Chapter 20: Done

53 15 0
                                    

Melelahkan, sangat melelahkan.
Membereskan darah yang berceceran bukanlah pekerjaan yang mudah.

Walau dikerjakan bersama-sama, tetap saja semua itu membutuhkan waktu yang lama.
Semuanya benar-benar bersih dan selesai kurang lebih sekitar pukul tujuh pagi.

Setelah semuanya selesai, aku segera membersihkan tubuhku dengan dinginnya air kamar mandi yang membuat mataku yang tadinya terasa berat kini justru tidak dapat dipejamkan.
Walau begitu, rasa kantuk ini tetap tidak dapat kutahan lebih lama lagi.

Dengan perlahan aku berjalan ke arah ruang tamu.
Terlihat Kouksal yang terburu-buru duduk di depan televisi seolah tak ingin melewatkan sesuatu.

"Hei, Sam, kau tau apa yang harus kita lakukan sekarang?"
tanya Kouksal padaku dengan wajahnya yang masih segar tanpa rasa kantuk.

"Apa?" jawabku dengan lesu.

"Melanjutkan nonton film tentunya."

Entah terbuat dari apa orang ini, ia tidak dapat mengantuk atau bagaimana? Setelah semua pekerjaan yang melelahkan semalam dan dia tidak terlihat lesu sama sekali.

"Terserahlah" jawabku dengan langsung membuang muka.

Yang lainnya sepertinya sedang tertidur saat ini di kamar mereka, terkecuali untuk Kouksal yang sedang menonton film dan Goelaro yang sedang melihat-lihat setiap perlengkapan rumah.

Aku kini hanya berbaring di lantai dan memandangi langit-langit rumah.
Tidur di kamar? Aku terlalu malas untuk berjalan kembali ke sana.
Lagipula, aku tidak dapat tidur dengan semua pertanyaan-pertanyaan dalam benakku tentang makhluk apa sebenarnya yang semalam itu.

Aku sering membaca buku fiksi ilmiah atau semacamnya tentang mayat hidup, tapi ini dunia nyata dan mereka tidak mungkin ada.
Tidak, tidak mungkin.

Tak berselang lama, terdengar suara ketukan dari pintu depan beberapa kali yang mengalihkan fokusku sesaat.

"Sam, ada tamu. Coba kau lihat siapa itu,"
ucap Goelaro yang sedang merapihkan vas bunga di sudut ruangan.

Aku lantas mengangkat beratnya kepalaku dan bangun dari lantai.
"Baik ... Sebentar,"  kedalam lubang pintu aku mengintip terlebih dahulu sebelum aku membukanya.
Terlihat ada dua orang di luar sana.

Satu orang agak rapih dan yang satu  lagi terlihat agak berantakan.
"Aku tidak mengenal mereka"
ucapku pada Goelaro.

"Bagaimana penampilan mereka?"

"Aneh seperti kalian."

"Kalau begitu bukakan."

Aku lantas membuka pintu kayu itu dari arah belakang pintu. Ini biasa kulakukan agar aku tidak menghalangi pandangan.

"Giffrick?"
kata Goelaro.

"Kau akan mengijinkanku untuk masuk atau hanya akan membiarkanku berdiri disini."

"Ahh iya, silahkan masuk."

Kedua orang itu pun langsung masuk dan berjalan perlahan ke arah Goelaro tanpa menyadariku yang masih berada di belakang pintu.

"Goelaro, ada hal penting yang harus kita bicarakan"
kata salah satu orang itu dengan nada tegas.

"Sekarang? pagi-pagi seperti ini? baiklah," jawabnya yang terlihat agak kaget.
"Aku akan membicarakan sesuatu dengan Giffrick dan Pilo sebentar di dalam," ujarnya pada kami.

Goelaro pun masuk ke dalam bersama kedua orang itu, membicarakan sesuatu yang penting dan mungkin tidak untuk kami dengar.

"Tidak biasanya si Giffrick dan pilo datang pagi-pagi begini"
Ucap Kouksal sambil menonton film.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang