Chapter 38: Silvia

42 13 0
                                    

Tepat tiga tahun lalu ketika Silvia masih berumur 13 tahun.

Silvia hidup di keluarga kalangan atas yang serba berkecukupan.
Di balik semua kekayaan dan kehidupannya yang indah itu ada hal yang menjadi awal mula semua tekanan dalam hidupnya.

Ayahnya merupakan seorang pengedar narkoba kelas kakap yang menjadi buronan pihak berwajib sejak lama. Ia juga pemabuk yang tidak peduli keluarga dan hanya mengirim uang setiap bulan.

Sedangkan Ibunya adalah seorang pemilik usaha prostitusi yang besar.

Tumbuh sebagai anak tunggal dalam keluarga yang berkecimpung di dalam dunia bawah tanah membuatnya sering berpikir tentang kehidupan masa depannya.
"Haruskah aku menjadi seperti mereka? Apakah kedua mereka orang baik?"
Pertanyaan itu terus terulang dalam pikirannya.

Walaupun kehidupan oratuanya yang seperti itu, namun ibunya selalu menginginkan putri semata wayangnya itu menjadi seseorang dengan kehidupan yang lebih cerah dari mereka.

Karena itulah ibunya selalu menginginkan yang terbaik untuk Silvia dalam hal pendidikan. Ia memasukan Silvia ke sekolah yang paling bagus di kota yaitu sekolah Golden Academia, sekolah yang disbut-sebut sebagai sekolah elit dan mencakup semua jenjang pendidikan.

Hanya anak-anak kalangan atas dan tokoh terkemuka yang bisa bersekolah di sana.
Namun dari sanalah awal neraka bagi Silvia dimulai.

Golden Academia memiliki standar yang tinggi, siswa dituntut memikiki nilai yang memenuhi standar mereka di setiap mata pelajaran.

Silvia sebenarnya cukup pintar karena terbilang pendiam dan rajin belajar, nilainya pun di atas standar yang di tetapkan. Hanya saja, ia selalu berada di urutan nilai paling rendah.
Itu bukanlah karena teman-temannya jenius, namun karena mereka bekerja sama dalam setiap tugas.
Mereka yang hidup elit sejak kecil selalu dituruti kemauannya bahkan hingga dalam area sekolah.
Mulai dari mencontek, guru yang disuap, membeli kunci jawaban. Semua dilakukan untuk mencapai gengsi dan kesombongan mereka untuk menjadi siswa dengan nilai tertinggi di sekolah itu.

Berbeda dengan Silvia yang berusaha dengan kemampuannya sendiri.
Ia tidak memiliki teman di sekolah karena penyendiri dan di cap sebagai murid yang paling bodoh.

"Eh lihat, itu si Bodoh."

"Itu dia yang dapat nilai paling rendah setiap ujian ya?"

"Salah sendiri sok-sokan jujur, padahal mah otaknya tidak mampu."

"Yaudah lah ya, kata ayahku orang kurang populer seperti dia itu tidak perlu di dekati."
Itu lah kata-kata yang selalu terdengar di telinga Silvia setiap berjalan melewati lorong sekolah. Murid-murid lain selalu menggunjinginya seperti itu ketika melihatnya berjalan sendirian ke perpustakaan.

"Apakah aku memang tidak berbakat? Apa aku mengecewakan ibu?"
Silvia selalu bertanya pada dirinya pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Ia tidak ingin kerja keras ibunya dibayar oleh kegagalannya di sekolah.

Sampai datang suatu hari tempat prostitusi ibunya di periksa polisi dan kedapatan praktek jual beli narkoba dan manusia di dalamnya.
Tempat itu pun ditutup dan Ibu Silvia sebagai pemilik tempat itu juga ditahan.
Ia dijatuhi hukuman 5 tahun penjara serta penyitaan beberapa asetnya yang bernilai ratusan juta.

Dan kini Silvia hanya tinggal sendirian di rumah besar oratuanya itu.
Sendirian tanpa seorang pun anggota keluarganya.
Ia sudah mencoba berkali-kali namun Ayahnya tidak dapat dihubungi sama sekali.

Kini hari-harinya ia habiskan tanpa seseorang yang biasa mendukungnya. Tanpa seseorang yang paling berharga dalam hidupnya.
Hanya sendirian, belajar, menggunakan komputer, begitu seterusnya.

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang