Chapter 1: Prolog

514 60 63
                                    

Di Dunia yang gila ini,
Menjadi aneh adalah pilihan terwaras.

******

Aku Sam, setidaknya itu yang biasa orang ucapkan saat memanggilku.
Tiga hari, ini adalah tiga hari pertama liburan kenaikan kelasku, menghabiskan waktu dengan berbaring di kamar dan menggulirkan layar ponsel ini seperti orang yang tidak punya kegiatan.

Kedua orang tuaku saat ini bekerja di luar kota dan aku hanya tinggal sendirian di rumah almarhum nenekku di Jakarta.
Bukan rumah yang bagus, tapi setidaknya jauh dari tetangga yang mengganggu serta keramaian.

Sudah beberapa tahun ini mereka tidak pernah pulang menemuiku, hanya ada sejumlah uang yang mereka kirimkan padaku setiap bulan.
Tidak banyak, aku tetap harus menghematnya agar tetap bisa membeli makanan di akhir bulan.

Aku dikenal sebagai murid yang penyendiri di sekolah.
Sebenarnya aku bukanlah seseorang yang anti sosial, aku sering berusaha berinteraksi dengan berbagai kelompok dan circle pertemanan di sekitarku.
Walau hobi kami berbeda, aku selalu berusaha berpura-pura menyukai suatu hal agar dapat diterima oleh mereka.

Namun pada kenyataannya, aku tidak terlalu dipedulikan dan dianggap seolah tidak ada.

Aku tidak mengerti mengapa orang-orang menganggapku berbeda.
Sering terbesit dalam pikiranku bahwa mungkin saja itu semua karena aku bodoh, kurang baik, dan miskin.

Muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benakku, "Apakah aku tidak cukup baik untuk diterima oleh mereka? Apakah aku ini orang bobrok?"
Aku mulai membenci diriku sendiri dan dengan kondisiku yang sekarang ini.

Aku berusaha untuk menjadi yang terbaik di sekolah agar aku dapat menjadi "Orang Baik" yang dapat mereka terima.
Urutan lima besar sebagai siswa dengan nilai terbaik pun kini sering kukantongi.
Tetapi, mereka tetap saja menolak keberadaanku dan menyebutku sebagai "Orang Aneh".

Akhirnya aku menjadi orang yang selalu menyendiri dan hanya melakukan apa yang sebenarnya kusukai.
Selama ini aku hanya berpura-pura menjadi orang lain agar dapat diterima, sampai-sampai aku melupakan siapa diriku sendiri.

Bila orang-orang tidak bisa menerimaku, itu tidak apa-apa.
Aku akan mencari dan menemukan orang-orang yang dapat menerimaku.
Orang-orang yang juga dianggap berbeda dan dijauhi.

Semenjak masa liburan, kebiasaanku sehari-hari hanyalah bermain sosial media dan memasuki berbagai web-web dalam yang tidak seharusnya kumasuki.

Kita semua tahu hanya dengan bermodalkan The Onion Router atau disingkat TOR, beberapa VPN tambahan, dan PC-ku ini, semuanya jadi agak mudah.

Sekarang tepat pukul 02.34 lewat tengah malam dengan suasana malam yang diselimuti oleh kesunyian.
Aku tetap terjaga di ruang kamarku yang gelap, duduk di depan komputerku lengkap dengan 6 Tab Browser.

Masing-masing terdiri dari web 973-ehT-namuh-973, Tanasinn.com, Mortis.com. Hidden wiki, Onion Facebook, dan Sconolop.

Membuka situs-situs ini sebenarnya tidak bisa sembarangan, tapi semua yang kubuka malam ini justru dapat mudah kumasuki hanya dengan mesin pencarian berupa Google.
Sebenarnya situs-situs yang memerlukan TOR biasanya berupa situs jual beli narkoba ataupun senjata ilegal.

Tidak ada Alien, Hantu, atau apapun yang menjadi misteri untuk kebanyakan orang. Jadi sebenarnya situs Deep Web ini tidak seseram berita tentangnya yang beredar selama ini di publik.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang