——
Mempunyai anak kembar tidak semudah yang Seokmin pikirkan selama ini. Dengan gamblangnya ia berdoa agar dapat anak kembar setelah menikahi Yuna. Yang dipikirannya hanya bagaimana kedua anak kembar itu akan tumbuh menjadi anak yang menggemaskan atau bagaimana ia akan menyiapkan pakaian kembar yang lucu untuk mereka setiap harinya. Lalu keduanya akan tumbuh menjadi sepasang Lee kembar kebanggaannya tanpa berpikir seperti apa prosesnya.
Insting anak kembar ternyata memang benar adanya. Yang satu menangis, tidak lama satunya ikut menangis. Apalagi ini pengalaman pertama bagi Seokmin maupun Yuna sebagai orang tua. Dan mereka langsung bekerja dua kali lipat. Bukan main lelahnya.
Yuna yang paling terlihat lelah. Entah kenapa si kembar baru bisa tidur jika sudah dipelukan ibunya. Jadi, Yuna selalu bekerja ekstra tiap malamnya. Bergantian menidurkan si kembar, lalu menidurkan suaminya.
Oke, abaikan.
Karena itu pula keduanya bagi tugas. Jika malam bagian Yuna, maka Seokmin lah yang menjaga si kembar di siang hari. Itu pun hanya bisa dilakukan jika Seokmin tengah dirumah.
Beda cerita jika sudah masuk hari kerja. Dan saat itulah Yuna terlihat bagaikan wanita super bagi Seokmin. Mengurus rumah sekaligus mengurus bayi kembar dengan dua tangannya sendiri.
Sepertinya hari ini Yuna beruntung. Si kembar tertidur lelap setelah sarapan tadi. Waktu yang ada segera digunakannya untuk mengurus rumah. Membersihkan rumah, mencuci, menyapu dan mengepel lantai sampai menyiram tanaman.
Semua pekerjaan itu selesai di sore hari. Melihat dua anaknya masih tertidur lelap, Yuna mengambil posisi untuk ikut tidur dikasurnya. Jujur saja, ia belum tidur sejak semalam.
Sejak si kembar lahir, pola hidupnya berantakan. Pagi menjaga anaknya, siangnya membersihkan rumah, sorenya, jika si kembar masih tertidur, Yuna bisa gunakan waktunya untuk beristirahat. Lalu suaminya pulang sesaat setelah ia usai memasak, kemudian pergi tidur di malah hari untuk dua jam lalu tangisan bayi kembar menggema dan Yuna akan terjaga sampai pagi.
Sumpah, Yuna baru saja terjun ke alam mimpi ketika salah satu anaknya merengek. Yuna beringsut bangkit dari kasurnya bergegas menuju kotak tidur bayinya.
"Iya sayang mama disini..." Ia segera membawa Yoobin keluar kamar sebelum bayi satunya ikut menangis karena mendengar suara berisik.
Yuna membawa Yoobin yang terus menangis digendongannya mengelilingi rumah. Terkadang ia membawanya keluar rumah agar bayinya bisa menghirup udara segar yang bisa menenangkannya.
Beres. Yoobin kembali tenang ketika Yuna membawanya keluar rumah. Yuna bisa saja kembali beristirahat, namun anaknya yang lain berkata tidak. Suara tangisan Yoora dikamar atas terdengar ke lantai bawah.
Yuna meletakkan Yoobin dikasurnya, kemudian berganti menggendong Yoora. Melihat Yoobin yang belum tertidur, Yuna menenangkkan Yoora hanya dengan mengelilingi kamar. Ia takut terjadi sesuatu jika ia meninggalkan Yoobin sendiri di kamar.
Ia bersyukur putri kecilnya tidak terlalu rewel. Yuna selalu merasa Yoora mengerti keadaannya. Ia baru menggendongnya sebentar, dan tangisan bayi kecil itu langsung terhenti. Si kecil menatap ibunya tersenyum seolah berkata 'Mama istirahat aja, adek nggak nangis lagi.'
Lucu.
Tangan Yuna mengelus dua bayinya yang berada di atas kasurnya bergantian. Entah kenapa Yuna merasa tidak boleh tidur jika dua anaknya terjaga seperti ini. Yah, setidaknya kini Yuna bisa duduk.
Sesekali Yuna memejamkan matanya lalu tertidur sebentar. Saat itulah sebuah tangan kecil menepuk lengannya beberapa kali seolah tengah membangunkannya.