Chapter 51: Krovic

37 12 0
                                    

Semuanya terlihat gelap, sangat gelap. Tubuhku ini juga terasa sakit. Bukan, ini bukanlah mimpi. Aku sadar saat ini dan dapat merasakan sesuatu.

Aku sedang berada di atas kursi, kursi kayu. Ada sesuatu yang mengikat tubuh dan jari-jari tanganku yang dibuka lebar agar tetap berada di kursi ini.

Ini kenyataan, tapi kenapa aku tidak dapat melihat apapun? Kenapa semuanya terasa gelap?
Apa aku sudah mati? Belum, sepertinya belum.

Bicara, apa perlu aku berkata sesuatu? Mungkin saja ada orang lain di sekitarku.

Namun, pada akhirnya, aku hanya diam dan menunggu hingga lama sekali. Mungkin ini sudah berjam-jam sampai akhirnya lampu ruangan ini pun menyala.
Sinar putih cahaya lampu menyinari setiap sudut ruangan ini.
Di depanku terlihat Goelaro, Kouksal, dan Apollo yang terikat dalam keadaan berdiri pada sandaran besi.

Dari keempatnya, hanya Goelaro yang sudah terbangun lebih dulu sepertiku.

"Oi, kau sudah sadar?" tanyanya padaku.

"Ya, sejak tadi sebenarnya."

Aku pun memperhatikan ke arah sekitar, ke setiap inci dari ruangan berwarna putih bersih tempat kami berada saat ini.
"Hei, sebenarnya kita di mana?"

"Aku juga tidak tahu, sepertinya kita tertangkap." Ia pun membuang nafasnya dan menenangkan tubuhku yang terikat itu.
"Huuuft, sayang sekali."

"Untuk beberapa saat kukira kita telah berhasil. Ternyata ini hanyalah jebakan juga."

"Hal terburuk yang kupikirkan sebelumnya telah terjadi. Seharusnya aku tidak mengajak kalian sejak awal."
Ia terlihat sangat lesu dan pasrah dengan kondisinya saat ini. Nampaknya kali ini ia benar-benar gagal dan tidak mempunyai rencana lain.

Terlihat penyesalan yang tergambar pada raut wajahnya. Ia yang biasanya maju paling depan untuk membela teman-temannya, kini justru menjadi alasan mengapa teman-temannya berada dalam bahaya.
Sebenarnya ... Ia hanya berusaha untuk menjadi ketua yang baik.

"Hei, ayolah, ini memang kemauan kami sejak awal. Jangan salahkan dirimu."
Namun, ia tidak bergeming dan hanya terdiam mendengar perkataanku barusan.

Kursi besi yang dingin ini sangat terasa tidak nyaman, ditambah lagi dengan pengikat yang dipasang sangat kencang ini.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami, tapi perasaanku mengatakan bahwa itu adalah hal buruk.

Ruangan ini mengingatkanku pada rumah sakit. Aroma obat-obatan yang dapat tercium pekat dan heningnya suasana di sini, semua ini terasa sangat baru untukku.

Di samping Goelaro, Kouksal yang sejak tadi tak sasarkan diri kini sudah terbangun.
"Haaaah, pagi." Ia menguap dan memperhatikan ke sekitarnya dengan kedua matanya yang masih mengantuk.
Dengan kebingungan ia bertanya, "Sekarang jam berapa?"

Apa yang ada di dalam pikirannya sekarang? Tidur siang? Apa ia belum menyadari bahwa ia sesang terikat dan berada dalam ruangan yang asing ini?

"Kita ini sudah tertangkap. Siapa juga yang akan peduli pukul berapa sekarang," jawab Goelaro dengan sedikit jengkel.

"Kita ... Sepertinya bernasib buruk hari ini."
Ia lalu mencoba menggerak-gerakan kedua tangan dan kakinya yang tidak dapat lagi bergerak bebas itu.
"Sial, ikatannya kuat."

"Sepertinya kita telah dijebak lagi oleh mereka. Semua ini hanyalah jebakan. Dimulai dari Alisya, lalu kita. Kalau bukan karena egoku untuk balas dendam, mungkin kalian tidak berada dalam bahaya seperti ini," ucap Goelaro kepada kami dengan ekspresi seriusnya.

Bukan, mungkin serius bukanlah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya sekarang. Ia murung,  tetapi tidak bersedih. Ia kesal, tetapi tidak marah.
Satu-satunya yang dapat menggambarkan apa yang kulihat darinya sekarang adalah penyesalan yang teramat mendalam.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang