Chapter 52: Decide!

32 12 0
                                    

"Ha?" tanyaku dengan raut wajah bingung.

Pistol itu pun berputar-putar dimainkannya di hadapanku dengan cengkraman jari-jari tangannya pada kepalaku yang semakin kuat.

"Jangan pura-pura tuli, aku tahu kau mendengarnya barusan."
Pistol browning yang ia putar-putar itu kini ia tarik pengamannya, membuat telingaku terngiang dengan bunyi besi yang saling bergegsekan.
Ia pun berjalan ke arah Goelaro dan Kouksal dan berdiri tepat di antara mereka berdua yang masih berdiri terikat.

"Kuulangi perkataanku. Pilih yang mana dari temanmu ini yang harus kubunuh terlebih dahulu!"

Ia mengarahkan pistolnya itu ke arah kepala Goelaro.
"Apakah si Kekar ini?"
Lalu kini diarahkannya ke arah Kouksal.
"Atau si  Rambut Keriting itu?"

Aku seketika tertegun oleh perintah pria itu. Kening yang mulai membasah dan tangan yang bergemetar.
Aku tidak bisa memilih siapa yang harus mati.

Ia tidak mungkin serius, ini tidak mungkin terjadi.
Tidak, aku tidak bisa, aku tidak bisa memilih.
Aku terus terdiam dengan pikiranku yang terus memikirkan dengan keras pilihan tersebut.

Aku tidak bisa, aku tidak bisa, aku tidak bisa. Apa yang harus kulakukan? Berpikirlah, berpikir!
Aku harus apa? Siapa yang harus kubunuh? Aku pembunuh? Bukan, aku bukan pembunuh, tapi seseorang harus terbunuh karena aku.
Apa? Siapa?

"CEPATLAH PUTUSKAN, BANGSAT!" bentak orang itu padaku yang seketika membuyarkan pikiranku yang kacau.

"TIDAK, AKU TIDAK BISA!"

Keringat perlahan mengalir membasahi seluruh tubuhku.
Napasku kini menjadi berat dengan detak jantung yang berdegup semakin cepat.
Berpikir, berpikir, dan berpikir. Itulah yang hanya tersisa pada otakku.
Kenapa aku tidak bisa berpikir? Cepatlah putuskan! Apa yang harus kupilih? Apa yang harus kupilih?

"Sam, jangan paksakan otakmu. Pilih aku!" ucap Goelaro.

"TI-TIDAK BISA!" teriakku dengan panik.

Goelaro? Apa ia pantas untuk mati? Ia telah mengajariku banyak hal, ia juga menolongku sampai sejauh ini.

"Junior santailah, Cepat pilih saja aku," ujar Kouksal.

Apa mereka bodoh? Apa mereka tidak takut mati?
Hentikan semua ini!
Kouksal? Orang sepertinya tidak akan mungkin bisa kukorbankan.

"Kenapa kau begitu sulit mengambil keputusan ini? Mereka bahkan tidak ada hubungan darah denganmu. Apa sulitnya membunuh seseorang?"
ucap orang itu sambil terkekeh.

Tidak ada, tidak ada dari teman-temanku yang pantas mati. Hanya mereka satu-satunya hal terakhir yang kumiliki, dan mereka juga alasan aku masih bisa bertahan hidup sampai titik ini.
Tidak, tidak akan!

"Baiklah, kini kau membuat kesabaranku habis, tapi aku tetap tidak akan melewatkan semua kesenangan ini."
Orang Krovic itu kemudian berjalan ke belakang besi sandaran Kouksal, lalu mendorong papan besi itu beroda itu seperti yang tadi ia lakukan pada Apollo sebelumnya.

"Tunggu, mau kau apakan aku? Hei Uban, jangan main-main," ujar Kouksal sambil terus berusaha melihat ke arah belakang

"Kau cukup banyak bicara untuk seseorang yang sebentar lagi akan mati."
Pria itu hanya memindahkan posisi Kouksal sedikit menjauhi Goelaro, tapi apa sebenarnya niatnya?

Tak berselang lama, ia mengambil sebuah helm aneh dan memasangkannya pada kepala Kouksal. Sekali lagi aku merasa tidak asing dengan benda itu, helm yang pada bagian atasnya terhubung dengan kabel.
Tunggu, jangan-jangan ...

"Helm ini dapat menghantarkan aliran listrik sampai dengan 150 mA, otak seseorang akan matang dengan aliran listrik sebesar itu," pekiknya sambil memegang sebuah tuas yang tertempel di dinding.
"Sekarang, pilih siapa yang harus mati dengan cepat, atau temanmu ini akan mati tersiksa di sisa-sisa terakhir hidupnya!"

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang