Chapter 48: Hunt!

40 12 0
                                    

Kami dengan cepat bergerak menyusuri lorong-lorong di dalam bangunan ini.

Benar dugaan Goelaro, ini adalah gedung persembunyian mereka.
Kondisi di dalam sangat jauh berbeda dengan yang terlihat di luar. Di sini terdapat banyak lorong sempit yang sangat membatasi ruang gerak, lampunya juga sangat redup.
Semua hal ini mengingatkanku pada rumah lama Alisya.

Tidak ada dari kami yang berucap sepatah kata pun, semuanya terlihat diam dan waspada dengan keadaan sekitar.
Goelaro dengan ekspresi dinginnya itu terus terfokis menatap ke depan, bersiaga terhadap segala serangan yang bisa saja datang sewaktu-waktu.

Terlalu sepi di sini. Kami baru saja membunuh salah satu dari anggota mereka dengan tembakan yang cukup keras bunyinya, tapi kenapa seolah mereka tidak mengambil tindakan.

Di depan kami, Goelaro sudah berjalan terlebih dahulu dan hendak melewati tikungan di lorong ini. Belum sempat itu berjalan lebih dahulu, rentetan tembakan telah melesat di depannya.
Bila saja ia maju lebih jauh dua langkah saja, mungkin nasibnya sudah berbeda.

Mungkin agak aneh, mengapa mereka sudah menembakinya padahal ia bahkan belum melangkah maju? Jawabannya adalah umpan.
Goelaro sejak tadi membawa jasad salah satu personil itu dan menjadikannya sebagai tameng. Sebelum ia melangkah melewati tikungan yang bisa jadi terdapat jebakan itu, ia terlebih dulu menunjukan jasad itu.

Karena musuh mengira itu adalah penyusup yang telah mereka target, mereka akan menembakinya dengan membabi buta tanpa memastikannya terlebih dahulu, dan itulah yang terjadi saat ini.

"Mereka akan kehabisan pelurunya sebentar lagi," ucap Goelaro dengan nada datar.

Dan benar saja, mereka kehabisan peluru dengan semua tembakan itu, dan kini harus melakukan pengisian ulang.
Rata-rata lama waktu pengisian ulang senapan mereka adalah 3-5 detik, dan Goelaro langsung memanfaatkan waktu tersebut.

Ia maju dan menembak area sekitar dada dan leher mereka hingga ketiga orang itu tewas di tempat.

Sebenarnya peluru 12Ga. Di Shotgun Goelaro tidak mampu untuk menembus rompi anti peluru mereka, apalagi dengan jarak Goelaro yang sejauh itu.

Namun, perlu diketahui bahwa sebuah peluru Shotgun berisi 9 proyektil kecil yang menyebar saat ditembakkan, dan bila salah satu dari mereka mengenai leher, berakhirlah sudah.

Goelaro benar-benar megajarkanku banyak hal hingga aku cukup paham seperti sekarang.
Semua latihan waktu itu memang membuahkan hasil.

Ia pun segera bergerak maju sambil membawa kembali mayat itu sebagai perlindungan, dan kami pun bergegas mengikutinya kembali.

Di tengah lorong itu ia berkata padaku dan Apollo, "Ruang pemantau berada di lantai atas."

Aku pun berhenti dan mengok ke samping. Terdapat tangga yang menuju ke lantai atas seperti yang Goelaro beritahu.

"Baik, kami ke atas," jawab Apollo.

Aku pun mengikuti langkahnya menaiki tangga itu dan meninggalkan Goelaro di lantai bawah.

"Sialan, semuanya terasa semakin seru, ya?" tanya Apollo dengan tawa anehnya seperti biasa.

Apa ia merasa senang dengan semua hal seperti ini?
Mungkin aku juga akan begitu bila sudah terbiasa nanti.

"Aaah, tidak juga," jawabku dengan agak ragu sambil terus mengikutinya.

Sejujurnya aku masih kurang yakin bila Apollo bisa bersikap kooperatif saat bekerja sama denganku, mengingat telah terjadi serangkaian kejadian yang tidak mengenakan dengannya.
Walau begitu, siapa yang tau kalau ia sudah bisa mengendalikan setiap kepribadiannya? Mungkin aku tidak boleh berprasangka buruk terlalu cepat.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang