Chapter 27: Happy Family

54 16 0
                                    

Orang itu langsung mati seketika ketika terkena tembakan Shotgun Jack oleh Silvia.
Silvia langsung terjatuh ke belakang karena dorongan yang kuat dari tembakan senapan tersebut.

"Apa aku membunuhnya?"
ucap Silvia dengan ketakutan.

"Tentu saja, Sayang,"
ucap Alisya sambil tersenyum kepada Silvia dan mengelus kepalanya.
"Kau begitu berani untuk menembak kepala seseorang, ya?"

"Sebenarnya itu ide Goelaro," jawab Silvia.

Goelaro berdiri sambil memegang ponsel di tangannya dan hendak menelpon setiap anggota lain yang terpisah

"Bisa kau hubungi?" tanya Alisya.

"Tidak, sinyalnya benar-benar tidak mendukung." Goelaro lalu mematikan ponselnya dan meletakkannya kembli di saku celananya.
Ia kemudian berjalan di atas mayat-mayat yang sudah Alisya bunuh dan mengamati mereka satu per satu.
"Sepertinya kaumembunuh mereka semua.

"Satu orang kubiarkan lari, sati orang lagi hanya pingsan disana,"
Alisya menunjuk ke arah seseorang yang terkapar.

Goelaro lantas berjalan melewati genangan darah serta semak-semak untuk mendatangi orang yang pingsan itu dan mencoba mengecek denyut nadinya.

Goelaro lalu membuka topeng orang itu yang ternyata memang masih hidup.
Saat itu, Goelaro sedikit kaget dengan apa yang ia temukan.
"Hei, Alisya, orang ini wanita."

"Terus?" jawab Alisya dengan singkat.

"Ya, aku kira mereka semua laki-laki, tugas berbahaya seperti ini dan mereka mengirim wanita."

"Untuk beberapa saat, kau terdengar seperti orang yang tidak setuju dengan kesetaraan gender."
Ucap Alisya dengan nada meledek.

"Bukan begitu. Maksudku ini misi yang berbahay, entah wanita ini cukup kuat atu organisasi cukup kejam untuk mengirimnya."

Goelaro kemudian mengeluarkan sebuah tali dari tas besarnya dan mengikat wanita itu.

"Aku sudah mengikat tangan dan kakinya, orang ini akan kita bawa."

"Untuk apa? Sini biar ku sembelih sekarang"
ucap Alisya dengan langsung menarik katana itu dari sarung pedangnya.

"Hei hei,  kendalikan hasrat membunuhmu. Orang ini akan kita interogasi, informasi dari dia sangatlah penting," jelas Goelaro menenangkan Alisya.

"Baik baik, terserahlah," Alisya  memasukan kembali pedang katananya dengan ekspresi jengkel karena tak dapat membunuh yang satu itu.

Mereka melanjutkan untuk berjalan menelusuri hutan dengan Goelaro yang menyeret-nyeret orang tadi di tanah yang penuh semak dan tumpukan salju.

Dataran menurun itu akhirnya membawa mereka ke jalan setapak yang lurus dengan beberapa rumah penduduk dengan gaya sederhana di kiri dan kanannya.

Mereka memasuki salah satu rumah itu. Kondisi di dalam sangat gelap dan berdebu tanpa ada satu pun lampu yang dapat menyala.
Goelaro mengikat wanita tadi sebuah  tiang, mencoba membangunkannya dari pingsan

"Hei, bangunlah!"
kata Goelaro sambil memukul pipi wanita itu dengan pelan.

"Kau tahu? kau bisa melakukannya dengan lebih keras, itu bisa mempercepat segalanya," ujar Alisya dengan jengkel.

"Aku hanya ingin membangunkannya, bukan membunuhnya."

Wanita yang tak sadarkan itu pun perlahan membuka matanya, tersadar dari pingsannya.

"Di ... dimana aku? Mana yang lain, kenapa aku terikat? Lepas, LEPAAS!".
Ia terlihat begitu panik saat sasar dengan kondisi di sekitarnya.
Tubuh terikat, sendirian dengan target musuh di depan matanya.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang