"Astaga, sudah pagi," ucapku sambil mengucek-ngucek kedua mataku. Andrew dan Apollo terlihat masih tertidur. Aku pun bangun dan langsung ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. lengkap sekali barang-barang disini, bahkan untuk kamar mandinya.
Aku berjalan ke ruang tamu dan kulihat Kouksal dan Goelaro masih tertidur di sofa dengan pulas. Aku mengecek kulkas untuk melihat apa ada makanan di dalamnya, tapi hanya ada banyak permen dan beberapa botol air di dalam, aku ambil saja berhubung aku belum makan dari kemarin.
Aku berjalan kembali ke kamar sambil memakan sebungkus permen jelly di tanganku. Di kamar, Andrew sudah terbangun, ia terlihat sedang mengecek ponselnya.
"Ada sinyal, Drew?"
Tanyaku."Tidak, tidak ada."
"Memangnya kalau ada sinyal kau ingin apa?"
"Melihat berita, main game mungkin, kalau ada masih ada pemain yang hidup."
"Kau mau permen?" ucapku sambil menyodorkan sebungkus permen di tanganku.
"Tidak, tidak usah, aku masih kenyang," jawabnya.
"Kau belum makan dari kemarin, kau pasti lapar,"
Ucapku sambil memakai celana panjang dan Hoodieku.
"Aku akan ke rumah sebelah, kalau kau lapar kau boleh kesana, mungkin di sana ada makanan."Aku pun berjalan ke lemari pendingin dan memasukan kembali permen yang kuambil. Aku pun berjalan keluar.
Kubuka pintu dan yang bisa kulihat hanyalah salju yang tidak terlalu tebal, mungkin karena ini beberapa hari terakhir bulan Februari.
Aku berjalan menuju pintu rumah itu dan mengetuk beberapa kali.
"Alisya, ini aku, Sam.""Masuk saja," ucap seseorang dari dalam, suara itu terdengar seperti suara perempuan, tetapi bukan Alisya, terdengar juga suara musik dari dalam.
Saat kubuka pintu, terlihat Silvia yang duduk di sofa dengan celana pendek merah muda dan kaos hitam, ntah kenapa gaya berpakaiannya yang seperti Alisya itu membuatnya semakin terlihat cantik.
Ia duduk di sofa dan mendengarkan lagu Led Zepellin-Stairway to Heaven di layar TV yang disambungkan ke ponselnya.
"Aaa, Silvia, Alisya mana?" tanyaku padanya. Sebenarnya aku hanya ingin ijin minta makanan di kulkasnya.
Ia tidak menjawab dan hanya menatapku seperti ada yang aneh dariku.
Aku langsung bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan gaya berpakaianku.
Jarinya menunjuk ke arahku dan membuatku semakin kebingungan."Resleting," ucapnya dengan singkat.
Saat kulihat ke bawah, ternyata resleting celanaku belum kunaikan. Aku langsung menghadap ke belakang dan buru-buru menutupnya.
"Sial, aku terlalu buru-buru tadi sampai lupa menutup resleting. Kenapa hal memalukan seperti ini terjadi saat aku di depannya," kataku dalam hati.
Silvia terdengar tertawa dengan pelan di sofa.
"Kalau kau cari Alisya, dia sedang di kamar mandi.""Lupakan kejadian ini, anggap saja tidak terjadi apa-apa barusan," kataku dalam hati. Aku berbalik badan dan mencoba tenang.
"Padahal aku ingin bertemu dengannya," ucapku sambil membuka lemari es. Lemari es Alisya yang terlihat penuh, mulai dari roti, makanan kalengan dan banyak lagi, berbeda sekali dengan lemari pendingin kouksal.
Aku mengambil dua buah roti selai kacang dan beberapa makanan lain lalu menutup kembali lemari pendinginnya.
Aku duduk di samping Silvia yang masih fokus mendengarkan musik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weird Soul ✓
غموض / إثارة[I know im Weird, but dont Hate what you dont Understand] Sam, itulah panggilan yang biasa diucapkan orang lain padaku. Harry Samael Ignasius, pelajar biasa dari kelas 11 SMA. Aku ini hanyalah orang aneh yang jarang keluar rumah dan tidak mempunyai...