Chapter 59: The Final Solution

56 11 0
                                    

"Saat Tuhanmu berkehendak, tidak ada yang dapat lari dari takdir yang telah ia tetapkan."

******

Kosong, hampa, dan sunyi. Kosong, hampa, dan sunyi.
Siapa? Siapa aku? Apa ini? Di mana aku?

Kosong, hanya ada putih.
Tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa.
Kepalaku menengok ke seluruh arah, mata ini memandangi segalanya.
Kaki melangkah, berjalan kesana-kemari.
Berjalan, berlari, berkeliling terus menerus, tetapi sesuatu menghalangi. Sesuatu menghalangi, membatasi, aku tidak dapat melewati ini, ini mengurungku.

Aku tak dapat merasakan, aku tak dapat mendengar, semua yang kukatakan tak bersuara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak dapat merasakan, aku tak dapat mendengar, semua yang kukatakan tak bersuara.
Aku meraih, meraba apa pun yang kubisa, tapi segalanya tak dapat kurasakan. Tidak bisa, tidak bisa.

Semuanya seperti ini, semuanya selalu seperti ini. Sejak awal dan selamanya.
Segalanya sama, tidak ada. Tidak ada, kosong, sunyi, siapa?

Jariku melangkah mendekat keatas, menggaruk sesuatu diatas kepalaku.
Kepalaku menoleh ke arah sekitar. Menggaruk, menoleh, menggaruk, menoleh.

Dua kaki ini berlari-lari sesukanya, berkeliling, melangkah ke sana-sini dengan tak tentu.
Ke mana? Siapa? Kosong, putih, suara, ke mana perginya segalanya? Semuanya kosong.

Namun, tiba-tiba saja semuanya lenyap, hancur tak tak tersisa.
"Aaaaaaakkkhh!"
Hilang, kemana semuanya? Kenapa sekarang warnanya berubah? Mana warna putih? Mana kosongnya?
"Hilang, hilang!"
Aku tak dapat melihat, walau mataku tak terpejam. Kemana semuanya lenyap? Kenapa semuanya gelap?

Cahaya kembali masuk dari arah belakangku dengan suara aneh yang baru kali ini kudengar.

"Tahanan Samael, kau boleh keluar."

Mereka bukan warna putih, mereka sesuatu sama sepertiku. Apa barusan aku mendengar suara? aku baru saja mendengar suara.

Mereka berdua yang bergerak mendekatiku dengan suara keras dari langkah kaki masing-masing.
Mereka kemudian menarik tangan-tanganku bersama mereka untuk ikut.

"Ayo, kubilang kau boleh keluar."

Mata ini terus menatap wajah-wajah mereka yang terlihat datar, terus menerus dengan penuh kebingungan saat mereka menarik kedua tanganku. Aku tidak paham.

"Hei, kenapa ia menjadi aneh seperti ini? Tingkahnya seperti orang yang hilang akal?"

"Itu karena efek ruang siksaan ini. Bayangkan tiga bulan berada dalam ruangan itu tanpa sesuatu untuk didengar atau dilihat. Sudah dapat dipastikan pikirannya telah tercuci bersih."

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang