Part 45

148 15 1
                                    

Selamat Membaca
.
.
.
.
.

Leo baru saja selesai sarapan di cafe yang dekat dengan apartemennya. Hari ini ia harus ke rumah sakit tempat pertukarannya untuk melihat lihat tempat juga menyerahkan surat hadir pada pihak rumah sakit tersebut. Dari informasi yang ia dapat, rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar di New York dan juga memiliki alat medis yang sangat lengkap dan canggih. Untuk dokter yang bekerja disana bukanlah dokter main main. Mereka semua sudah mendapat gelar master. Itulah yang membuat rumah sakit itu berkembang dengan sangat pesat keluruh penjuru, ditambah dengan penangnganan yang baik sertta ramah membuat rumah sakit itu memiliki nama yang baik pada semua orang.

Leo mengendarai mobil yang ia sewa selama ia berada di kota New York itu menuju rumah sakit. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai karena jalanan yang tidak macet.

Setelah memarkirkan mobilnya, Leo masuk ke dalam rumah sakit. Setelah bertanya kepada resepsionis dimana ruangan direktur rumah sakit ini, Leo pun mengucapkan terimakasih lalu pergi menuju ruangan tersebut. Ia berjalan di lorong rumah sakit dengan santai sembari melihat lihat sekitarnya hingga seseorang menabrak kakinya.

BRUK

"Awhhh"

Leo menoleh kebawah kakinya dan melihat seorang bocah laki laki tengah meringis sembari menggosok pantatnya yang terasa sakit. Leo berjongkok lalu membantu anak itu berdiri.

"Apa kau baik baik saja?" Tanya nya.

"Aku baik baik saja, telimakasih dan maap paman" jawabnya dengan menatap Leo polos.

"Tidak apa, lain kali kamu harus hati hati saat berjalan oke?" Ujarnya yang dijawab anggukan kepala oleh anak itu sembari tersenym.

"Baiklah, kalau begitu paman pergi dulu" Leo mengusap kepala anak itu sebentar lalu pergi dari sana hingga punggungnya menghilang di balik tembok. Tak lama kemudian seseorang keluar dari sebuah ruangan dan mendapatkan seorang anak kecil yang sangat ia kenali tengah menggosok pantatnya.

"Hey, Tara udah sampai? Tama mana sayang?" Tanyanya pada anak itu yang tak lain adalah Tara.

"Sama Uncle Tonny Kak, Tama masih dipalkilan sama Uncle" jawabnya sembari cengengesan.

"Yaudah ayo masuk" Lauren pun masuk kembali ke ruangannya sambil menggandeng tangan munggil Tara.

Tak lama kemudian pintu ruangannya kembali terbuka dan masuklah seorang pria dewasa dengan seorang anak kecil laki laki digandengannya.

"Tumben Uncle yang nganter mereka?" Tanya Lauren setelah Tonny duduk di sofa tepat disampingnya, sedangkan Tama sudah bergabung dengan Tara duduk lesehan di karpet sembari menggambar.

"Nggak papa cuma lagi pengen aja. Lagian kerjaan di kantor juga udah selesai" jawabnya yang diangguki oleh Lauren.

Sedangkan diruangan yang berbeda namun masih dalam gedung yang sama Leo dan seorang pria paruh baya berjas dokter itu berbincara. Dapat dilihat bahwa apa yang mereka bicarakan itu serius dari raut wajah mereka. Hingga beberapa lama akhirnya pembicaraan mereka selesai.

"Selamat bergabung Dokter Leo. Semoga anda betah disini" ujar pria tersebut sembari mengulurkan tangannya yang di sambut oleh Leo.

"Terimkasih atas sambutan anda" jawab Leo.

Setelah selsai dengan urusannya, Leo pun keluar dari ruanganya itu dan berjalan menyusuri loronh rumah sakit besar itu. Pantas saja rumah sakit tempatnya bekerja memintanya untuk kemari, ternyata rumah sakit disini sangat modern dan juga memiliki fasilitas yang lengkap yang mana belum ada di rumah sakitnya.

My Adoptive Brother (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang