Chapter 19: The Walking Dead

60 16 4
                                    

Sesuatu telah datang dari kegelapan, meminta secangkir teh hangat dan mengobrol denganku.

......

Aku terus berlari meninggalkan Alisya, kouksal, Goelaro, dan Apollo di belakang, mereka menahan mayat-mayat itu agar tidak mengejar kami.

"Kalian pergilah duluan," kataku kepada Andrew dan yang lain.
Aku yang langsung menghentikan langkah kakiku dan berbalik arah melihat Goelaro dan yang lain yang sedang berusaha mati-matian di sana.

Serangan Alisya dan Kouksal sangat tidak efektif, karena terus menyerang bagian tubuh dan tangan, kemungkinan besar kelemahan mayat-mayat itu bukan disitu.

Alisya tersenyum lebar dan tertawa, seperti tidak bisa lagi menahan perasaan senang dalam dirinya. Sedangkan kouksal terlihat tidak efektif dengan serangannya yang seperti itu.

Goelaro sudah hanpir mencapai batas. Pelurunya akan segera habis sebentar lagi, begitu pula magazine Apollo.

ketika mereka berdua me reload, seorang wanita psikopat dan seorang yang serangannya tidak beraturan seperti Kouksal tidak akan cukup untuk mengulur waktu.

"GOELARO, ALISYA LARI LAH, KALIAN TIDAK AKAN BISA MENANGANINYA!"

Di saat itu juga senjata mereka terlihat berhenti menembak.
"Amunisinya habis?" ucap Goelaro dengan pelan sambil terus mencoba menarik pelatuk.

"Alisya, ayo mundur."
Tanpa pikir panjang, Goelaro langsung menarik baju Alisya t dari belakang dan menyuruhnya untuk lari juga seperti Apollo dan Kouksal.

"Lepaskan, lepaskan aku, aku bisa membunuh mereka semua dalam sepuluh menit, tidak, lima menit," ujar Alisya sambil terus mengayunkan pedangnya ke arah mayat-mayat itu.

"Diamlah, kalau kau mati aku bisa kerepotan," jawab Goelaro sambil terus menarik Alisya pergi.

Saat itu aku baru menyadari bahwa aku memiliki senjata revolver pemberian Qurizk tadi.
Dengan cepat Aku mengarahkan senjataku pada makhluk-makhluk itu dan menarik pelatuknya. Tetapi pistol itu tidak menembak sama sekali.

"Lho, kenapa tidak bisa? Amunisinya sudah penuh kok. Ini bagaimana cara memakai nya?"

"SAM, JANGAN TERUS BERDIRI, LARILAH!"

"Iya-iya," Jawabku dengan panik dan sontak berlari menjauh.

Kami berlari menjauhi mayat-mayat itu. pintu yang cukup kecil itu akan menahan mereka yang keluar dengan desak-desakan.
Berlari melewati lorong demi lorong dan sampai di salah satu lorong yang cukup panjang tempat yang lain berhenti.

"Astaga, makhluk apa mereka sebenarnya?" tanya andrew  keheranan.

Aku melihat Silvia tampak ketakutan, Andrew tampak heran dan yang lain terlihat diam dan berfikir.
Dalam situasi seperti ini aku malah tidak bisa diandalkan. Memegang senjata saja aku tidak bisa. Berpikir, ayo berpikir!

"Alexius, berapa peluru yang kaupunya?" tanyaku

"Dua belas peluru Shotgun dan dua magazine Glock," jawabnya.

"Sepertinya itu cukup."

Andrew lalu bertanya kepada Kouksal dan yang lain,
"Berapa yang sudah kalian bunuh?"

"Sekitar kurang lebih lima," jawab Kouksal.

Aku terdiam sebentar dan memikirkan jalan keluar dari semua ini.
"Berarti sisa kurang lebih delapan belas mayat."

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang