Chapter 10: Find Him!

83 21 0
                                    

Memangnya ia kenapa? Kenapa ia menjadi berubah layaknya orang sinting seperti itu?" tanyaku dengan penasaran.

Kouksal pun berdiri dan duduk pada kursi di sebelahku.
"Dia memiliki Dissociative identity disorder atau kepribadian ganda yang cukup parah, ia bahkan sering berhalusinasi tentang teman hayalannya,"
Kata Kouksal dengan suara pelan.

Aku beberapa saat memikirkan kata-katanya barusan yang seketika merubah pikiranku tentang Apollo.

"Saat kami tau dia punya kepribadiaan ganda dan halusinasi separah itu, kami langsung mengajak nya untuk bergabung di Weird Soul.
Kami berharap dia bisa mendapat teman dan kepribadian ganda nya itu bisa terobati atau paling tidak membaik. Ia sering jadi bahan ejekan atau bahkan dicap gila oleh orang-orang di sekitarnya,"
Ucap kouksal.

Benar, sikapku tentang perbuatannya semalam ternyata benar.
Aku menyembunyikan hal itu karena aku paham bahwa itu sebenarnya bukan kesalahnnnya. Ia hanya tidak sadar.

Aku paham tentang apa yang dirasakan Apollo, dicap gila hanya karena berbeda.
Aku sadar marah-marah padanya memang bukanlah hal yang tepat.

"Itu dia datang," ucapnya sambil menatap ke arah lorong di sisi yang satunya.

Terlihat Apollo yang datang menghampiriku kami dentan tatapan dinginndan mata sayunya.

"Aku habis dari kamar mandi tadi,"
Jawab Apollo dengan nada datar.
Ia duduk di kursi di depan kami tanpa berkata sepatah kata pun lagi.

"Orang ini, perasaan ke kamar mandi terus," kataku dalam hati sambil melihatnya dengan sekilas.
Aku menyadari bahwa kanannya terlihat diperban, padahal saat di mobil itu tadi perban itu tidak ada.
Kouksal sepertinya tidak menyadari hal itu, dan sebaiknya aku juga berpura-pura tidak menyadarinya.

"Aaah, Kouksal, aku ingin bertanya sesuatu," ucap Silvia dengan sedikit ragu.

"Kau ingin bertanya apa, Alisya Kecil?" jawab Kouksal yang meledek Silvia.

"Ja-jangan panggil aku begitu!" ucapnya dengan ekspresi malu yang tergambar di wajahnya.

Kouksal pun tertawa lepas ketika melihat ekspresi Silvia yang seperti itu.
"Habisnya kalian sekilas terlihat mirip. Memangnya kau ingin menanyakan apa?"

"Anu, Kakak Alisya terlihat sangat takut tadi saat ingin masuk kedalam ruangan itu.
Apa yang ia takuti sebenarnya?" tanyanya pada Kouksal.

"Yang ia takuti? Ia takut pada seseorang,"
Jawab kouksal yang membuatku penasaran.

"Takut? Takut pada siapa?" tanya Silvia yang terlihat penasaran.

"Qurizk," jawabnya dengan singkat,
"Dia berpangkat The Master. Intinya, ia adalag seseorang yang berumur sekitar lima puluh sampai enam puluh tahunan.
Ia sepalu mengenakan jas ala mafia dan membawa payung berwarna merah kemana mana,"

Ia menjelaskan semua hal itu dengan terlalu padat dan singkat, sangat berbeda dengan saat Goelaro yang memberi penjelasan.

"Kenapa Alisya takut pada si qurizk itu? Bukankah Alisya terkenal paling berani dan kejam?"
Tanya Silvia

"Menurut Alisya, aura Qurizk itu berbeda. Bisa dibilang, tidak ada yang lebih ditakuti Alisya di Weird Soul selain Qurizk. Memang sulit dipercaya mengingat Alisya seorang dengan klasifikasi Aggresive class high yang tidak takut dengan siapa pun.
Semua itu ada alasannya."
Jelas Kouksal.

Pada saat yang sama, pintu kayu besar di samping kami yang selama ini tertutup kini terbuka dengan lebar. Cahaya dari dalam membutakan mataku sejenak dan tidak dapat melihat apapun.

Pintunya pun kembali tertutup dengan perlahan. Alisya dan Goelaro keluar dari pintu itu, pertanda pertemuan sudah selesai.

Kouksal lantas berdiri dan menghampiri mereka.

"Bagaimana? Apa yang dibahas di dalam sana tadi?"

"Tidak banyak. Seperti pertemuan pada biasanya saja," jawab Alisya.

"Namun, aku masih belum paham tentang perkataan Qurizk tadi. Apa yang ia maksud dengan rencana reka ulang?" tanya Goelaro.

"Itu terdengar kurang mengenakan di telingaku," balas Alisya.

"Apa itu? Kalian berada di dalam sana, tapi belum paham?" kata Kouksal.

"Itu karena memang tidak dijelaskan. Ia hanya menyebutkan kata-kata aneh dan beberapa orang terlihat paham!" jawab Alisya dengan kesal.

"Reka ulang, pembersihan, awal yang baru. Aku sama sekali tidak memahami perkataan Pak Tua itu," kata Goelaro.

Kata-kata itu tadi juga terasa kurang mengenakan di telingaku yang mendengarnya. Itu seperti perkataan seseorang yang hendak mendominasi dunia atau semacamnya.

"Sebaiknya kita pikirkan itu nanti, ada hal yang lebih penting," ucap Alisya.

"Ahh iya, ada permintaan dari Qurizk.
Kau diminta melakukan sesuatu, Sam," kata Goelaro yang tidak terdengar mengenakkan.

Perasaanku jadi tidak enak saat Alisya dan Goelaro menyebut namaku barusan, seperti aku akan kena masalah.

"Ahh? Aku kenapa?" tanyaku dengan panik dan kebingungan.

"Ini bentuk permintaan khusus. Kau diminta untuk mengantarkan sesuatu. Antarkan saja. Tidak lebih dan tidak kurang," jelas Alisya.

"A-apa harus aku? Kenapa orang sepertinya tiba-tiba memilihku seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Yang jelas, permintaan khusus seperti itu hampir mustahil untuk ditolak. Ia orang yang sangat penting bagi organisasi," ucap Goelaro.

Semakin aneh saja kegiatan di sini. Aku mulai agak kurang enak bila ada hal penting yang di amanatkan padaku.
Aku benar-benar tidak terbiasa dengan semua hal ini.

Goelaro pun kembali melanjutkan kata katanya,
"Intinya begini, kau diperintahkan unt--"

Kata-kata Goelaro terpenggak oleh pintu ruang pertemuan itu yang kembali terbuka.
terlihat seseorang keluar dari sana. Terang cahaya dari dalam membuat wajah dan penampilan orang itu terlihat gelap, ia berjalan mendekati kami dengan perlahan.

"Bapa Qurizk," kata Alisya dengan gugup, ekspresi yang sama seperti sebelum masuk kedalam ruangan tersebut.

Terlihat pria agak tua dengan setelan khas mafia itali, lengkap dengan bunga mawar di kantung setelannya dan sebuah payung merah di tangannya.

"Goelaro, kuharap apa yang telah kuberitahu cukup jelas untukmu," ucapnya pada Goelaro dengan nada rendah dan wajah seram.

"I-iya, aku paham, ini aku sedang menjelaskan hal itu padanya," kata Goelaro dengan gugup, sikap dewasa dan tegas nya seketika langsung hilang.

Lalu mata Pak Tua itu langsung menatapku dengan tatapan yang kejam, perasaan tidak enak dalam hatiku kini  bertambah.

"Jadi kau yang namanya Sam, ku harap kau paham apa yang akan kau kerjakan nanti, itu akan mengubah segalanya," ucapnya padaku dengan singkat.
Ia lalu pergi begitu saja melewati kami tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Aku terus melihatnya berjalan sampai kejauhan. Dalam hati aku berkata,
"Astaga, orang ini seperti pemain film The Godfather saja, ditambah wajahnya yang mengintimidasi,"

Goelaro langsung mengembalikan pandangannya kepadaku.
"Astaga aku gugup sekali tadi, sampai dimana tadi kita?"

"Tugas yang harus ku lakukan" jawabku dengan singkat.

"Begini, kau harus cari pria itu dan berikan ini pada seseorang," ucap Goelaro sambil memberikan sebuah kotak hitam kecil kepadaku.

"Benda ini? Apa ini?" tanyaku dengan kebingungan sambil melihat kotak itu dengan seksama.

"Aku tidak tahu, yang harus kau lakukan mudah, berikan saja ini padanya."

Aku mencoba berpikiran positif tentang semua ini karena tugasku hanya mengantarkan kotak kecil, itu tidak akan sulit.
Tapi mungkin situasi tidak seindah di pikiranku nantinya.

To be continued>>>

The Weird Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang