Chapter 21: Regular, Everyday, Normal

58 16 2
                                    

Seseorang yang menari akan dianggap gila oleh orang-orang yang tidak dapat mendengar musiknya.

~Fredrich Nietschze

******

Suara alarm berdering kencang dari meja di samping tempat tidurku. Sebenarnya Aku sudah terbangun sejak jam empat ppagi, duduk dan berpikir di kamarku yang sunyi dan gelap.

Aku memang sering begitu, banyak hal-hal aneh yang muncul di pikiranku. Itu semua mengilhami apa yang akan kuperbuat. Tapi sudahlah, itu sudah biasa.

Ini hari Rabu, hari pertama sekolah setelah liburan. Hari Senin dan Selasa tanggal merah, jadi agak aneh masuk pertama hari Rabu.

Aku pun bergegas mandi, mengenakan seragam sekolah, sarapan? Tidak perlu, jatuhnya malah mules nanti saat di sekolah. Tidak lupa kubawa tugas seniku untuk dikumpulkan hari ini.

Bel sekolah berdering pukul 6:30, tapi aku biasa berangkat pukul 5:40. Bukan karena sekolahku jauh, tapi aku tidak mau ketinggalan Bus Sekolah. dengan naik itu aku tidak perlu membayar dan akan menghemat ongkosku. Karena aku tinggal sendirian maka aku harus pintar-pintar mengatur keuangan.

Aku turun di depan sekolah, berjalan masuk perlahan melewati gerbang sekolahku.

"Apa cuma aku atau memang belakangan ini Jakarta jadi sepi?"
Ucapku dalam hati sambil melihat ke arah sekitar. Aku menganggap ini wajar, mungkin memang karena aku datang lebih awal.

jujur aku agak merindukan sekolahku ini, gedung hijau panjang dengan pepohonan dimana-mana, bahkan mereka melepas kelinci disini.

Aku masuk kelas pertama, debu dan suhu dingin dari pendingin ruangan menusuk langsung ke hidungku. Aku hanya duduk, berpikir dan berdiam diri di tempat dudukku yang berada di pojok paling dengan kelas sambil menunggu yang lain datang.

satu per satu teman kelas ku datang. Mereka saling bercerita pengalaman liburan mereka masing-masing tanpa memperdulikan keberadaanku. Aku sendiri juga tidak mau menceritakan pengalaman ku, yang ada mereka tertawa nanti.

Sekarang sudah pukul 6:30. Guru seni datang sebagai mata pelajaran pertama
"Selamat pagi semuanya"
Ucap pak Albert, guru seniku.
Ia terlihat semangat sekali sama seperti yang lain.

"Pagi pak,"
Jawab yang lain.
Kau tau,aku tidak pernah menjawab pertanyaan basa-basi antara guru dan murid seperti ini, ku anggap pertanyaan nya sudah dijawab oleh murid lain, aku hanya menjawab pertanyaan yang tertuju langsung hanya kepadaku.

"Lho, sedikit sekali yang masuk, pasti pada kesiangan di hari pertama,"
Ucap pak Albert sambil mengabsen setiap murid, mulai dari Andre, Andini,  Alifiah, Bagas, dll berurutan.

"Baik murid-murid, bagaimana liburan nya? Enak?".

"Enak pak, diperpanjang lah
"Seru pak"
Jawab murid-murid yang lain. Aku tetap diam dan memperhatikan yang lain.

"Enak ya, apalagi libur kemarin memang lebih lama. Waktu itu bapak sudah memberi tugas melukis di kanvas berkaitan dengan apa yang kamu rasakan di liburan kemarin.
lukisan yang paling bagus akan dipajang di galery seni,"
ucap pak albert dan langsung melihat daftar absen.

"Baik, hari ini kita tidak belajar dulu berhubung ada rapat juga. Kita akan saling mendengarkan presentasi lukisan dari masing-masing murid. Satu per satu yang bapak sebutkan maju kedepan dan presentasikan lukisan nya!"

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang