Chapter 2: Welcome

287 44 13
                                    

"Di mana aku?" tanyaku dengan kebingungan.

Seketika kedua bola mataku terkagum dengan pemandangan yang terhampar di depan mataku.

Terlihat sebuah jalanan besar beraspal yang sangat panjang di hadapanku.
Di sisi kanan dan kirinya terdapat hijaunya hutan cemara yang lebat

Aku berdiri sendirian di sini ditemani oleh kesunyian.
Hanya ada hembusan angin dingin yang menerpa tubuhku serta langit cerah sejauh mata memandang.

Aku menapaki jalan itu dengan perlahan dan menikmati suasana di sekitarku.

"Mimpi?" tanyaku.

Jika ini mimpi, lalu mengapa aku menyadarinya?
Ah, lupakan saja, lebih baik aku menikmatinya saja.

Aku pun berlari-lari diatas jalanan lebar itu. Entah mengapa aku merasa senang dengan suasana di sekitarku sekarang.
Perasaan tenang dan nyaman ini seolah surga.
Walau ini hanya mimpi, namun semuanya terlihat begitu sempurna.

Apa mungkin ini karena aku selalu saja berada di kamar dan jarang sekali keluar rumah?
Keadaan di kamarku selalu gelap. Itu memang pikihanku karena aku sangat menyukai keheningan dan sendirian.

Walau itu nyaman, terap saja kadang aku perlu menghirup udara bebas dan bertemu orang-orang di luar pada akhirnya.
Mungkin aku memang butuh liburan ke alam terbuka suatu hari.

Langkah kakiku terhenti saat aku mendengar suara kecil di telingaku.
Suara dering kecil yang datang entah dari mana asalnya.

Suara dering kecil itu perlahan terdengar semakin keras hingga di kedua gendang telingaku.

Seketika mataku terbuka lebar dan terbangun dari mimpi indahku itu.
Dering alarm terdengar keras dari arah samping tempat tidurku.
Aku pun segera menekan tombol di atasnya agar dia berhenti.

Kedua mataku menyipit saat melihat ke arah jarum jam yang sangat kecil itu.
Waktu ternyata sudah menunjukan pukul 10.43.
Sepertinya aku bangun terlalu siang, karena memang itulah yang kusetel pada pengaturan alarm.

Jam tidurku agak kacau semenjak libur semester kali ini. Aku selalu saja terjaga setiap malam dan melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan kemarin.

Perlahan aku beranjak dari tempat tidurku.
Dengan tubuh yang agak sempoyongan, aku berusaha berjalan ke arah kamar mandi sambil mengucek-ngucek kedua mataku yang masih mengantuk.

Sesampainya di sana, aku segera membasuh wajahku dengan dinginnya air di pagi hari, itulah obat penawar terbaik untuk menyembuhkan mata yang terasa berat.

Kuambil sikat gigi dan mengoleskannya sedikit dengan pasta gigi di atasnya.
Aku pun menyikat gigiku sambil menatap ke arah cermin kecil di depanku.
Aku menatapnya dengan tatapan kosong sambil memikirkan sesuatu

Kenapa aku harus terbangun lebih awal? Padahal mimpiku cukup indah tadi.
Mungkin memang begitu cara kerjanya.

Bila kita bermimpi indah, semuanya akan terasa cepat, namun bila kita bermimpi buruk, bahkan ketika kita terbangun mimpi buruk itu masih tetap terbayang.

Aku pun berkumur-kumur dengan segelas air dan membuangnya ke wastafel.

Aku lalu berjalan ke arah dapur dan menyiapkan sarapanku untuk pagi ini, yang tidak lain dan tidak bukan adalah nasi dengan telur orak setengah matang dengan tambahan daun bawang.
Menu sarapan yang sama sejak awal aku bisa memasak.

Lalu aku membawa sepiring penuh makanan itu ke meja dan menyantapnya di sana.
Pikiranku menjadi agak kosong. Aku memikirkan banyak hal pagi ini.

Siapa orang yang semalam itu? Apa ia benar-benar telah mengetahui segalanya tentangku?
Apa mungkin untuk menyadap informasi seseorang semudah itu?
Aku benar-benar penasaran.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang