangan Leo.

Saat sudah sampai di depan ruangan Leo, Lauren dapat melihat pintu ruangannya sedikit terbuka. Dan dengan perlahan Lauren membuka pintu dengan hati hati takut mengganggu Kakaknya yang mungkin sedang beristirahat di dalam. Namun kegiatan membuka pintu Lauren terhenti saat ia melihat apa yang terjadi di dalam ruangan Leo.

Untuk sementara tubuhnya menjadi kaku dan tidak dapat ia gerakan. Namun itu tidak lama sampai ia merasakan pipinya basah. Dengan perlahan Lauren kembali menutup pintu. Dihapusnya dengan kasar air mata yang lagi lagi membasahi pipinya.

Ditatapnya paper bag yang ia bawa sambil tersenyum kecut. Dengan berat hati ia meninggalkan ruangan diamana disana ada dua orang yang tengah perpelukan yang dimana hal itu membuat hatinya sakit.

Apakah ia salah jika ia mencintai Leo yang notaben nya adalah Kakak angkatnya? Apakah cintanya ini salah?

Lauren masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan rumah sakit. Inggin rasanya ia berkata jujur pada Leo, tapi ia takut jikalau Leo menjauh darinya. Dan juga ia takut mengecewakan Mama yang sudah merawat dan membesarkannya seperti anaknya sendiri.

°°°°°°°°

"Mira" ujar sang Dokter lirih.

"Hi Le, lama tak jumpa!" Ujar orang yang dipanggil Mira itu sambil tersenyum manis.

Mira masuk ke dalam ruangan Leo dengan senyum yang masih menghiasi wajah nya. Sedangkan Leo masih menatapnya dengan mata tak berkedip.

"Leo...." Leo tersadar dari lamunannya saat Mira memanggilnya.

"Ah iya, silahkan duduk" ujar Leo. Dengan senang hati Mira duduk di kursi yang mehadap Leo yang hanya dibatasi oleh meja.

"Apa aku menggangu waktumu?" Tanya nya.

"Tidak sama sekali, ada apa?" Mira hanya bisa tersenyum kecut saat melihat ekspresi dingin Leo padanya.

"Le, maaf" ujarnya sambil menunduk tidak berani melihat wajah orang didepnnya.

"Maaf? Untuk?" Tanya Leo binggung dengan stu alis terangkat.

"Maafkan kesalahanku di masa lalu. Sungguh itu bukan keinginanku Le, aku terpaksa karena itu keinginan Papa. Maaf karena meninggalkanmu" ujarnya sambik meremas tangan gugup.

"Huhh, lupakan. Aku tak inggin menginggatnya lagi" jawab Leo ketus.

"Le, aku udah membatalkan perjodohan itu" ujarnya sedikit ragu akan reaksi yang akan diberikan Leo.

"Lalu?" Mira tersenyum kecut saat tau reaksi yang diberikan Leo. Dia pikir Leo akan senang.

"Le, aku mau kita kembali lagi kayak dulu. Aku masih cinta sama kamu" Mira bernafas lega saat sudah mengatakan nya pada Leo. Jujur saja, hal ini selalu mengganggunya.

"Aku nggak bisa" jawab Leo masih dengan wajah datar nya.

"Tapi kenapa Le, aku udah ninggalin dia dan bertengkar sama papa sampek aku di usir cuma demi kamu Le" ujarnya lirih.

Leo terdiam untuk beberapa saat dan mencerna apa yang baru saja ia dengar. Jujur ia masih sangat menyayangi perempuan didepannya ini. Tapi ia juga tidak ingin menjadi perusak hubungan Mira dengan Papanya.

Leo menghela nafas kasar dan memejamkan matanya sebentar.

"Maaf Ra, aku nggak bisa. Sakarang lebih baik kamu pulang, dan minta maaf sama Papa kamu, perbaiki hubungan kalian" Leo sedikit melunakan raut wajahnya menjadi lebih bersahabat.

"Aku nggak mau Le" tolak Mira.

"Ra, jangan buat aku merasa jadi penyebab rusaknya hubungan kamu sama Papa kamu Ra" sahut Leo.

"Kalau itu yang kamu takutkan, maka jangan jadi penyebab rusaknya hubungan aku dan Papa tapi jadilah orang yang menghubungan kita kembali Le. Aku yakin Papa akan mengerti jika aku hanya akan bahagia kalau itu sama kamu bukan orang lain Le, aku mohon hikss" akhirnya pecah juga tangis Mira yang ia tahan dari tadi saat mendapat respon yang sangat tidak ia duga dari Leo.

Leo terdiam sebelum akhirnya bangkit dan mendekati Mira. Dibawanya Mira kepelukannya, ia usap dengan lembut kepala Mira yang ada di perutnya.

"Maaf Ra, jangan nangis ya. Ayo kita berjuang sama sama hmm" Mendengar itu Mira langsung melepas pelukannya dan menatap wajah Leo yang kini tersenyum padanya.

Dengan perasaan senang, Mira berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Leo dengan erat yang dibalas tak kalah erat oleh Leo.

"Makasih Le, makasih"

°°°°°°°

"Leo pulang"

Semua orang yang ada di ruang tengah menoleh ke arah Leo.

"Loh, Kak Liam udah sembuh?" Tanyanya saat melihat sang Kakak yang duduk bersama orang tuannya di ruang tengah.

"Udah, makasih obatnya Pak Dokter" sahut Liam dengan kekehannya.

"Hem, yaudah Leo ke atas dulu mau bersih bersih" ujarnya. Namun langkahnya harus terhenti karena suara seseorang.

"Iren pulang"

"Loh sayang, kamu dari mana aja? Bukannya kelas kamu udah selesai dari 2 jam yang lalu ya?" Tanya Lira sambil menghampiri Lauren yang baru saja pulang.

"Iren tadi main dulu ke rumah Sisil sama yang lain Ma" jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Kalau gitu Iren ke kamar dulu mau mandi" lanjutnya.

Lauren berjalan menuju tangga. Sungguh ia sangat lelah, baik itu tubuhnya juga hatinya. Bahkan ia melewati Leo yang ada di tangga dasar tampa menyapa ataupun melirik ke arah Leo.

Leo yang tersenyum saat melihat Lauren berjalan ke arah tangga dimana dia berada dilanda binggung saat Lauren hanya melewatinya tampa menyapa ataupun tersenyum. Sungguh tidak biasanya Lauren seperti itu.

Sesampainya di kamar Lauren langsung merebahkan dirinya di kasur dengan kaki yang menjulang ke bawah. Ia menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.

Setelah merasa puas, Lauren bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk. Lauren melepas sepatu dan jaket jins yang ia gunakan. Lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Mungkin ia akan berendam sebentar untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.

Setelah beberpa saat akhirnya Lauren keluar dengan penampilan yang segar. Lauren berjalan menuju kasur san duduk di atasnya sambil bersandar di kepala kasur.

Pikirannya kembali berputar ke kejadian beberapa waktu lalu yang membuatnya menjadi seperti orang yang tidak punya gairah hidup.

Capek dengan pikirannya, Lauren pun merebahkan diri dan menarik selimut untuk membungkus tubuhnya. Sepertinya ia perlu beristirahat sejenak.

.
.
.
.

Sampai disini ya guysss
Gimana?
Suka?

Jangan lupa vote dan komen ya
Terimakasih🙏

My Adoptive Brother (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang