*Selamat Membaca*
Jangan lupa vote dan komen ya
.
.
.Waktu berjalan tanpa menunggu siapapun. Meninggalkan setiap kejadin menjadi sebuah kenangan seiring berjalannya waktu. Satu minggu sudah berlalu meninggalkan luka bagi seorang Lauren. Dan selama satu minggu itu juga ia lebih suka melamun dan menjauh dari semua orang untuk menata hatinya kembali.
Seperti hari ini, Lauren yang sudah siap untuk berangkat ke kampus dengan tas ransel unggu kesayangannya turun menuju meja makan.
"Selamat pagi" sapa Lauren dengan senyum tipisnya.
"Kamu ada kelas pagi sayang?" Tanya Levin saat Lauren baru saja duduk di kursi samping Liam.
"Iya Pa" jawab ny tanpa menoleh karena fokus dengan sarapannya.
"Em sayang, mobil Papa masih di bengkel dan Papa harus pergi meeting jadi Papa akan memakai mobilmu untuk hari ini, apa boleh" tany Levin sambil menatap putrinya yang kini juga menatapnya.
"Tentu saja boleh" jawab Lauren dengan senyum manisnya.
"Terimakasih sayang, kalau begitu kamu ke kampus di antar Kakakmu saja oky. Ke antar adik mu ke kampus" ujarnya.
Leo hanya menjawab dengan anggukan kepala sedangkan Lauren terdiam memikirkan perkataan Levin yang memintanya ke kampus dengan Leo.
Jujur saja Lauren memang selalu menghindar dari Leo sejak seminggu belakangan ini.
"Em Lauren berangkat sama Ryan Pa. Karna Ryan bilang mau jemput Iren tadi" elak Lauren. Tapi itu bukan kebohongan karena memang Ryan bilang akan menjemputnya tadi malam.
"Kenapa nggak sama aku aja Ren?" Tanya Leo.
"Nggak papa, lagian aku sama Ryan dan temen temen yang lain mau kumpul setelah jam kuliah selesai. Ya udah kalau gitu Iren berangkat dulu Ryan bilang dia udah sampe depan." Setelah itu Lauren pamit dengan yang lainnya dan keluar menemui Ryan yang sudah menunggunya di dalam mobil dengan Sisil yang duduk di kursi belakang.
"Pagi" sapa Lauren saat sudah duduk di kursi penumpang samping kemudi.
"Pagi juga" sahut Sisil dan Ryan.
Setelah memastikan kalau Lauren sudah memkai sabuk pengaman, Ryan pun meljukan mobilnya membelah jalan menuu kampus mereka.
°°°°°°°°
Sementara di tempat lain, dua orang berbeda jenis sedang duduk di sebuah sofa panjang dengan seorng pria paruh baya yang ada di depan mereka sedang duduk sambil bersandar pada sandaran sofa.
Ruangan ber AC itu pun terasa semakin dingin membuat mereka yang ada di sana bisa merakan hawa yang semakin tegang di antara ketiganya.
"Jadi, jika saya boleh tau apa alasan anda kemari menemui saya, Liam Velix?" Tanya pria paruh baya itu dengan raut wajah yang tidak bershabat.
Liam meneguk ludahnya kasar melihat raut wajah tak bersahabat yang ditunjukan oleh pria paruh baya di depannya dari ia datng sampai sekarang. Jujur saja Liam merasa sangat gugup, bahkan lebih gugup dari saat ia melakukan presentasi di depan klien yang sangat penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adoptive Brother (On Going)
RomanceLauren Gibran Antonio, yang biasa di panggil Iren. Gadis cantik dan manis itu dapat meluluhkan hati siapa saja yang mengenalnya. Kecuali hati kakak angkatnya, Leo Andrea Velix. Lauren yang diam diam mencintai sang kakak, bukan cinta dari seorang ad...