Chapter 58: White Hell

33 12 0
                                    

Dua jam, tiga ... entahlah sudah berapa lama aku berada di sini.
Semuanya terlihat buram, aku tak dapat melihat apa pun dengan jelas.
Hentikan, aku sudah tidak dapat menerimanya lagi.
Tubuhku kini basah kuyup oleh keringat. Kedua netraku seolah terasa semakin berat bersamaan dengan kesadaranku yang perlahan pudar.

"Eh, kau sudah tak sadarkan diri, sayang sekali sekarang belum saatnya tidur!"

"Aaaaakkhg!"

Ia kembali menghantam tongkat pemukul kayu itu ke jari-jari tanganku. Kesepuluh jari tanganku hancur dipukulnya terus menerus sejak tadi tanpa henti.
Setiap tulangnya remuk, hingga aku bahkan tak dapat merasakan mereka lagi.

Nafas yang tidak teratur dan tubuh yang terasa begitu sakit. Aku hanya dapat tertunduk dengan netra yang terbelalak.
Yang dapat kulihat hanyalah genangan darah bercampur tetesan keringan di bawah kakiku, ia tak lain berasal dari jari-jari kakiku yang telah dicabut kukunya dengan paksa.

Terdapat banyak luka lebam di seluruh kulitku, mungkin itu yang menyebabkan rasa sakitnya.
Sial, kenapa ingatanku terasa agak samar seperti ini.

"Bagus, kau kembali sadar. Jangan harap kau bisa mati sebelum ini selesai," Viktor tertawa pelan sambil membuang pemukul kayu di tangannya.

Aku ... aku ingat, semua ini karena aku menolak mentah-mentah tawaran Qurizk tadi. Kini ia hendak menyiksa setiap inci dari tubuhku hingga aku menarik kembali pilihanku.

Namun, apa yang harus kulakukan? Bila aku memilih untuk bergabung, semua siksaan ini akan berakhir, tetapi aku tidak sudi untuk bergabung dengan kegilaan orang-orang sinting ini.
Dan bila aku menolaknya, itu hanya akan sia-sia pula, sebab aku akan mati di tangannya

"Apa yang ... apa yang akan kaulakukan padaku?"

Ia terlihat sibuk memilih sesuatu dari meja penuh peralatan di sampingku.
"Lihat dan nikmati saja."
Badannya berbalik dan berjalan mendekatiku dengan sebuah benda di tangan kirinya.

Ia hanya berdiri di hadapanku, benda itu pun kini terlihat jelas yang merupakan tabung aneh berwarna silver.
Apa yang hendak orang sinting ini lakukan dengan benda itu?

"Kau suka serangga?"

"Ha?"

Tiba-tiba saja ia menjambak ke belakang rambutku dan memasukan tabung besi itu ke mulutku.
Terasa sesuatu yang bergerak-gerak, berjalan perlahan dari mulutku ke tenggorokan.
Pada detik itu juga terasa sengatan-sengatan perih memenuhi dinding mulutku.
Sengatannya begitu perih seolah ada ledakan di dalam mulutku.

Viktor kemudian mencabut tabung itu dan dengan cepat menutup mulutku dengan lakban sebelum aku sempat memuntahkan semuanya.

"Dengan ini setidaknya kau tak akan menjerit-jerit lagi seperti bocah yang kehilangan permen."
Ia terkekeh melihat seluruh tubuhku yang kejang karena rasa sakit yang amat luar biasa.

Setiap daging dalam mulutku tercabik-cabik oleh ratusan serangga yang perlahan berjalan semakin dalam.
Aku menjerit hebat tak karuan karena rasa sakitnya, namun suaraku seolah sama sekali tak terdengar akibat penutup mulut ini.
Seluruh tubuh ini memberontak kuat dari pengikat di kedua tangan dan kakiku, tetapi itu seolah tak merubah apa pun. Sengatan-sengatan panas itu terus terasa dan tak tertahankan, bergerak semakin dalam hingga tenggorokanku.

"Semut peluru brazil, serangga dengan sengatan paling menyakitkan. Berita baiknya, tidak semuanya semut peluru, ada beberapa kelabang ekor merah di dalam sana."
Ia berbalik badan dan kembali mencari sesuatu di meja yang sama seperti sebelumnya, meninggalkanku yang menggeliat kesakitan karena leher yang dirobek-robek dari dalam.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang