Chapter 53: Kouksal

35 12 0
                                    

"Tidak ada rasa sakit, kau akan surut. Tidak akan ada lagi AAAAAKKHH!!! Tapi akan terasa sedikit sakit"

Pink Floyd - Comfortably numb

******

Kouksal, nama itu pada dasarnya tidak memiliki makna apapun, itulah mengapa ia dinamai seperti itu.
Kouksal terlahir dari keluarga yang cukup sederhana di daerah ujung kota yang cukup kumuh. Sebuah rumah susun minimalis yang menyatu dengan bar tempat hiburan malam. Tempat wanita-wanita penghibur dan laki-laki mabuk menghabiskan waktu mereka.

Ibunya adalah seorang pelacur di tempat itu dengan penghasilan yang tidak terlalu tinggi, setidaknya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan sewa tempat tinggal.

Kelahiran Kouksal sebenarnya tidak diinginkan oleh ibunya sendiri. Ia hendak mengaborsi janinnya itu seperti yang sudah biasa ia lakukan dalam pekerjaannya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya tidak mengaborsi janinnya yang satu ini.

Perasaan dan empati aneh yang tiba-tiba muncul di dalam dirinyalah yang menahannya saat itu.
Kouksal pun terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan dunia malam yang penuh dengan perjudian, narkoba, serta prostitusi.
Ajaibnya, ia sama sekali tidak memikirkan atau terpengaruh dengan hal-hal itu.

Ia akrab dengan penghuni bar itu, tetapi tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sana. Mungkin itu karena ia hanya berkeliaran di siang hari saat jam operasi bar tutup dan berdiam di kamar saat malam. Setidaknya itu yang ibunya perintahkan.

"Hei Nak, mau kemana kau?" tanya bartender.

"Aku ingin keluar sebentar," jawab Kouksal dengan polosnya sambil terus melangkah keluar dari bar.

"Hati-hatilah, cepat pulang dan jangan buat ibumu cemas," ujar seorang wanita yang sedang meminum minuman beralkohol.

"Baiklah, aku pergi dulu," jawab Kouksal dari kejauhan.

Wanita dan pria bartender itu adalah teman ibunya yang sama-sama bekerja dan tinggal di tempat itu.
Para pekerja di tempat itu biasanya juga tinggal di rumah susun, sama seperti ibu Kouksal.

"Hei, Vincent, apa menurutmu tentang anak itu?"

"Anak Erica tadi? Menurutku dia anak yang baik," jawab bartender yang sedang menata botol-botol minuman beralkohol dalam lemari.

"Entah apa yang ada dalam pikiran Si Tolol itu sampai ia mau melahirkan dan bukannya mengaborsi janinnya," kata wanita itu sambil meminum bir yang ada di gelasnya.
"Ngomong-ngomong, Katanya ia ingin menikah dengan pacarnya yang orang kaya itu, entah apa nasib hubungan mereka bila laki-lakinya tahu ia sudah punya anak."

"Aku tidak tahu, semoga saja ia mau menerimanya. Aku justru lebih khawatir pada Kouksal."

Langkah kaki kecil Kouksal membawanya keluar dari bar itu dan menapaki lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Kebiasaanya tiap paginya hanyalah berjalan-jalan dan bermain di lapangan kosong dekat gedung bar. Sebenarnya di sana cukup banyak anak seumurannya yang juga sesang bermain, tetapi mereka justru menjauhi Kouksal karena suatu alasan.

"Hei, boleh aku bergabung?" tanya Kouksal yang berjalan menghampiri mereka dengan bersemangat.

"Tentu, bergabunglah dengan kami," ucap salah satu anak yang membawa bola di pinggangnya.

Namun, salah seorang anak bertanya, "Kami tidak pernah melihatmu, kau anak baru di sini?"

"Bukan, aku tinggal di gedung itu," Kouksal menunjuk ke arah bangunan Klub malam.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang