Chapter 54: Last

47 13 1
                                    

"Pada akhirnya, semangat tidaklah cukup"

******

Tubuhku masih terikat erat dengan semua alat pengekang ini. Keringat yang sebelumnya membasahi tubuhku kini mengering dengan bersamaan datangnya sensasi tidak mengenakan ini.

Sudah berjam-jam aku duduk seperti ini tanpa berganti posisi, aku bisa merasakan keram yang sangat mengganggu ini.
Orang Krovic itu belum kunjung datang sejak terakhir kali ia menutup pintu besi di sana.
Apa yang ia kerjakan? Apa yang hendak ia rencanakan setelah semua ini? Apa orang sinting itu belum juga puas?

Si Keparat itu sangat menikmati saat ia menyiksa kami. Orang gila itu benar-benar sudah hilang akal. Aku tidak bisa membiarkan ini semua, namun aku bisa apa?
Satu-satunya yang kubisa hanyalah berdiam diri di kursi ini dan pasrah.

Aku tidak bisa, aku tidak bisa hanya berdiam diri saat semua teman-temanku mati.

"Sam, apa yang akan kaulakukan bila hanya kau yang nanti tersisa?"
Goelaro tiba-tiba mengatakan sesuatu yang bahkan tidak benakku pikirkan sejak awal.

Dahiku mengerut dan kutatap ia dengan bingung.
"Tidak, itu tidak mungkin."

"Jika iya?"
Ia kembali menegaskan perkataannya.

"Ti-tidak mungkin. Apa pentingnya membiarkan aku hidup?
Aku ... aku hanyalah seorang penyendiri yang bahkan tidak ada yang  berpikir bahwa aku ini ada, jadi apa pentingnya bagi mereka?"
Kini Goelaro tidak lagi menjawab  kata-kataku.

Aku mendangak menatap langit-langit beberapa saat sambil memikirkan suatu hal.
"Lagi pula, aku juga tidak tahu harus apa setelah semua ini. Tidak ada lagi yang penting atau yang perlu dilakukan. Lantas, apakah aku hanya akan menghabiskan sisa-sisa hidupku di hutan cemara?" kataku.

Mereka adalah keluarga yang kumiliki. Bila mereka tiada, maka tidak ada lagi yang penting. Bahkan, aku sepertinya tidak memiliki alasan lagi untuk tetap hidup.
Untuk apa? Apa pada akhirnya aku hanya akan sendirian seperti saat semua ini bermula?

Goelaro tidak menanggapi perkataanku  dan hanya terdiam di sana.
Dengan nada serius ia berkata,
"Kau melupakan sesuatu."

Ucapannya secar tiba-tiba barusan tentu membuatku semakin bertanya-tanya. Apa yang kulupakan?

"Kau masih punya rumah untuk pulang, kan?"

Jawabannya sontak membuatku menyadari sesuatu, yaitu Andrew dan Silvia masih berada di sana, di Valdays Shelter.
Mereka yang tidak mengetahui kemana kami pergi dan masih menunggu kami untuk pulang.
Mereka masih aman di sana dan ada untuk menungguku.

"Sam, bila kau selamat, ingatlah bahwa kau masih memiliki keluarga. Cari jalan  menuju Shelter bagaimanapun caranya. Andrew dan Silvia masih berada di sana."

Perkataan Goelaro itu seolah membuka pikiranku di tengah situasi seperti ini.
Masih ada harapan yang tersisa dan itu lah satu-satunya yang tersisa.
Salah seorang dari kami, siapa pun itu yang selamat, masih memiliki harapan terakhir untuk pulang. Dan bila itu aku, aku tidak akan membuang semua itu sia-sia.

"Baik! Aku paham," jawabku.

Tak berselang lama, cahaya memasuki ruangan kami dari pintu berdecit yang terbuka lalu tertutup kembali di ujung sana.
Pria Krovic itu kini telah datang dengan membawa senyumnya serta sesuatu yang ia genggam di tangan kirinya

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang