happy reading semoga suka💙——
Yuna menghela nafas panjang sembari menyamankan dirinya di sofa. Bisa-bisanya ia ceroboh meninggalkan satu kantung belanjaannya tadi. Ia sudah sampai lampu merah terakhir untuk sampai ke rumahnya saat ia sadar. Tanpa pikir panjang, Yuna langsung banting setir putar balik.
Jika isi kantung itu hanya barang belanjaannya saja dan bukan bersamaan dengan dompetnya, mungkin Yuna tidak akan kelelahan karena berlari dari parkiran tadi.
Apa kecerobohan Seokmin mulai menular padanya ya?
Mata Yuna mendelik menatap suaminya yang masih tertawa mendengar ceritanya barusan. Yuna mendengus sebelum menerima segelas air yang baru diberikan Seokmin untuknya. Menegak isinya hingga habis, bangkit dari duduknya kemudian berlalu pergi ke dapur.
Karena harus bolak balik supermarket, Yuna jadi terlambat membuat sarapan. Sebentar lagi anak-anaknya pasti bangun lalu mereka akan merengek kelaparan. Namun, Yuna sukses mematung melihat meja makan sudah penuh dengan lauk pauk yang asapnya masih mengepul.
"Karena kamu nggak balik-balik, jadi aku masak duluan tadi," ucap Seokmin seolah menjawab rasa heran Yuna.
Seokmin memang senang memasak dirumah, tapi entah kapan terakhir kali ia melakukannya karena kesibukannya bekerja. Kenapa Yuna merasa asing sekali melihat masakan sang suami ada di meja makan.
Mata Yuna meneliti isi meja satu persatu, ia tersenyum tipis sembari bergerak ke salah satu sudut dapur, "Pasti lupa masak nasi," ujarnya menebak.
Lalu Yuna dibuat kembali membatu ketika membuka rice cooker sudah berisi nasi hangat yang baru matang.
Direksinya beralih pada Seokmin yang melipat tangannya sambil tersenyum bangga. Mungkin merasa senang karena sudah mematahkan ekspektasi istrinya.
"Nice," Yuna menganggukkan kepalanya pelan. Kemudian meninggalkan Seokmin yang masih bertahan pada posisinya.
Karena tidak perlu memasak dan anak-anak masih belum bangun, Yuna beranjak naik ke lantai dua menuju kamarnya. Tadi pagi ia pergi sebelum suaminya bangun sehingga tidak sempat merapikan kasurnya.
Namun sepertinya Yuna memang tidak perlu melakukannya karena sekarang keadaan kamarnya sudah dalam keadaan rapi.
.
Dari dulu, hari libur memang jatahnya Seokmin untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah, tapi bukan berarti Yuna bisa seratus persen bersantai. Ada saja kesalahan-kesalahan kecil dilakukan oleh Seokmin yang selanjutnya akan dibereskan oleh Yuna sambil mengomel.
Biasanya begitu.
Tapi hari ini berbeda.
Selain berlari mencari kantung belanjaannya yang tertinggal, Yuna tidak banyak bergerak sejak pagi tadi.
Suaminya yang membuat sarapan, merapikan kamar, serta mencuci hingga menjemur pakaian tanpa sedikitpun memanggil dirinya untuk meminta bantuan. Saat Yuna memeriksanya, pekerjaannya memang sempurna, tak ada yang terlewat.
Yuna senang, bisa merasakan hari dimana ia benar-benar libur setelah sekian lama. Tapi rasanya aneh. Seperti ada yang kurang. Bahkan televisi yang biasanya dirindukan, kini terasa membosankan.
Mata Yuna menatap sekeliling. Seokmin baru saja membersihkan ruang tengah ini sampai mengepel lantainya. Dan kalau kata Seokmin tadi sih, debu saja terpelesat saking bersihnya rumah hari ini.
Sudah hampir setengah hari dilakukannya hanya untuk duduk dan Yuna mulai lelah melakukannya.
Yuna memutar otak mencari tau apa ada yang bisa dikerjakannya saat ini ketika ia mengingat kedua anaknya yang sedang main diluar.