Sementara itu pada rute lain di sisi hutan yang berbeda, Kouksal, Apollo, dan Alexius terpisah dengan rombongan yang lain.
Mereka terus berlari menembus hutan pinus yang ditutupi oleh salju tebal hingga sampai di sebuah jalan beraspal yang cukup besar.
Kondisi jalan itu sangatlah sepi, tidak ada satu pun mobil atau makhluk hidup yang terlihat.Di sana hanya ada pepohonan di tepi kiri dan kanannya, serta angin dingin bersalju yang menembus pakaian yang mereka kenakan.
"Apa mereka masih mengejar kita?" tanya kouksal yang menghentikan langkah kakinya untuk menengok ke belakang.
Apollo pun melihat ke arah sekitar untuk ikut memastikan.
"Sepertinya tidak, kita aman sekarang."Mereka pun memperlambat langkah mereka, dan terus melihat ke arah sekitar dan berjaga-jaga dengan keadaan yang masih gelisah.
Di sela-sela perjalanan, Kouksal terlihat merogoh-rogoh tasnya seolaj sedang mencoba mengambil sesuatu.
"Nah, ini dia," ucapnya sambil mengeluarkan sebungkus permen Jelly-Bean."Kau? Astaga banyak sekali itu," ucap Apollo dengan befitu keheranan saat melihat kedalam tas Kouksal. Ada banyak sekali permen serupa yang ia bawa di dalam sana.
"Untuk apa ini?" sambungnya."Ya, untuk dimakan tentu saja," ucap Kouksal dengan singkat sambil terus mengunyah permen-permen itu di mulutnya.
"Memangnya mengenyangkan?" tanya Apollo lagi pada Kouksal.
"Kau lihat ini," Kouksal menunjuk bungkus belakang dari permen itu, sebuah daftar nutrisi makanan. Disitu tertulis 554 kalori.
"4 bungkus lagi dan asupan kalori harianku terpenuhi," katanya terkekeh.
"Itu pun kalau kau belum terkena diabetes," ucap Apollo.
"Hei, kau Altair ya? Gaya bicaramu berbeda," tanya Kouksal.
"Ya, yang lain sedang sibuk, jadi aku yang bermain peran sekarang," ucap Apollo dengan tetawa.
Kouksal tidak kebingungan saat berinteraksi dengan sifat lain dari kepribadian Apollo seolah sudah kenal lama dengan kepribadian yang satu itu.
"Bagus lah, Aldebaran dan Apollo yang lama, mereka kurang seru orangnya," ucap Kouksal sambil mengusap kepala Apollo dengan cepat.
Alexius hanya berjalan di belakang mereka dengan ekspresi dinginnya seperti biasa.
"Aku terjebak dengan dua orang idiot ini," ucapnya dengan suara pelan dan terlihat kesal.Kouksal kemudian menoleh ke arah Alexius di belakangnya.
"Hei, ayolah, ini tidak terlalu buruk juga. Setidaknya kita tetap bersama dalam satu tim," katanya Kouksal dengan hendak memegang pundak Alexius. Namun dengan cepat Alexius menepis tangan Kouksal sebelum menyentuh dirinya."Jangan sentuh aku, aku bisa melakukan perjalanan ini sendiri tanpa tim."
"Untuk beberapa saat kau terdengar seperti Alisya," ucap Kouksal dengan tertawa walau ia tak begitu dipedulika oleh Alexius.
Mereka melanjutkan langkah perjalanan mereka dan terus menyuy jalan raya yang membelah hutan itu.
Di tepi jalan, terlihat sebuah mobil terparkir di tepi jalan dan agaknya sedikit rusak. Hal itu langsung menarik pandangan mereka dan membuat mereka bergegas menghampirinya."Yo, lihat ini, mobil ini sepertinya masih bisa menyala," ucap Kouksal saat memasuki mobil itu dan mencoba menyalakannya.
Ia terlihat hendak melakukan sesuatu, tetapi tiba-tiba saja terdiam.
"Waktu itu Goelaro menyalakan mobil caranya bagaimana?""Mana kutahu, aku kan duduk di kursi belakang," jawab Apollo yang masih berdiri diluar mobil dengan Alexius.
"Mobil menyala! Mobil menyala!" Kouksal terlihat menggerak-gerakan tangannya dan memutar-mutar kunci mobil, tetapi kendaraan itu tak kunjung juga menyala.
"Baiklah, aku sudah berusaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weird Soul ✓
Mystery / Thriller[I know im Weird, but dont Hate what you dont Understand] Sam, itulah panggilan yang biasa diucapkan orang lain padaku. Harry Samael Ignasius, pelajar biasa dari kelas 11 SMA. Aku ini hanyalah orang aneh yang jarang keluar rumah dan tidak mempunyai...